Makam Agung adalah sebuah situs makam kuna yang terletak di Desa Makam Agung, Kecamatan Arosbaya, Kabupaten Bangkalan, dulunya tanah makam merupakan tanah perdikan yang tergabung dalam Desa Palkaran. Perdikan ini bebas dari pajak namun harus melakukan kerja rodi kepada Raja. Beberapa Tokoh yang dimakamkan di komplek Makam Agung ada 3 orang , yaitu :
Kyai Pragalbo, yang dikenal dengan nama Pangeran Plakaran, meninggal tahun 1450 Saka (1531 M), Kyai Pratanu, yang dikenal dengan pangeran Lemah Duwur, Raden Koro, yang dikenal dengan nama Pangeran Tengah .
Sejarah beberapa tokoh yang dimakamkan di komplek Makam Agung dimulai dari kerajaan Majapahit tepatnya raja Brawijaya V yang sudah masuk Islam. Siapa tokoh Brawijaya V ini, merujuk pada beberapa sumber buku yang berjudul Madura on Zijn Vorsenhuis (pengarang dan angka tahunnya tidak diketahui) yang dimuat Stanboom van het Geslacht Tjakraadiningrat, didalamnya tercatat bahwa Brawijaya V memerintah antara tahun 1468 – 1478 M. Dengan demikian yang dimaksud Pabhu Brawijaya V adalah Bhre Kertabhumi. Sumber lain yaitu JLA. Branders, Dr. N.J. Krom, dan Pararaton 1897 hal 40, menyebutkan bahwa yang meninggal pada tahun 1400 Saka dengan candra sangkala sunya nora juganing wong yang dikalangan masyarakat sering disamakan dengan sirna ilang kertaning bhumi yang dimuat dalam kitab Serat Kanda.
Brawijaya V menurunkan 2 orang anak dari dua orang selir. Selir yang bernama Endang Sasmito melahirkan Lembu Peteng, sedangkan selir yang mempunyai sebutan Puteri Cina melahirkan Ario Damar.
Ario Damar mempunyai anak bernama Menak Senojo, Menak Senojo mempunyai anak bernama Ario Timbul, Ario Timbul mempunyai anak bernama Ario Kedut, dan Ario Kedut mempunyai anak bernama Ario Pojok Sedangkan di pihak Lembu Peteng mempunyai anak bernama Ario Menger, Ario Menger mempunyai anak bernama Ario Pratikel dan Ario Pratikel mempunyai anak Nyai Ageng Budo. Nyai Ageng Budo inilah yang nantinya kawin dengan Ario Pojok.
Dengan adanya perkawinann inilah yang menyatukan dua keturunan yaitu keturunan Ario Damar dan keturunan Lembu Peteng yang nantinya menjadi cikal bakal Kota Baru yang disebut Plakaran. Kyai Demang Plakaran mempunyai anak Kyai Pragalbo yang kemudian dikenal dengan nama Pangeran Plakaran. Pangeran Plakaran mempunyai 3 (tiga) orang anak, yakni :
- Kyai Pratono/ Pratanu yang dikenal dengan nama Pangeran Lemah Dhuwur;
- Kyai Pratoko yang dikenal dengan nama Pangeran Weleran;
- Kyai Pratoko yang dikenal dengan anam Pangeran Tumenggung Puro (Gechiedenis van Madura, Djawa VI,1926).
Suatu ketika Pangeran Pratanu bermimpi mendapat tamu orang asing yang mengaku bernama Sayid Maghribi yang meminta kepada Pangeran Pratanu untuk masuk agama Islam dan yang menjadi guru agama Islam adalah Sunan Kudus.. Pangeran Pratanu menghadap kepada orang tuanya yaitu Pangeran Pragalbo. Pangeran Pragalbo memeritahkan kepada patih Bagena untuk pergi ke Kudus dan menemui Sunan Kudus.
Setelah belajar agama Islam kepada Sunan Kudus kemudian Patih Bagena melaporkan kepada Pangeran Pratanu. Selanjutnya Pangeran Pratanu melaporkan kejadian itu kepada Pangeran Pragalbo. Walaupun menerima dengan marah-marah, akan tetapi selanjutnya sadar dan menganjurkan kepada Patih Begena supaya mengajarkan agama Islam dengan sarat tidak dengan cara kekerasan . Namun sayang, Pangeran Pragalbo sendiri belum mau masuk agama Islam, Suatu ketika pangeran Pragalbo sakit keras dan dituntun membaca kalimat syahadat, namun beliu tidak bisa membaca akan tetapi hanya menganggukkan kepala. Akhirnya beliau meninggal pada tahun 1450 M ditandai dengan candrasengkala sirno pendowo kertaning negara. Karena Pangeran Pragalbo masuk Islam hanya dengan menganggukkan kepala, maka beliau disebut dengan nama Pangeran Ongguk (Kaboel Krismadi, 1979:137).
