Gapura Wringinlawang terletak di Desa Jatipasar, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Keberadaan struktur kuno ini dicatat pada tahun 1815 oleh Wardenaar, saat ia mendapat tugas dari Raffles untuk mengadakan pencatatan peninggalan arkeologi di daerah Mojokerto. Hasil kerja Wardenaar tersebut dicantumkan oleh Raffles dalam bukunya “ History of Java” (1817), dalam buku tersebut terdapat gambar sketsa Gapura Wringinlawang yang diberi judul “Remains of a Gateway at Majapahit called Gapura Jati Paser”, nama Jati Paser menjadi nama gapura ini waktu tersebut, pada masa selanjutnya berdasarkan cerita Knebel dalam tulisannya tahun 1907 menyebut nama gapura ini dengan nama Gapura Wringinlawang. Masyarakat lokal sendiri menyebut gapura ini dengan nama Gapura Wringinlawang, ini didasari cerita turun-temurun, dengan adanya dua buah pohon beringin yang mengapit gapura tersebut.
Gapura Wringinlawang adalah sebuah struktur cagar budaya yang terbuat dari bata, berbentuk gapura bentar (gapura tidak beratap), sebelum dilakukan kegiatan pemugaran tahun 1991/1992 sampai dengan tahun 1994/1995, kondisi struktur ini sudah tidak utuh lagi, kaki dan tubuh gapura masih berdiri namun pada struktur sisi utara sebagian tubuhnya dan puncak gapura telah runtuh dan hilang, yang tersisa hanya setinggi 9 meter. Sedang bangunan sisi selatan kondisinya masih dalam keadaan relatif utuh, hanya bagian kemuncak saja yang hilang. Gapura Wringinlawang saat ini berdimensi persegi panjang dengan ukuran panjang 13 m, lebar 11,5 m, sementara tinggi struktur 15,50 m. Jarak antar dua bagian gapura selebar 3,5 m dan memiliki trap tangga yang berjumlah 7 undakan teratur pada bagian barat sedangkan di bagian timur berjumlah 4 undakan. Sementara itu, bagian tengah gapura berupa lantai bata dan terdapat 4 buah blok batu andesit yang salah satunya berelief geometris. Gapura sisi selatan, terdapat pipi tangga dengan panil depan bagian atas agak menonjol membentuk profil tumpal dan bagian ujung bawah datar/tidak lancip. Pipi tangga sisi utara terdapat susunan blok batu andesit. Kaki gapura tingginya 4,7 m, struktur kaki terdiri dari perbingkaian bawah, badan kaki dan perbingkaian atas. Susunan perbingkaian kaki terdiri atas susunan pelipit-pelipit rata atau datar, sedangkan badan kakinya polos. Tubuh gapura mempunyai tinggi 6,6 m yang secara vertikal terbagi menjadi perbingkaian bawah tubuh, perbingkaian bidang tubuh dan perbingkaian atas tubuh. Perbingkaian bawah terdiri dari susunan pelipit rata dan pelipit sisi genta, sedangkan perbingkaian atas terdiri dari susunan pelipit rata dan menyambung dengan perbingkaian atap gapura. Atap gapura mempunyai tinggi 7,85 m dan berbentuk kubus yang bersusun semakin ke atas semakin mengecil. Pada masing-masing tingkatan terdapat hiasan berbentuk menara-menara dengan bagian sudut luar dan sudut dalam dihiasi dengan antefik. Di halaman sebelah utara dan selatan gapura terdapat sisa struktur bata yang membujur utara-selatan. Selain struktur gapura di sisi barat daya gapura ditemukan 14 buah sumur. Bentuk sumur ada dua macam yaitu sillindrik dan kubus. Dinding sumur untuk bentuk silindrik menggunakan bata lengkung, sedang untuk dinding sumur kubus digunakan bata berbentuk kubus pula.
Upaya pelestarian yang dilakukan terhadap Gapura Wringinlawang adalah dengan melakukan pencatatan melalui kegiatan inventarisasi, melakukan kegiatan pemugaran, konservasi secara berkala dan menempatkan juru pelihara. Upaya pelindungan hukum juga sudah dilakukan dengan menetapkan Gapura Wringinlawang sebagai cagar budaya sejak 21 Juli 1998. (Unit. Dokpub, BPK XI)