Identifikasi Kerusakan Cagar Budaya (Kajian Konservasi Situs Makam Agung Arosbaya, Bangkalan)

0
1100
 “Koordinasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangkalan”

Kajian konservasi merupakan salah satu kegiatan penelitian terapan yang dilakukan sebagai langkah awal sebelum pelaksanaan konservasi cagar budaya. Kajian ini secara teknis mengidentifikasi kondisi keterawatan atau kerusakan yang terjadi untuk selanjutnya dilakukan analisa dan memberikan rekomendasi teknis penanganan. Kegiatan dilaksanakan selama 7 hari mulai tanggal 9 hingga 15 Maret 2020 dengan mengambil objek kajian adalah Situs Makam Agung Arosbaya di Kabupaten Bangkalan.
Komplek Makam Agung Arosbaya terdiri atas beberapa struktur, yaitu gapura I sebagai pintu masuk ke kompleks makam, gapura II, gapura III, gapura IV. Memasuki komplek makam utama terdapat pagar keliling yang di dalamnya terdapat tiga batur makam utama yaitu pada bagian barat adalah batur makam (Kyai Pratanu atau Kyai Lemah Duwur), batur makam utama bagian tengah (Raden Koro atau Pangeran Tengah) dan batur makam utama bagian timur (Kyai Pragalbo atau Islam Onggu’).
Hasil observasi keterawatan situs yang dilakukan pada tahun 2016 oleh BPCB Jawa Timur mengidentifikasi beberapa permasalahan keterawatan yang menjadi bagian utama dari Kompleks Makam Agung Arosbaya antara lain :

Gapura memasuki komplek
Makam Agung Arosbaya, Bangkalan
  1. Makam Kyai Pratanu (Pangeran Lemah Duwur)
    Terdapat sebuah prabha/ghunongan polos di belakang makam dengan kondisi prabha ditumbuhi lumut dan alga serta posisi miring ke selatan, selain itu juga terdapat lapisan (lepa) semen menutupi hampir seluruh prabha. Kondisi batur dan jirat makam masih utuh dengan kondisi batuan ditumbuhi oleh lumut (moss) dan alga jenis algae edanlichen, serta beberapa bagian batur mengalami kemelasakan dan miring.
  1. Makam Raden Koro (Pangeran Tengah)
    Terdapat sebuah prabha/ghunongan polos di belakang makam dengan kondisi prabha ditumbuhi lumut dan alga, kondisi jirat rusak dan disusun kembali (dengan dilapisi dengan semen). Kondisi nisan ditumbuhi oleh alga jenis algae edanlichene.
Kondisi batur dan jirat Makam Raden Koro telah dilapisi dengan semen
  1. Makam Kyai Pragalbo (Islam Onggu’ / Pangeran Plakaran)
    Terdapat sebuah prabha/ghunongan polos di belakang makam dengan kondisi prabha ditumbuhi lumut dan alga. Kondisi batuan makam rusak dan disusun kembali, nisan mengalami keretakan dan ditumbuhi alga jenis algae edanlichene. Jirat makam dan lantai sekitar makam ditumbuhi oleh lumut (moss) dan juga jirat ditumbuhi alga jenis algae dan lichene. Saat ini terdapat cungkup di atas batur makam Pragalbo dan penempatan tiang penyangga yang ditancapkan pada dinding batur makam, sehingga merusak struktur batur makam.
Kondisi Batur Makam Pragalbo atau Islam Onggu’
  1. Pagar Keliling Makam Utama
    Pagar makam adalah pagar keliling yang membatasi lokasi makam utama (halaman III) dengan makam lainnya di halaman II maupun halaman I. Pagar keliling melingkupi terhadap tiga batur makam utama pada makam Agung Arosbaya, yaitu batur makam Pragalbo (Islam Onggu’), Makam Raden Koro (Pangeran Tengah) dan Makam Kyai Pratanu (Pangeran Lemah Duwur). Antara makam Pragalbo dan makam Raden Koro terdapat pagar pemisah dengan dihubungkan dengan sebuah gapura bentar. Kondisi pagar hampir seluruh bagian terdapat jasad biotis seperti lumut, alga dan lichen serta terdapat struktur pagar di sebelah utara dan barat batur makam Pratanu mengalami kemiringan.


Hipotesa awal bahwa faktor ancaman terbesar yang bisa merusak makam yaitu banyaknya tumbuhan dengan ukuran besar dan rindang di lingkungan makam sehingga menjadikan makam sangat teduh dan lembab, hal ini menyebabkan timbulnya faktor biotik seperti tumbuhnya lumut (moss) dan alga serta lichen. Selain kedua faktor tersebut, faktor lain yang mengancam kelestarian komplek makam adalah aktifitas pemanfaatan yang terjadi yaitu dengan alasan untuk menambah kenyamanan serta wujud rasa terima kasih atas terkabulnya permintaan maka beberapa makam dilakukan perbaikan dengan menambah lapisan semen. Penambahan lapisan semen pada beberapa batur dan jirat serta halaman makam, bahkan pembuatan cungkup dengan tidak mempertimbangkan aspek arsitektur dan estetika situs makam.
Kompleks makam ini sudah berusia ratusan tahun, maka material makamnya rentan terhadap berbagai kerusakan. Beberapa bentuk degradasi yang terjadi antara lain seperti pertumbuhan jasad biotis jenis lumut (moss) dan algae edanlichene. Biotis ini jika dibiarkan begitu saja mengakibatkan proses pelapukan batuan menjadi semakin cepat. Selain itu kondisi lingkungan yang mempengaruhi tingkat kelembaban seperti tumbuhan besar dan kondisi cuaca yang dapat mempercepat pertumbuhan lumut dan alga sehingga mempercepat proses pelapukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penanganan untuk menanggulangi beberapa kerusakan yang terjadi dengan melakukan konservasi terhadap cagar budaya dan lingkungannya.
Pelaksanaan konservasi terhadap cagar budaya merupakan penanganan teknis terhadap objek cagar budaya. Oleh karena itu, agar tidak terjadi kesalahan penanganan, maka perlu didahului dengan sebuah kajian awal yaitu kajian konservasi untuk mengidentifikasi jenis kerusakan dan faktor penyebabnya, serta mengidentifikasi luasan atau volume kerusakan yang terjadi, sehingga dapat diketahui langkah yang tepat untuk menangani kerusakan tersebut serta bahan dan jumlah bahan yang diperlukan dalam penanganannya yaitu konservasi. (Pahadi)

Uji Coba Cairan Atsiri Untuk penanggulangan Jasad Biotis

Mengukur Tingkat Kelembaban dan kandungan air dalam batuan makam
Identifikasi Jenis kerusakan dan Mengukur luas kerusakan