Candi Pari merupakan salah satu tinggalan arkeologis di Jawa Timur. Secara administratif, Candi Pari terletak di Desa Pari, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo tepatnya pada koordinat 7°30’57,9” LS dan 112°41’00,1”. Candi Pari berdenah segi empat, berbahan dasar bata yang mempunyai ambang pintu atas dan bawah yang berbahan dasar batu andesit. Bangunan candi menghadap ke arah barat, dengan ukuran bangunan : tinggi 13,80 m; panjang 13,55 m; dan lebar 13,40 m. Upaya perawatan dilakukan oleh Unit Kerja Pemeliharaan dibawah naungan Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur dengan konservasi dengan cara menghambat proses pelapukan dan kerusakan benda sehingga umur benda dapat diperpanjang dengan cara kimia dan non kimia. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 15-19 Juni 2016.Kegiatan konservasi Candi Pari dititikberatkan pada pembersihan secara mekanis dan menghambat pertumbuhan jasad biotis pada kaki dan tubuh candi. Pada kegiatan konservasi Candi Pari juga dilakukan penanganan penggaraman pada dinding kaki dan tubuh candi. Kegiatan konservasi yang dilakukan dengan volume pekerjaan 339 m². Adapun kegiatan yang dilaksanakan meliputi :
- Melaksanakan kegiatan observasi
Kegiatan ini merupakan langkah awal sebelum melaksanakan kegiatan konservasi. Metode kegiatan dengan cara pemotretan, pengamatan secara langsung dan pencatatan data keterawatan candi. Data keterawatan yang dimaksud disini adalah penyebab kerusakan cagar budaya tersebut. Selain itu juga dilaksanakan kegiatan analisis lingkungan yang meliputi pH air, pH tanah , suhu dan kelembaban udara.
- Penanganan jenis dan penyebab kerusakan
Sebagai langkah awal tindakan konservasi adalah dengan pembersihan secara mekanis. Pembersihan secara mekanis kering dilakukan dengan menggunakan sikat ijuk dan menggunakan sapu lidi. Sedangkan pembersihan mekanis basah dilakukan dengan menggunakan air dengan dibantu menggunakan alat power sprayer. Dalam kegiatan konservasi Candi Pari air yang digunakan adalah air isi ulang yang pHnya netral, tidak menggunakan air sumber yang memiliki pH basah. Penggunaan alat power sprayer ini dilakukan dengan sangat hati-hati dan dengan tekanan tertentu agar tidak merusak material objek. Setelah pembersihan mekanis basah dirasa cukup maksimal, jasad biotis yang tidak dapat dibersihan secara mekanis basah dilakukan pembersihan secara khemis. Pembersihan secara khemis dilakukan dengan mengguakan bahan AC 322. Untuk mengendalikan terjadinya proses penggaraman digunakan bubur kertas. sedangkan bahan yang digunakan adalah EDTA, Aquadest, dan kertas merang. Sebagai langkah terakir dalam kegiatan konservasi yaitu menghambat pertumbuhan jasad biotis menggunakan bahan herbisida jenis raoundup yang berbahan aktif Isopropilamina glisofat. Penggunaan bahan ini dengan konsentrasi 5 %, aplikasi bahan dilakukan dengan penyemprotan.