Gereja Babtis Indonesia Pertama (GBIP)

0
1224

Gereja ini berada di kawasan permukiman penduduk dengan akses jalan beraspal dengan sistem satu arah dari timur ke barat,  pada sebuah lahan dengan bangunan gereja yang terlihat unik di sudut persimpangan jalan antara jalan Gajah Mada dan Jalan Pemuda Kota Mojokerto.

Bangunan gereja menghadap ke arah selatan dan di sisi timur merupakan sudut atau tikungan jalan. Gereja berada pada lahan yang cukup luas dengan penutup paving block. Keletakan pada lahan tersebut, Gereja berada pada posisi di tengah sehingga terlihat menonjol dengan karakteristik arsitektur yang berbeda dengan sekitarnya dengan batas lahan berupa pagar besi berongga, pintu masuk pagar berada di sisi selatan.

Bagian utara merupakan bagian belakang gereja yang saat ini berupa tempat tinggal pendeta. Antara rumah tinggal dengan gereja dihubungkan dengan penutup atap, sehingga berfungsi sebagai teras rumah tinggal. Pada bagian sudut barat laut terdapat tembok bangunan (bata berspesi) yang belum selesai pengerjaannya (mangkrak).

Pada mulanya, bangunan Gereja Babtis Indonesia Pertama (GBIP) merupakan sebuah rumah tinggal milik keluarga Tuan Willian Lodewijk Camphuisen, tertulis atas nama Caroline Margaretha Camphuisen c. s. ahliwaris dari A. F. Camphuisen.

Namun akhirnya bangunan rumah tersebut dibeli di bawah tangan yang diwakili oleh R. Sidono Abdurachman dari tahun 1958, secara resmi bangunan  tanah sekaligus rumah tinggal ini telah menjadi milik Yayasan Missi Babtis Indonesia di Jakarta secara resmi pada tanggal 24 Desember 1963 berdasarkan Akta Notaris Soembono Mojokerto N.2.

Akhirnya rumah tinggal tersebut digunakan sebagai kegiatan beribadat umat kristiani. Pada awal digunakan sebagai tempat beribadat, kondisinya masih asli berupa ruang-ruang yang terdiri dari ruang utama dan beberapa kamar di samping kanan kirinya dengan pintu saling berhadapan hinga kurun waktu sekitar 1998 (berdasarkan data foto).

Sekitar tahun 2000an sekat-sekat ruangan tersebut dibongkar menjadi satu ruangan los tanpa sekat dengan lantai tengah tetap, sedangkan lantai samping kanan dan kiri yang dulunya berupa lantai semen saat ini berupa lantai keramik berwarna putih.

Secara umum bangunan gereja ini tetap atau tidak banyak mengalami perubahan bentuk, hanya untuk kebutuhan ibadat umat yang tidak mencukupi, sehingga terdapat perubahan fungsi ruang yang saat ini berupa ruang los tanpa sekat agar dapat menampung jumlah jemaat yang lebih banyak. (Lap.Inv.Bangunan Kolonial Kota Mojokerto 2018)