BPCB Jawa Timur telah melaksanakan ekskavasi penyelamatan selama 3 hari di situs pendem, dari tanggal 12 hingga tanggal 14 Desember 2019. Kegiatan ini dilakukan atas permintaan pemerintah Desa Pendem untuk segera menindaklanjuti penemuan struktur bata pada tanggal 26 November 2019, yang lokasinya berada tidak jauh dari Punden Desa Pendem. Dalam pelaksanaannya, BPCB Jawa Timur berkolaborasi dengan Dinas Pariwisata Kota Batu, Pemerintah Desa Pendem, Jurusan Sejarah Universitas Negeri Malang, Komunitas Bumi Palapa, Komunitas Barisan Mbah Sinto, dan Komunitas Jelajah Jejak Malang.
Di Punden Desa Pendem terdapat benda peninggalan purbakala berupa Yoni dan Arca Nandi terbuat dari batu andesit atau batu kali, yang sudah berada di lokasi tersebut sejak lama. Kedua benda tersebut telah di registrasi atau di data BPCB Jawa Timur pada tahun 2017.
Temuan struktur bata yang berada 10 meter di sebelah timur laut dari keletakan Yoni dan Arca Nandi di Pundem Pendem tersebut memunculkan hipotesa bahwa temuan struktur bata tersebut merupakan bagian dari bangunan suci atau candi yang ada di lokasi tersebut.
Ekskavasi penyelamatan dilakukan dengan dua metode, yaitu melalui teknik penggalian dengan mengupas lapisan tanah dan teknik sondir untuk melihat potensi temuan di dalam tanah dengan hasil dari pengeboran tanah di kedalaman tertentu.
Kegiatan ekskavasi di lakukan di area 300 m2 sebelah utara punden pendem dan berhasil membuka 6 buah kotak gali di titik yang berbeda dengan kotak gali berukuran 4 m x 4 m dengan kedalaman galian mencapai 60 cm hingga 1,5 meter. Dari kegiatan ekskavasi berhasil menampakkan struktur bata 4 lapis sepanjang 6,18 meter dan ketebalan 84 cm dengan orientasi membentang arah utara-selatan. Struktur bata ini disusun dengan menggunakan spesi tanah liat.
Di sisi utara, struktur membentuk sudut bangunan yang mengarah ke barat, sedangkan di sisi selatan struktur bata masih berlanjut ke area makam desa. Di sisi timur struktur bata nampak adanya konsentrasi lapisan padat fragmen bata. Sementara itu, hasil dari kegiatan sondir di 7 buah titik berbeda didapati bahwa area di sebelah barat punden tidak ditemukan adanya konsentrasi bata di bawah tanah.
Selain temuan struktur bata, ekskavasi menemukan dua buah koin dari masa belanda yang terbuat dari tembaga. Satu koin bertuliskan “Nderland Indie 1825”, sedangkan koin yang lain bertuliskan “Java 1810”.
Berdasarkan temuan-temuan ini maka disimpulkan sementara bahwa kegiatan ekskavasi berhasil menemukan satu sudut dari bangunan, yang sementara ini diduga merupakan sudut pintu masuk sisi barat dari bangunan bertipe batur atau mandapa yang diduga secara keseluruhan berbentuk persegi empat. Adanya koin belanda dari tahun 1800an yang ditemukan berada di antara tatanan struktur bata di kedalaman 64 cm dari permukaan tanah menguatkan dugaan mungkin bangunan batur atau mandapa ini pada tahun tersebut masih nampak di permukaan tanah, namun karena hal tertentu mungkin bangunan ini kemudian terpendam (atau mungkin juga di pendam), dan mungkin ini juga yang menjadi asal usul nama desa pendem.
Dari hasil temuan ekskavasi, diperkirakan bangunan yang ada di situs pendem ini merupakan sisa dari pondasi batur atau mandapa, yang kemungkinan besar memiliki dinding dan atap terbuat dari bahan organik seperti tiang dan dinding kayu dan atap menggunakan ijuk.
Terkait dengan periodesasi, struktur bata di situs pendem ini disusun dari bata dengan dimensi panjang 35, lebar 25, dan tebal 9 cm. ukuran bata ini lebih besar dari bata masa majapahit yang ditemukan di situs Trowulan yang memiliki panjang 30-32cm, lebar 18 cm, dengan ketebalan 6-7 cm. Ukuran bata di Situs pendem hampir sama dengan ukuran bata yang ditemukan di situs sekaran yang berada di Desa Sekarpuro Jetis Malang yang memiliki panjang 35-38 cm, lebar 18-22 cm, dengan ketebalan 8 cm. Temuan lepas di situs Sekaran didominasi temuan fragmen porcelin dan mata uang kepeng dari masa Dinasti Song abad 10-12 masehi atau dari masa Singosari. Dengan demikian, sementara ini situs pendem diduga setidaknya berasal sejaman dengan Situs Sekaran Malang, yaitu dari masa Singosari.
Untuk penanganannya ke depan, BPCB Jatim akan segera melakukan koordinasi dengan Pemerintah Kota Batu dalam hal ini Dinas Pariwisata Kota Batu dan Pemerintah Desa Pendem untuk merumuskan langkah-langkah strategis upaya pelestariannya. Termasuk untuk melakukan kegiatan ekskavasi lanjutan di lokasi ini. (WicaksonoDN)