Sepeninggal Pangeran Pragalbo mahkota kerajaan diserahkan kepada Pangeran Pratanu, ditandai dengan candra sengakala berbunyi buto pranataning nagaro = 1450 Saka = 1531 M. Pada masa pemerintahannya, keraton dipindahkan ke Arosbaya. Pangeran Pratanu memerintah dengan arif dan bijaksana, sehingga sangat dicintai rakyatnya. Pangeran Pratanu meninggal pada tahun 1512 saka = 1592 M dengan ditandai candrasengkala yang berbunyi tinggal tunggal margining taukhid. Setelah pangeran Pratanu wafat, makamnya ditinggikan oleh kedua puteranya yaitu Pangeran Blega dan Pangeran Tengah. Oleh karenanya Pangeran Pratanu terkenal dengan sebutan Pangeran Lemah Duwur.
Pemerintahan selanjutnya digantikan puteranya yang bernama Raden Koro dengan gelar Pangeran Tengah dengan ditandai candrasengkala yang berbunyi sinembah putero pandowo ratu = 1512 Saka. Pada masa pemerintahannya, Sampang dan Blega tidak mau tunduk kepada Arosbaya. Lama pemerintahan Pangeran tengah 30 tahun yaitu hingga tahun 1542 Saka = 1621 M dengan tandai dengan candra sangkala berbunyi : netro papat yakso prabhu. Pangeran Tengah meninggalkan seorang isteri dan seorang anak laki-laki yang kemudian oleh ibunya diserahkan kepada pamannya yaitu Pangeran Sontomerto di Madegan, sedangkan di Arosbaya digantikan adiknya yaitu Pangeran Mas.
Situs Makam Agung terdiri dari 3 halaman yaitu halaman I merupakan ruang tanpa makam yang ditandai dengan sebuah gapura berbentuk Tugu. Halaman ini merupakan halaman kosong yang cukup luas, batas halaman ini dengan halaman II berupa sebuah gapura dengan ukuran panjang 6 m, lebar 1,63 m dan tinggi 2,6 m.
Halaman II merupakan ruang dimana terdapat sebuah pendopo baru. Batas halaman II dan III ditandai dengan sebuah gapura yang pernah direnovasi tahun 1930-1940 M . Bentuk arsitekturnya berupa bentuk candi bentar semu dengan ukuran panjang 2,50 cm, lebar 1,48 cm dan tebal 0,57 m.
Halaman III memiliki tiga buah batur dimana, batur makam bagian barat (batur pertama) terdiri dari 22 buah makam dengan tokoh utama Kyai Pratanu (Panembahan Lemah Duwur). Lantai batur terbuat dari batu putih yang disusun berjajar. Bangunan ini menghadap ke Selatan (ditandai letak pintu masuk berada di Selatan). Ragam hias yang terdapat pada bagian bawah bangunan berupa ukiran sulur-suluran gelung. Pada bagian sisi Selatan batur tepatnya pada sebelah Timur tangga/pintu masuk terdapat pilar yang berbentuk miniatur candi yang terdiri dari bagian kaki, tubuh, dan atap candi. Pada sisi Utara tepatnya disebelah Utara / atas Makam Kyai Pratanu terdapat 3 buah prabha. Satu diantaranya (bagian tengah) merupakan bangunan induk. Ukuran masing-masing prabha :
- Prabha bagian tengah (prabha utama) : tinggi 1,46 m, lebar 2,47 m, dan tebal 30 m.
- Prabha kiri / Barat : tinggi 1,28 m, lebar 3,65 m, dan tebal 17 m.
- Prabha kanan / Timur : tinggi 1,27 m, lebar 3,35 m, dan tebal 17 m
Pada batur tengah terdapat 9 buah makam dengan tokoh utama Raden Koro (Pangeran Tengah). Beliau adalah putera Kyai Pratanu dan merupakan ayah dari Pangeran Cakraningrat I (Praseno). Bangunan batur tidak beragam hias, lantai dari tanah. Makam utama berbentuk sangat sederhana, prabhanya polos tidak beragam hias. Ukuran bangunan batur : panjang sisi Barat 7 m, sisi Utara 5,66 m, sisi Timur 6,75 m, Selatan 5,50 m, tinggi 0,60 m. Ukuran prabha : tinggi 1,57 m, lebar 2,44 m, tebal 0,23 m.
Pada batur ini terdapat 6 buah makam, dengan tokoh utama Kyai Pragalbo (Pangeran Islam Ongguk) ayah dari Kyai Pratanu. Lantai batur dari bahan batu putih, pintu terdapat di sebelah Selatan, batur menghadap ke Selatan. Ragam hias yang terdapat pada bagian / sisi Barat dan Selatan berupa ukir-ukiran dan hiasan medalion yang sudah distilir bermotif daun-daunan. Pada bagian sudutnya terdapat bentuk seperti stupa. Ukuran bangunan batur panjang sisi Utara 6,78 m, sisi Selatan 6,60 m, tinggi 0,60 m.
Pada bagian Utara tepatnya sebelah Utara / di atas Makam Kyai Pragalbo terdapat prabha yang pernah dipugar pada tahun 1940. Prabha berukuran lebar 2,67 m, tinggi 1,58 m, dan tebal 22,50 cm, sedangkan prabha II berukuran : lebar 2,15 m, tinggi 1,35 m, dan tebal 21,50 cm.( Deasy Ardhini)
Sumber:
- Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala :Tahun 2009 ;Menelusuri Jejak Peninggalan Sejarah di Pulau Madura Perpustakaan BPK Provinsi Jawa Timur
- Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur; Tahun 2003 :Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Makam Islam di Jawa Timur