Candi Sawentar I

0
616

Candi Sawentar I terletak di Dusun Centong, Desa Sawentar, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar. Bangunan Candi Sawentar tersusun dari batu andesit, posisi candi ini lebih rendah dibandingkan permukaan tanah sekitarnya, hal ini disebabkan adanya peristiwa letusan Gunung Kelud yang mengakibatkan candi terkubur. Secara arsitektural bangunan candi memiliki gaya arsitektur yang mirip dengan candi Kidal. Susunannya terbagi menjadi tiga bagian yaitu kaki, tubuh, dan atap. Dengan arah hadap candi ke arah barat, yang mengarah ke Gunung Kelud. Nama Candi Sawentar tercantum dalam Kakawin Nagarakrtagama pupuh LXI bait 2 yang disebut sebagai Lwa Wentar. Sampai saat ini mengenai masalah penjamanan Candi Sawentar terdapat dua pendapat yang berbeda. Pendapat pertama bahwa candi berasal dari awal abad XIII atau merupakan hasil kesenian periode Singasari, hal ini didasari oleh arsitektur candi yang serupa dengan Candi Kidal yang merupakan pendharmaan Anusapati. Sedangkan pendapat yang kedua bahwa candi berasal dari periode Majapahit, hal ini didasari oleh adanya hiasan surya majapahit yang diduga sebagai lambang Kerajaan Majapahit. Hingga saat ini Candi Sawentar tidak di ketahui di bangun untuk pendharmaan siapa karena belum ada rujukan atau sumber yang menyebutnya.

Pintu masuk Candi Sawentar menghadap ke barat, dengan bagian kaki candi yang tersusun atas 2 bagian anak tangga. Anak tangga  bagian pertama berjumlah 9 buah dan menyatu pada batur kaki candi. Kemudian anak tangga bagian kedua berjumlah 3 buah anak tangga untuk mencapai bilik candi (garbhagrha) dan menuju masing masing relung semu yang berada di ketiga sisi tubuh candi. Anak tangga bagian pertama dilengkapi dengan pipi tangga dan menara sudut tangga berupa hiasan miniatur candi.  Di atas pintu masuk dan di atas relung semu pada sisi utara, timur dan selatan terdapat hiasan kepala kala. Kepala di buat tidak sempurna, sehingga terkesan belum selesai dikerjakan. Hanya ada satu buah kepala kala yang sudah sempurna di buat dilengkapi dengan hiasa naga di kanan kirinya. Pada bagian atas bilik candi terdapat relief surya majapahit yang menggambarkan seorang dewa yang sedang menunggang kijang. Di bagian bawahnya terdapat yoni sebagai landasan arca. Yoni memiliki hiasan garuda yang sedang terbang.

Bagian atap Candi Sawentar diperkirakan berbentuk menara yang menjulang tinggi, namun bagian kemuncak dan puncaknya sudah tidak ada lagi. Bentuk atap berupa tingkatan-tingkatan yang tidak terlalu tegas dan berangsur-angsur mengecil ke arah puncak disebut sikhara (Munandar, 1995:110). Atap sikhara yang berkembang di masa Singhasari dan Majapahit umumnya diakhiri dengan kemuncak berbentuk kubus dan/atau stupa (Santiko, 1995:4).  Pada bagian atap terdapat hiasan berupa simbar dan motif cangkang, namun hiasan tersebut tampak belum selesai dikerjakan secara sempurna dan memiliki bentuk yang sangat sederhana. Di halaman candi ditemukan puncak candi berbentuk kubus, namun apakah puncak tersebut merupakan puncak dari atap Candi Sawentar belum bisa dipastikan karena adanya perbedaan ukuran.

Upaya pelestarian terhadap Candi Sawentar I, sudah dilakukan sejak masa kolonial Belanda yang mana candi ini ditemukan oleh Hoepermans dan Verbeek pada 1915, kemudian di ekskavasi dan di pugar oleh P.J Perquin yang selesai pada tahun 1921. Pada masa selanjutnya tahun 1992 dan 1993 dilakukan pemugaran oleh SPSP Jawa Timur, dilakukan pencatatan dalam kegiatan inventarisasi, dilakukan konservasi secara berkala dan menempatkan juru pelihara.(deasy)