Situs Khayangan Api ini berada di areal perhutani unit I Jawa Timur petak 129c, luas kawasan 3,4 Ha, RPH Soko, BPKPH Tengger dan KPH Bojonegoro. Disebut dengan nama khayangan api karena di tempat ini muncul sumber api yang tidak bisa padam.
Khayangan Api, konon adalah tempat bersemayamnya Mbah Kriyo Kusumo atau Empu Supa atau yang lebih dikenal dengan sebutan Mbah Pande yang berasal dari Kerajaan Majapahit. Ada bukti historis yang penting yang menguatkan khayangan api dengan ditemukannya 17 lempeng tembaga yang berangka tahun 1223/1301 Masehi.
Penemuan prasasti di Desa Mayangrejo, Kecamatan Kalitidu pada tanggal 12 Maret 1992 tersebut, berbahasa Jawa kuno yang menurut penelitian berasal dari jaman Raja Majapahit I yakni, Kertarajasa Jaya Wardhana. Isi dari prasasti tersebut adalah pembebasan Desa Adan-Adan dari kewajiban membayar pajak dan juga ditetapkannya daerah tersebut sebagai sebuah sima perdikan atau swatantra.
Penghargaan ini diberikan oleh Raden Wijaya terhadap salah satu rajarsi (pungawa) atas jasa dan pengabdiannya yang besar terhadap Kerajaan Majapahit saat itu. Dan rajarsi tersebut tidak lain adalah Empu Supa yang lebih masyur dengan sebutan Mbah Pande. Sebelah barat sumber api terdapat kubangan lumpur yang berbau belerang. Dan menurut kepercayaan masyarakat setempat, di kubangan itulah Mbah Pande, melakukan aktivitas membuat alat-alat perang hingga alat pertanian. Masyarakat sekitar menganggap keberadaan api abadi tersebut keramat hingga harus melakukan ritual jika hendak mengambil api tersebut.
Menurut cerita, api tersebut hanya boleh diambil jika ada upacara penting seperti yang telah dilakukan pada masa lalu, seperti upacara Jumenengan Ngarsodalem Hamengku Buwono X dan untuk mengambil api melalui suatu prasyarat yakni selamatan/wilujengan dan tayuban dengan gending eling-eling, wani-wani dan gunungsari yang merupakan gending kesukaan Mbah Kriyo Kusumo. Oleh sebab itu ketika gending tersebut dialunkan dan ditarikan oleh waranggono (penembang lagu Jawa) tidak boleh ditemani oleh siapapun. Kepercayaan tersebut dipegang teguh oleh masyarakat Bojonegoro. Khayangan api yang letaknya sekitar 25 km dari ibukota Bojonegoro dijadikan sebagai obyek wisata alam dan dijadikan tempat untuk upacara penting seperti Hari Jadi Kabupaten Bojonegoro, ruwatan masal dan wisuda waranggono.
Laporan Kegiatan Inventarisasi Warisan Budaya di Kab. Bojonegoro