Relief cerita ini dipahatkan pada bagian penampil Candi Jago, menghadap utara.
Cerita dimulai dari seekor gajah yang lari ketakutan pada pemburu cerdik bernama Papaka. Dalam pelariannya ia bertemu Harimau dan menceritakan apa yang terjadi. Kemudian Harimau menemui Papaka yang ternyata sudah lelah dan anak panahnya tinggal satu, Papaka lari dikejar Harimau.
Kemudian Papaka bertemu dengan kera betina bernama Wanari, anak Subudi. Wanari menolong Papaka yang pingsan kelelahan dengan menaikkannya ke atas pohon. Harimau sampai ke tempat tersebut dan berkata pada Wanari telah menolong orang yang tidak berbudi dan akan celaka sendiri. Harimau menceritakan contohnya seperti yang dialami oleh seorang Brahmana dengan pande emas.
Tetapi Wanari tidak percaya pada cerita Harimau dan membalas menceritakan kejelekan Harimau, membandingkan dengan kebaikan ketam. Harimau juga membalas dengan cerita-cerita tentang kejelekan kera. Ketika Wanari dan Harimau saling bercerita tentang kejelekan-kejelekan mereka, Papaka terbangun dan memanah Harimau sehingga Harimau lari. Papaka memohon kepada Wanari agar tulus membantunya. Papaka juga memohon agar Wanari menggendong dirinya sampai ke jalan di luar hutan. Wanari menggendong Papaka, mengantarkannya ke jalan. Mereka beristirahat di rumah Wanari, disongsong oleh kedua anak Wanari, Mardawa dan Mardawi. Ketika Wanari sedang mencari buah-buahan untuk mereka, keduanya dibunuh Papaka.
Sedih hati Wanari akan nasib anaknya. Meski ia tahu anaknya dibunuh dan dimakan Papaka, tetapi ia pura-pura tidak tahu yang telah terjadi. Ia tetap memegang teguh darma seseorang yang telah mengikat persahabatan. Akhirnya Wanaripun ikut terbunuh pula oleh Papaka, mati bersama kedua anaknya. Jiwanya melejit ke surga, berkumpul dengan Batari Saci (isteri Dewa Indra). Adapun kedua anak Wanari diangkat ke surga dan dijadikan taruna dewa-dewi di surga Dewa Wisnu. (Sumber: Lap.Pendokumentasian Relief Candi Jago, 2007)