Relief ini dipahatkan pada bagian tubuh candi, di sisi kanan dan kiri pintu masuk candi.
Kakawin Kresnawijaya (Kalayawanantaka) mengisahkan perang tanding antara Kresna dengan raksasa Kalayawana. Dengan tipu muslihat ia mengakinatkan kematian Kalayawana, lewat mata berapi sang bijak Muchukunda (Mrcchukundha). Kakawin ini merupakan pengantar pada cerita Kresnayana.
Wisnu turun ke dunia sebagai Kresna disertai Dewa Basuki sebagai adik Baladewa untuk memusnahkan para raksasa. Raksasa Kangsa dan Kalakanja sudah dibunuh, dan perdamaian dipulihkan kembali sehingga kesejahteraan dinikmati dimana-mana. Akibatnya kerajaan Kresna terancam kepadatan penduduk. Kemudian Kresn memohon sebidang tanah kepada dewa yang menguasai samudra untuk mendirikan Keraton Dwarawati disana.
Raksasa Kalayawana yang marah sekali karena kematian Kangsa, membuat rencana untuk memusnahkan Keraton Dwarawati dan membunuh Kresna serta Baladewa. Ia melakukan Samadhi di Gua Gokarna dan Dewi Bhairawi (Durga) memberikan anugerah bahwa ia tak akan mati dalam pertempuran. Kemudian Kalayawana bersama pasukannya mengacaukan pedusunan di daerah Madura.
Kresna berangka bersama para yadu menghadapi para pengacau. Terjadilah pertempuran terus menerus yang mengakibatkan para raksasa menderita korban berat, akan tetapi Kalayawana tak dapat dilukai. Kresna tahu akan anugerah Bhairawi kepada Kalayawana maka ia memerintahkan pasukannya mundur. Ia dikejar oleh raja raksasa lalu menuju pertapaan sang bijak Muchukundha dan duduk di lantai di belakang sang pertapa yang sedang bermeditasi. Karena teriakan si raksasa yang mendekati pertapaan mengganggu konsentrasinya, kemarahan pertapa meluap bagaikan api yang memusnahkan dan membunuh si raksasa. (Lap.Pendokumentasian Relief Candi Jago, 2007)