Klenteng Hok Yoe Kiong yang tidak terlalu besar ini memiliki keunikan yang tidak terdapat pada klenteng lainnya di Indonesia. Pada altar ke sebelas terdapat altar untuk Dewa Semut. Selain itu susunan pengurus di klenteng ini terdiri dari umat Tridharma, Islam, Katolik dan Kristen. Hal ini tidak terlepas dari riwayat kepemilikan bangunan ini.
Klenteng Hok Yoe Kiong, berada di Desa Sukomoro, Kecamatan Sukomoro, Kabupaten Nganjuk, di sebelah Timur jantung Kota Nganjuk berjarak kurang lebih 5 kilometer. Atau di sebelah Utara dari jalan utama Surabaya – Madiun. Klenteng Hok Yoe Kiong merupakan tempat peribadatan umat Tridharma yang asal mulanya adalah milik Soen Boen Lee yang dibangun untuk Kongco Tik Tjoen Ong. Sebenarnya Klenteng Hok Yoe Kiong dahulu terletak di jantung Kota Nganjuk dan pada tahun 1956 dipindahkan ke Desa Sukomoro, kemudian diserahkan kepada masyarakat, untuk dipakai sebagai tempat peribadatan umat Tridharma secara umum. Karena itulah kepengurusan klenteng tidak hanya terdiri dari umat Tridharma saja.
Roh utama (Dewa) yang dipuja pada klenteng ini adalah Kongco Kok Tik Tjoen Ong. Kegiatan sembahyang umat Tridharma di Klenteng Hok Yoe Kiong diadakan dua kali dalam satu bulan Jawa yaitu di awal bulan (bulan sabit) dan di pertengahan bulan tanggal 15 (bulan purnama). Selain sebagai tempat peribadatan sehari-hari, klenteng ini juga digunakan untuk menggelar beberapa event keagamaan umat Tridharma. Selain itu juga sebagai tempat pertunjukan kesenian Liong dan Barongsai, dan sebagai tempat berolahraga bagi warga Sukomoro dan Nganjuk setiap hari Minggu pagi. Bangunan Klenteng ini tidak terlalu besar, terbagi atas 4 bangunan utama yang terdiri dari 11 altar untuk sembahyang.(A. Akbar Sunandir)