Kata ‘candi’ umumnya digunakan masyarakat Jawa untuk menyebut bangunan-bangunan purbakala, di Jawa Timur khususnya bangunan purbakala juga disebut dengan istilah cungkup.
Pada dasarnya pendirian bangunan candi dilatar belakangi oleh sifat manusia sebagai makhluk homo simbolikus artinya manusia mampu menciptakan simbol-simbol yang dipilih manusia untuk kepentingan religi. Dalam sebuah makalah Aris Purwantiny berjudul “Candi Randuagung” menyinggung mengenai temuan artefak berupa arca Gandesha yang melengkapi keberadaan Candi Randuagung. Adanya arca Ganesa menambah data untuk mengungkapkan sejarah candi ini. Berdasarkan integrasi data arkeologis yang ditemukan baik berupa data arsitektural maupun artefaktual serta arah hadap candi, membuktikan bahwa Candi Randuagung merupakan bangunan suci yang dilatar belakangi oleh Agama Hindu. Pendiriannya dilatari oleh nilai-nilai dan norma agama serta keyakinan manusia pendukungnya. Sehingga menimbulkan emosi keagamaan, sistem keyakinan, sistem ritus yang terwujud dalam kegiatan upacara keagamaan. Candi Randuagung merupakan bangunan suci sebagai simbol makrokosmos. Candi ini berfungsi sebagai sarana dalam melakukan pemujaan terhadap dewa-dewa dan roh leluhur. Sebagai simbol makrokosmos, bangunan candi didirikan dalam lingkungan yang sakral, dengan mempertimbangkan tempat yang akan digunakan pendirian sebuah bangunan candi harus disucikan terlebih dahulu. Keberadaan lahan yang dipilih untuk pendirian bangunan suci diberi tanda dengan 9 patok, 1 patok sebagai titik pusat halaman. Sedang yang lain diletakkan di keempat sudutnya serta di tengah sisi-sisinya. Selanjutnya di halaman ini didirikan candinya. Halaman candi dinyatakan dengan pagar keliling sebagai unsur terpenting sebagai pembaas bangunan sakral dan bangunan profan.
Temuan konstruksi struktur berbahan bata yang berada di beberapa titik mengelilingi Candi Randuagung, berdasarkan hasil ekskavasi beberapa kali dan kegiatan pemetaan dan penggambaran, dapat diidentifikasikan bahwa konstruksi struktur pagar tersebut merupakan pagar keliling kompleks Candi Randuagung. Temuan konstruksi pagar tersebut menambah data bahwa candi ini merupakan bangunan suci. Candi Randuagung berorientasi Kosmis yaitu berorientasi pada mata angin ke barat-timur (Ibid, tt : 5).
Kronologi dan fungsi Candi Randuagung belum dapat diketahui dengan pasti karena struktur bangunan yang ada tinggal kaki candi. Komponen lain candi seperti bagian badan dan atap candi sudah runtuh, sehingga tidak cukup data untuk dapat menginterprestasikan kronologi candi berdasarkan gaya arsitekturnya. Hingga sekarang data prasasti yang dapat mendukung keberadaan candi ini juga belum ditemukan. Akan tetapi berdasarkan pengamatan terhadap ukuran bata-bata pembentuk dinding struktur, diperkirakan Candi Randuagung adalah candi yang berasal dari periode Majapahit.
Keberadaan candi dikaitkan dengan latar sejarah tokoh Mahapatih Nambi yang merupakan Mahapatih Majapahit. Empu Nambi mempunyai hubungan erat dengan sejarah Situs Pajarakan. Sedang Candi Randuagung merupakan candi yang terdekat dengan Situs Pajarakan yang berada dalam satu wilayah kecamatan. Kedua objek cagar budaya ini kemungkinan masih mempunyai kaitan sejarah. (Lap.Pemetaan dan Penggambaran Candi Randuagung 2018)