KERIS, Benda Pusaka Para Leluhur

0
2203

Siang yang terik menghiasi pameran pada hari ke empat Hardiknas 2019. Salah satu stan pameran yang paling banyak diminati oleh para kolektor dan penikmat warisan budaya adalah pameran keris. Siapa yang tidak mengenal keris? Keris yang dipercaya sebagai pelindung diri, juga dikenal sebagai tinggalan leluhur yang sarat akan seni dan budayanya.

Pameran keris yang ikut andil dalam semarak Hardiknas ini merupakan persembahan dari Paguyuban Tosan Aji Surya Wilwantikta yang didirikan oleh Iwan. Iwan merupakan putra daerah Trowulan yang telah lama bergelut dengan benda pusaka. Lokasi lembaga yang didirikan Iwan beserta anggotanya yang terdiri dari 50 orang ini berada di Perum-Canggu Permali blok 6A no.4 RT 11, Sonosari, Jetis. Rumah pribadinya menjadi tempat berkumpul komunitas para penikmat benda pusaka.

Lembaga yang didirikan Iwan merupakan lembaga yang awalnya hanya sebagai tempat perkumpulan orang-orang yang tertarik benda pusaka. Hingga berjalannya waktu, Iwan berinisiatif menjadikan lembaganya sebagai lembaga paten dan memiliki nilai. Setelah paten, Iwan merangkul beberapa anggota hingga menjadi lebih dari 50 orang dengan bakat dan bidang yang berbeda-beda. Pembagian bakat dan bidang terbagi atas ahli pembuat besi, ahli pamor, ahli penamaan pusaka (rancang bangun) dan ahli konservasi benda pusaka.

“Lembaga ini sangat menjunjung tinggi nilai-nilai leluhur agar generasi mendatang mengenal tinggalan para leluhurnya dalam menopang kerajaan Majapahit”, ungkap Iwan. Iwan mengungkapkan ada 3 unsur dalam keris yaitu meteorit, besi sloro dan besi pamor. “Besi sloro ini jika terkena pada tubuh manusia, darahnya akan membeku”, seru Iwan sambil memperlihatkan keris yang terbuat dari bahan besi sloro.

Pada masa Hindu-Buddha, keris dibuat menggunakan bahan meteorit. Namun seiring perkembangan jaman, keris dimodifikasi agar lebih berseni. Pembuat keris (empu) yang mendukung koleksi keris Torsan Aji Surya Wilwantikta ini, berasal dari Paguyuban.

Tampilan perdana Torsan Aji Surya Wilwantikta yaitu di Paguyuban pada bulan 5 tahun 2018 kemarin, kemudian berlanjut di Pendopo Agung Trowulan. Seiring respon positif dari masyarakat akan hadirnya lembaga ini, maka pameran keris dilanjutkan pada kegiatan-kegiatan besar salah satunya Hardiknas 2019. Koleksi yang ditampilkan dalam pameran ini berisi keris dari bahan meteorit dan besi pamor. Selain keris, pameran ini juga menyajikan sarung batik yang dijual seharga Rp.100.000,-. Koleksi lain yang terlihat menarik yaitu salah satu patung yang terbuat dari kayu cendana langka berasal dari Papua. Selain itu, koleksi lain berupa miniatur stupa candi, yoni, dan beberapa replika arca dewa Ganesha.

Iwan berharap pengunjung dapat hadir kembali dalam pamerannya yang akan dilaksanakan pada bulan 8 di Candi Tikus dan berakhir di Pendopo Agung Trowulan, Mojokerto. “Keris itu harus dilestarikan, karena ini sudah menjadi warisan leluhur,” tegas Iwan.

Iwan bersama istri senang dengan pekerjaanya ini. Selain menjaga warisan leluhur, Iwan juga menerima dengan senang hati bagi orang-orang yang senang dalam melestarikan benda pusaka. “Dalam lembaga ini, kita semua seperti saudara, jika ada yang kekurangan, yang berlebihan harus membantu”, jelas Iwan. Lembaga ini berdiri tanpa bantuan dana dari pihak manapun, semua murni dari biaya Iwan beserta keluarga yang berpartisipasi dalam membentuk lembaga hingga menghabiskan dana yang tidak sedikit.

Semoga melalui lembaga ini, masyarakat lebih mengenal warisan budaya sebagai kearifan lokal yang patut dilestarikan. Salam. (Oshin)