Batu-Minggu, 23 Februari 2020 ditemukan sebuah arca batu di area persawahan yang berada di Desa Pendem, Kecamatan Junrejo, Kota Batu. Lokasi penemuan arca ini terletak tidak jauh dari lokasi penemuan bangunan Candi Pendem yang ditemukan dalam kegiatan ekskavasi BPCB Jawa Timur pada tanggal 7-16 Februari 2020.
Kronologis penemuan arca tersebut diawali dari adanya pemberitaan media tentang penemuan candi pendem yang sedang di ekskavasi oleh BPCB Jawa Timur yang berada di Dusun Pendem, Desa Pendem. Lulut, warga Dusun Sekarputih, Desa Pendem, yang berprofesi sebagai Guru SMK 3 Malang kemudian teringat bahwa tidak jauh dari lokasi Candi Pendem juga terdapat juga bata-bata kuno yang berada di tanah persawahan. Pada hari minggu tanggal 23 Februari 2020, ia kemudian menuju ke lokasi itu.
Di sana ia bertemu Bapak Saiful (40 Tahun) pemilik lahan yang saat itu sedang mengerjakan sawahnya. Lulut melihat batu yang berada di pinggir sawah dan kemudian meminta Saiful untuk menggali tanah di sekitar batu itu untuk melihat lebih jelas bentuk batu tersebut. Setelah tanah di sekitar batu tersebut digali, mereka terkejut ternyata dibalik lumpur-lumpur yang menutupi sebagian besar batu tersebut terdapat ukiran yang membentuk kepala manusia.
Lulut kemudian melaporkan penemuan itu kepada Agung H Bhuana, Tim Ahli Cagar Budaya Kota Malang, yang kemudian melanjutkan informasi penemuan tersebut kepada Winarto Ekram, Kabid Kebudayaan Dinas Pariwisata Kota Batu. Pada hari itu juga, dilakukan pengecekan ke lokasi penemuan. Temuan arca tersebut kemudian diamankan di rumah Saiful. Pada tanggal 25 Februari 2020, temuan arca tersebut kemudian dilaporkan ke BPCB Jawa Timur.
Tanggal 26 Februari 2020, BPCB Jawa Timur melakukan kegiatan peninjauan ke lokasi penemuan arca. Petugas melakukan identifikasi temuan arca di rumah Saiful yang berada di Dusun Sekarputih.
Arca yang ditemukan di Desa Pendem berbahan batu andesit yang memiliki bentuk manusia yang memiliki tiga kepala, satu badan, dan empat tangan. Arca memiliki tinggi 50 cm, lebar 24 cm, dengan ketebalan 20 cm. Arca duduk di atas padmasana berbentuk persegi dalam posisi lalitasana, yaitu kaki kiri di tekuk ke samping dibawah paha kanan, sedangkan kaki kanan menjuntai ke bawah di depan padmasana.
Kondisi arca dibeberapa bagian dalam kondisi rusak dan aus. Tangan kanan belakang membawa aksamâlâ, tangan kiri belakang memegang camara, yang keduanya dalam kondisi rusak dan aus. Tangan kanan depan bersikap varamudra, tangan kiri depan di atas pangkuan dalam sikap diaramudra. Arca ini memakai vaijayanti (kalung), dan jatamakuta (mahkota).
Dari hasil identifikasi diketahui bahwa arca ini merupakan Arca Siwa Trisira atau Arca Siwa Tiga Kepala. Siwa Trisirah adalah sebutan ikon Siwa dengan tiga kepala dalam satu tubuh. Tiga kepala pada Siwa adalah ciri yang dominan dari Siwa Mahadewa. sebagai mahadewa, Siwa tampil sebagai the Supreme God yang menjalankan tiga fungsi Trimurti sekaligus, sebagai pencipta, pemelihara, dan pengembali alam semesta ke asalnya. Berkenaan dengan hal tersebut, maka ketiga kepala Siwa Trisirah pun mewakili kekuatan mencipta (sristhi), memelihara (sthiti) dan merusak (laya).
Penggambaran ketiga kepala Siwa Trisirah tersebut adalah dua kepala laki-laki dan satu kepala wanita, ketiganya menggambarkan tiga aspek Siwa. Kepala yang kanan menggambarkan aspek Siwa Aghora, kepala yang tengah menggambarkan aspek Siwa yang Saumya, dan kepala yang kiri menunjukkan aspek feminin dan merepresentasikan sakti (isteri) Siwa.
Asumsi lain menyebutkan bahwa ketiga kepala Siwa dalam Trisirah terkait erat dengan tiga tattwa Siwa di dalam sekte Saiwa Siddhanta. Ketiga tattwa yang dimasud, masing-masing adalah Paramasiwa, merupakan tattwa tertinggi yang tidak berwujud dan berada di alam kehampaan. Tattwa kedua adalah Sadasiwatattwa, yaitu tattwa yang berwujud apabila diinginkan, bentuknya adalah mantra yang diucapkan para yogin. Tattwa ketiga adalah Maheswaratattwa, yaitu tattwa yang berkenaan dengan tiga kejadian alam semesta yang menjadi tanggungjawab tiga manifestasi Paramasiwa, yaitu Iswara sebagai pengembali alam semesta ke dalam asalnya, Brahma sebagai pencipta, dan Wisnu yang bertindak sebagai pelindung alam semesta.
Penemuan Arca Siwa Trisirah di Desa Pendem ini cukup penting karena diduga terkait dengan keberadaan candi pendem, dimana berdasarkan hipotesa sementara candi pendem berhubungan dengan bangunan candi yang disebut dalam prasasti sangguran yang berasal dari abad ke 10 masehi. Di situs pendem itu sendiri telah terdapat Yoni dan Arca Nandi berbahan batu andesit.
Yoni berpasangan dengan lingga, dimana yoni merupakan simbol dari Dewi Parvati istri dari Dewa Siwa, yang berpasangan dengan lingga yang merupakan simbol dari siwa. Dengan demikian, Yoni dan lingga merupakan simbol dari pertemuan antara laki-laki (Purusa) dan wanita (Pradhana) yang saat keduanya bersatu melambangkan kesuburan, bagi kehidupan baru (kelahiran). Adapun nandi itu sendiri merupakan wahana (kendaraan) dari Dewa Siwa. Dengan demikian, ditemukannya Arca Siwa Trisira yang letaknya tidak jauh dari Situs Pendem semakin melengkapi konsep Candi Pendem sebagai Candi beraliran Siwaistis.
Temuan Arca Siwa Trisira di Desa Pendem itu sendiri sangatlah menarik. Karena bila dibandingkan, keberadaan arca Siwa bergaya Siwa Trisirah tertua ditemukan di Candi Dieng yang berasal dari abad ke 7 masehi. Selain itu, arca siwa yang digambarkan dalam posisi duduk lalitisana juga sangat jarang dijumpai pada arca-arca gaya jawa timuran. Dari perbandingan itu, sementara ini diduga temuan arca siwa trisirah ini diduga bergaya jawa tengahan. Bila demikian, maka hal ini semakin menguatkan hipotesa bahwa Candi Pendem berasal dari abad ke 10 masehi.(WicaksonoDN)