Klenteng Tri Dharma (Hwie Ing Kiong) terletak di Jl. Cokroaminoto, Kejuron, Kecamatan Taman, Kota Madiun. Sebelum di Jl. Cokroaminoto, klenteng yang biasanya difungsikan sebagai tempat sembahyang warga Tionghoa tersebut berada di sebelah Timur sungai Madiun (samping jembatan Madiun).
Bangunan klenteng ini menghadap ke arah barat pada jalan HOS Tjokroaminoto. Bangunan utamanya dikelilingi oleh bangunan-bangunan baru sebagai fasilitas pelengkap bagi klenteng dan masyarakat. Denah bangunan induk persegi panjang orientasi barat timur. Bangunan induk memiliki dua bangunan yang memiliki dua model atap yang berbeda, sementara di antara bangunan itu terdapat ruang terbuka tanpa atap dengan lorong di kanan kirinya. Pada bangunan induk belakang terdapat penambahan serambi di kanan kiri yang menghubungkan pada bangunan yang ada di kanan kiri bangunan induk.
Klenteng ini berkisah tentang seorang istri Residen Madiun sedang menderita sakit serius. Dokter menyarankan agar beliau menjalani pengobatan di negeri Belanda, namun oleh karena jarak dan waktu yang harus ditempuh amatlah panjang sehingga tidak memungkinkan melaksanakan saran dokter tersebut.
Kabar perihal sakit istri Residen telah tersebar hingga Liem Koen Tie, tokoh perkumpulan masyarakat Tionghoa Madiun pada waktu itu juga mendengarnya dan menyarankan kepada istri Residen agar bersembahyang di kuil Dewi Ma Zu, dan saran tersebut diikutinya.
Setelah bersembahyang dan meminum obat yang resepnya didapat melalui Yok Jiam / Jiamsi Obat di kuil Dewi Ma Zu selama satu minggu, sakitnya ternyata sembuh. Sebagai ungkapan rasa syukur atas kesembuhan istrinya, Residen lantas merestui diadakannya relokasi kuil Dewi Ma Zu. ke tempat yang lebih layak, jauh dari ancaman banjir di musim hujan (karena letaknya yang dekat dengan sungai). Residen memberikan kemudahan untuk mendapatkan sebidang tanah seluas kurang lebih 10.000 m2 untuk dibangun sebuah kuil baru, yang kemudian dikenal sebagai Kelenteng Hwie Ing Kiong Madiun.
Bangunan utama Hwie Ing Kiong bergaya khas Tiongkok. Konon arsitek dan tenaga kerjanya didatangkan langsung dari Fujian, begitu juga ubin merah yang terpasang pada bangunan utama dibawa langsung dari Tiongkok dan sampai sekarang masih dipertahankan keutuhannya. Selain itu Residen juga menghadiahkan keramik khas negeri Belanda yang sampai sekarang masih terpasang di meja utama altar Ma Zu sebagai pengingat jasa.
Setelah kuil Dewi Ma Zu ( 妈 祖 ) yang baru selesai dibangun, dilaksanakan ritual keagamaan untuk pemindahan Rupang / Kimsin Dewi Ma Zu dari kuil lama dengan disaksikan dan diikuti penduduk sekitar Madiun. Demikianlah Kelenteng Madiun dengan nama Hwie Ing Kiong (yang berarti istana kesejahteraan dan kemuliaan) berdiri dan menjadi tempat bernaung sebagian besar masyarakat Tionghoa Kota Madiun pada masa itu.
Pembangunan klenteng ini memerlukan waktu yang cukup lama, 10 tahun, sesuai prasasti tertulis : mulai pembangunan tahun 1887 dan terselesaikan 1897 maka berdirilah Klenteng Ma Co Po Thian Siang Seng Boo dengan nama “HWIE ING KIONG”. (Unit DokPub, BPK XI)
dok by. bagus martada