LADU (Langgeng Seduluran)

0
394

Ladu merupakan makanan khas yang ada di Kota Batu tepatnya banyak dibuat dan ditemui di Desa Gunungsari Kota Batu. Makanan ini pada mulanya adalah sebagai suguhan tamu yang termasuk dalam jenis makanan ringan yang biasanya banyak ditemui di atas meja saat hari raya iedul fitri dimana banyak orang bertamu untuk bersilaturrahim merayakannya. Menurut salah seorang warga Dusun Kandangan Desa Gunungsari Kota Batu bernama Sumani yang juga seorang pembuat ladu bahwa ladu adalah sebuah akronim dari kata “Langgeng Seduluran”, senada dengan pernyataan ini Mayunita sebagai seorang guru warga Dusun Pagergunung Desa Gunungsari juga menguatkan hal ini bahwa  ladu adalah sebuah singkatan kata langgeng seduluran dan rata-rata warga Desa Gunungsari juga paham tentang akronim tersebut.

Saat ini jenis makanan ringan ini sudah banyak ditemui di berbagai tempat penjualan makanan ringan terutama di toko oleh-oleh atau cinderamata, sehingga makanan ini tidak lagi hanya sebagai makanan khas sebagai suguhan tamu saat hari raya saja tapi juga sudah dapat ditemukan setiap saat. Ada makna mendalam dibalik kata ladu jika dilihat dari proses pembuatan sampai dengan siap dihidangkan. Dirangkum dari berbagai sumber dan hasil wawancara dengan warga desa dan pembuat ladu yang ada di Desa Gnungsari dapat disimpulkan gambaran maknanya sebagai berikut:

  1. Bahan dasar ladu adalah beras ketan putih bersih dengan kualitas terbaik/pilihan, maknanya adalah bahwa manusia hidup di dunia awalnya tak berdosa dan tanpa noda meliputi jiwa dan raga.
  2. Rasa manis yang berasal dari bahan gula putih menggambarkan bahwa semua manusia hidup di dunia mengharapkan kebaikan dalam hidupnya tidak ingin merasakan pahitnya kehidupan.
  3. Sifat dasar bahan beras ketan setelah melalui proses pemasakan adalah lengket/lekat yang menggambarkan bahwa semua manusia pada hakikatnya adalah satu keluarga yang dalam hubungannya antara satu dengan lainnya seperti tidak dapat dipisahkan.
  4. Proses penumbukan yang menggunakan alu dan lumpang mengambarkan sosok ayah dan ibu
  5. Proses pemipihan setelah penumbukan adalah menggambarkan bahwa semua manusia harus bisa berlapang dada menerima segala pemberianNYA sebagai qodrat dan taqdir Tuhan
  6. Setelah dipipihkan selanjutnya diiris-iris sejajar dan melintang menggambarkan seluas-luasnya hati manusia pasti ada sifat antara baik dan buruk yang selalu bersinggungan.
  7. Proses penjemuran/pemeraman (diangin-anginkan) menggambarkan saat jiwa dan raga di puasakan untuk mengendalikan hawa nafsu dan kerasnya hati.
  8. Proses oven menggambarkan peleburan dosa dimana irisan-irisan  tipis yang sudah melalui proses penjemuran/pemeraman (diangin-anginkan) tadi dapat menggembung dan mengembang dengan sedikit warna kecoklatan sebagai akibat adanya pembakaran yang meyebabkan karbonisasi dan karamelisasi yang menggambarkan mijil manusia/wujud manusia tak ada yang bersih murni suci seperti sebelum awal dilahirkan di bumi.
  9. Setelah melalui proses oven maka jadilah bentuk bulatan-bulatan sebesar bola ping-pong berwarna putih kecoklatan yang jika dimakan akan terkesan rasa manis renyah namun lembut di mulut, dan inilah penggambaran eratnya hubungan manusia yang sesungguhnya walaupun banyak dosa, salah, dan khilaf akan tetapi dengan kekuatan persaudaraan semua akan terasa manis penuh dengan kelembutan.