Observasi Jenis Kerusakan Di Gapura Wringin Lawang

0
1832
Gapura Wringin Lawang sisi barat

Bata merupakan material yang memiliki tingkat kekerasan yang lebih rendah dibandingkan batu sehingga rentan terhadap pengaruh lingkungan baik yang berupa faktor biotik maupun abiotik. Sebagai contoh, faktor biotik dapat berupa pengaruh manusia, hewan, dan tumbuhan sedangkan faktor abiotik dapat berupa suhu dan kelembaban udara, sinar matahari, sifat air dan tanah, angin, serta bencana alam. Faktor penyebab kerusakan ini dapat mempengaruhi eksistensi dari bata yang akhirnya menurunkan kualitasnya. Berdasarkan hasil observasi pada bulan Mei 2017 di Gapura Wringin Lawang yang terletak di Desa Jati Pasar, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto dapat diketahui bahwa struktur cagar budaya yang tersusun atas bata tersebut menunjukkan adanya kerusakan yang terjadi hampir di setiap bagian gapura mulai dari kaki, tubuh, atap, lorong hingga tangga. Kerusakan pada bagian kaki, tubuh, dan atap didominasi dengan pertumbuhan organisme berupa lumut, alga, lichenes, paku-pakuan serta kerusakan akibat faktor kimia berupa penggaraman dan pengelupasan. Selain itu, kerusakan akibat faktor fisik berupa retak, pecah, rapuh, dan rumpil juga tampak terutama pada bata pengganti. Apabila memasuki lorong gapura akan terlihat bentuk-bentuk vandalisme berupa goresan benda tajam dan coretan cat yang dilakukan oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

Munculnya kerusakan pada bata dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : bata yang digunakan sebagai pengganti bata kuna kurang berkualitas, adanya tanaman berkambium yang berpotensi tumbuh besar dan tinggi yang letaknya cukup dekat dengan struktur bata, fluktuasi suhu dan kelembaban udara yang tinggi, teknik pemugaran dan konservasi yang kurang tepat, serta vandalisme. Melihat jenis kerusakan pada bata di Gapura Wringin Lawang dapat dianalisis penyebabnya, yaitu :

  1. Kerapuhan dan pengelupasan bata hampir seluruhnya terjadi pada bata pengganti yang mana kerusakan terlihat dengan jelas terutama pada bagian kaki hingga tubuh di seluruh sisi gapura. Ini menunjukkan bahwa bata pengganti tersebut kurang berkualitas sehingga rentan terhadap pengaruh lingkungan.
  2. Pertumbuhan organisme berupa lumut, alga, dan lichenes cukup pesat terutama di sisi utara dan timur. Faktor utama tumbuhnya organisme adalah adanya media yang memungkinkan tumbuhan berkembang biak serta didukung kelembaban yang tinggi. Mengingat bata merupakan material yang tingkat kekerasannya cukup rendah, maka ia dapat menjadi media yang baik bagi pertumbuhan organisme tersebut. Selain itu, di sisi timur laut gapura terdapat pohon Trenggulun (Protium javanicum Burm) yang telah tumbuh tinggi dan besar dengan jarak ± 8 meter dari struktur bata. Kondisi inilah yang menjadikan struktur bata di sisi utara dan timur cenderung lebih lembab dibanding sisi lainnya sehingga memungkinkan organisme tumbuh dengan baik.
  3. Vandalisme banyak dijumpai pada dinding lorong dan kaki gapura yang berupa goresan benda tajam dan coretan cat. Selain goresan dan coretan, bentuk vandalisme juga dapat berupa pengerusakan, pencurian, dan pelapisan semen. Kerusakan akibat vandalisme dampak negatifnya lebih besar dan lebih cepat dibandingkan kerusakan lain yang disebabkan oleh faktor kimia, fisik, dan biologi.

Dari analisis faktor penyebab kerusakan di atas, maka solusi penanganan yang akan dilakukan harus bersifat efektif, efisien, aman, reversibel, dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Beberapa solusi penanganan yang dapat direkomendasikan untuk mengurangi kerusakan baik yang disebabkan oleh faktor kimia, fisik, biologi, maupun vandalisme adalah melakukan kegiatan konservasi untuk menghambat pertumbuhan organisme berupa lumut, alga, dan lichenes; melakukan tindakan konsolidasi untuk mengganti bagian bata yang pecah, rumpil, rapuh, mengelupas, dan aus dengan bata yang berkualitas; serta memberikan papan peringatan bagi pengunjung untuk tidak melewati lorong gapura dan melakukan pengerusakan pada struktur bata. Dengan demikian diharapkan kelestarian cagar budaya yang memiliki nilai penting bagi ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan budaya tetap terpertahankan sehingga dapat dikembangkan dan dimanfaatkan bagi masyarakat. (Ira Fatmawati)

                                 Kerusakan akibat faktor biologi
                                    Kerusakan akibat faktor fisik
                                Kerusakan akibat faktor kimia
                         Pengukuran lingkar batang tanaman
              Pendataan jenis kerusakan di bagian lorong gapura