Bahan dasar Candi Badut adalah batu andesit, yang merupakan salah satu bahan yang mempunyai sifat porus, cepat ataupun lambat akan mengalami degradasi yang tidak bisa dihindari. Faktor-faktor penyebab terjadinya proses degradasi terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berkaitan dengan geotopografi dengan kondisi dimana bangunan cagar budaya tersebut berdiri. Faktor eksternal diantaranya meliputi faktor biotis dan faktor abiotis.
Permasalahan yang dihadapi di kompleks Candi Badut ini adalah tingkat pertumbuhan jasad biotis jenis lichenes dan algae yang cukup tinggi.Pertumbuhan lumut relatif kecil. Oleh sebab itu perlu dilakukan konservasi sebagai upaya tindakan perawatan untuk pemeliharaannya. Pertumbuhan jasad biotis ini bila dibiarkan dalam waktu lama akan mengganggu pemandangan dan juga menyebabkan kerusakan pada cagar budaya tersebut. Akibat yang ditimbulkan berupa proses pelapukan terhadap batunya sebagai bahan pembentuk cagar budaya tersebut.
Sebelum melakukan kegiatan konservasi terlebih dahulu koordinasi dengan pihak terkait yaitu Disbudpar Kabupaten Malang. Kemudian melakukan observasi/survey data keterawatan dan pengumpulan data di lapangan, antara lain : pemotretan data (pendokumentasian), pemantauan suhu dan kelembaban, pH tanah dan data kondisi keterawatan.
- Pengumpulan data.
Dalam kegiatannya dilakukan observasi data keterawatan terhadap obyek sasaran, keasaman tanah, pemantauan suhu dan kelembaban dan data lingkungan secara eksisting. Alat yang digunakan : Soil tester, rol meter, Thermohygro meter, pH papper.
- Pembersihan Mekanis Kering.
Kondisi batu mempunyai tingkat kekerasan berbeda-beda sehingga carapembersihan yang dilakukan dengan sangat hati-hati, dengan menggunakan sapu lidi, sikat ijuk, sikat nilon. Pembersihan ini dilakukan secara terhadap jasad biotis seperti lumut, algae, tumbuhan tingkat rendah dan protholichenes yang masih bisa dibersihkan secara manual. Untuk pertumbuhan jasad biotis dan tumbuhan tingkat tinggi jenis pterydopyta dilakukan pembersihan dengan menggunakan sapu lidi dansolet bamboo/sapu lidi, karena tumbuhan jenis tersebut banyak terdapat pada sela-sela/nat-nat batunya.
- Pembersihan Mekanis Basah
Pembersihan mekanis basah ini dilakukan setelah perlakuan pembersihan mekanis kering, untuk membersihkan debu yang masih menempel pada bangunan/obyek yang dibersihkan sebagai sisa-sisa kotoran dari pembersihan mekanis kering. Pembersihan ini dilakukan dengan menggunakan power sprayer dengan memperhatikan kuat tekanannya dari power spreyer tersebut dengan cara pengaturannya agar tidak merusak obyek. Pembersihan mekanis basah dilakukan dengan sangat maksimal agar dalam penggunaan bahan kimia dilakukan seminimal mungkin.Penggunaan bahan kimia diharapkan seminimal mungkin, bahkan kalau bisa dihindari agar tidak menimbulkan efek samping yang menyebabkan kerusakan lebih lanjut.
- Pembersihan Chemis
Pembersihan secara chemis dilakukan setelah pembersihan secara manual mekanis benar-benar tidak bisa mendapatkan hasil yang maksimal. Pembersihan ini dilakukan terhadap asad biotis jenis lichenes yang sudah menua dan hampir menyatu dengan batunya, sehingga sangat sulit untuk dilakukan pembersihan secara manual mekanis kering maupun basah.
- Pengawetan
Setelah perlakuan pembersihan mekanis basah dalam pembersihan chemis, kemudian dilakukan pengawetan. Pengawetan dilakukan menggunakan bahan Round Up dengan konsenstrasi bahan 5 %, kegiatan ini bertujuan untuk menghambat pertumbuhan jasad biotis jenis lumut, tumbuhan tingkat rendah dan algae.
Hasil yang dicapai dalam kegiatan konservasi Candi Badut ini sesuai dengan yang direncanakan, walaupun dalam perencanaan sasaran yang dikenakan pengerjaan mengacu pada skala prioritas, yaitu Candi Induk, Candi perwara dan kumpulan batu – batu lepas yang berada di halaman candi. (Lap. Konservasi Candi Badut, 2017)