Benda ini berasal dari Desa Lengkong Lor, Kec. Ngluyu, saat ini disimpan di Museum Anjuk Ladang Kota Nganjuk, tepatnya sebelah Timur Terminal bus Nganjuk.
Bentuk lingkaran (silindrik terbuka), dengan warna dasar putih keabuan. Pada bagian sisi dalam dihias dengan motif kawung dalam bingkai segiempat dan hiasan coretan-coretan di luar panil. Bagian dasar terdapat bekas tumpukan dengan piring lain saat pembakaran, berupa lingkaran yang tidak terglasir berwarna putih krem.
Di tengah lingkaran ini terdapat hiasan berupa coretan. Hiasan dibuat dengan teknik hias lukis di bawah glasir. Dinding sisi luar polos dengan hiasan garis-garis melingkar pada bagian tepian dan ring kaki. Bagian tengah kaki tidak diglasir, terlihat warna asli keramik (putih). Glasir tebal, mengkilap, doff. Pada bagian tepian terdapat bekas pecah/patah yang telah direkatkan kembali
Merupakan wadah terbuka dengan tepian melebar dan dasar yang rata. Umumnya piring memiliki kaki yang rendah, walaupun ada pula yang tidak berkaki. Piring memiliki cekungan di bagian tengahnya sebagai tempat menampung makanan.
Berdasarkan bentuknya tipe piring dapat dibedakan menjadi plate, soucer, dan dish. Dalam Bahasa Indonesia plate disebut piring ceper. Cekungannya rendah dan datar dengan bibir melebar yang juga dibuat mendatar.
Dish lebih dikenal sebagai piring makan, permukaannya cekung mirip mangkuk walaupun tidak terlalu dalam. Soucer lazim disebut piring buah. Jenis piring ini tingginya relatif rendah dan tidak memiliki bibir. Adanya piring keramik ini menandakan telah adanya hubungan dagang antara indonesia dengan negara luar khususnya china pada masa klasik. (Lap.Inv.ODCB Kab.Nganjuk, 2018)