CANDI GENTONG

0
4228

Candi Gentong berlokasi di Desa Jambumente, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Candi ini terdiri dari dari dua kompleks percandian yang berada di timur Candi Brahu. Struktur bangunan suci ini dinamakan gentong sebab saat sebelum dilakukan ekskavasi masyarakat melihat gundukan besar dan di tengahnya berlubang seperti bentuk gentong. Pun di sana pada zaman dahulu juga ditemukan banyak fragmen gentong. Bahan penyusun candi ini adalah bata merah dengan pemasangan menggunakan teknik gosok maupun menggunakan spesi berbahan tanah liat. Candi Gentong dibagi menjadi dua, yaitu Candi Gentong I yang berada di sebelah selatan dan Candi Gentong II yang berada di sebelah utara dalam sumbu garis yang sama.

Candi Gentong I terdiri dari struktur persegi yang terdiri dari tiga lapis. Pada struktur pertama terletak di tengah berukuran panjang 5,27 meter, lebar 5,20 meter, tebal 2 meter dan tinggi 2,7 meter. Ukuran dinding luar struktur pertama ini 9,25 x 9,25 m. Struktur kedua pada prinsipnya mengelilingi struktur pertama membentuk semacam lorong selebar 1,2 m. Dasar lorong tersebut diperluas dengan bubuhan bata. Struktur kedua tersebut tersusun atas dinding persegi berukuran panjang 11, 4 meter, lebar 11,33 meter, tebal 1,42 meter dan tinggi 2,07 meter. Berbeda dengan struktur pertama, struktur kedua memiliki profil yang melebar pada bagian atasnya. Struktur ketiga terletak paling luar mengelilingi struktur kedua. Struktur ini dipisahkan oleh lorong selebar 1 meter yang dasarnya tersusun atas bubukan bata. Struktur terluar ini berukuran panjang 23,5 meter, lebar 23,5 meter dan tinggi 2,3 meter. Pada sisi luar struktur ketiga terdapat bilik-bilik kecil yang disusun berderet sepanjang sisi. Sisa bilik yang masih terlihat pada sisi timur struktur. Bentuk susunan bangunan pada Candi Gentong merupakan mandala stupa yang juga terdapat pada stupa di Srilangka, India dan Nepal.

Candi Gentong II berupa struktur utama yang dikelilingi struktur kecil. Struktur utama berdenah persegi berukuran 7,10 x 7,10 meter. Di sekelilingnya terdapat tujuh struktur yang ditata mengitari candi sesuai arah mata angin, kecuali pada sisi utara yang tidak terdapat struktur. Kondisi struktur secara keseluruhan hanya berupa bagian bawah dari bangunan yang membentuk sudut persegi. Luas struktur Candi Gentong II secara umum adalah 18,5 x 18,5 meter.

Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Provinsi Jawa Timur pada tahun 1994/1995 – 1996/1997 melakukan ekskavasi pada Candi Gentong dan mendapatkan temuan berupa kumpulan stupika, arang dan dua buah fragmen arca Buddha. Keseluruhan temuan terdapat pada Candi Gentong I. Stupika tersebut terbuat dari tanah liat yang dibentuk seperti stupa berukuran kecil dan dipahatkan inskripsi berisi mantra Buddha pada bagian bawahnya. Proses pembentukan stupika pada Candi Gentong I hanya melalui penjemuran hingga kering tanpa melalui proses pembakaran. Temuan lain berupa arca Buddha terdapat di sisi timur struktur candi. Kondisi kedua arca kepalanya telah hilang. Temuan arang selanjutnya dilakukan tes carbon dating di Laboratorium Pusat Pengembangan dan Penelitian Geologi di Bandung didapatkan hasil analisa pertanggalan mutlak 1470 ±100 AD. Berdasarkan hasil penanggalan tersebut didapatkan kesimpulan bahwa Candi Gentong berasal dari masa Majapahit khususnya periode pemerintahan Raja Hayam Wuruk (1350 – 1389 M).

Candi Gentong ditemukan pada tahun 1889 dan dicatat oleh Verbeek dalam TBG XXXIII pada tahun yang sama. Selanjutnya Knebel melakukan penelitian pada candi ini tahun 1907 yang ditulis dalam ROC dan disusul N.J. Krom pada tahun 1923 dengan buku berjudul Inleiding tot de Hindoe Javaansche Kunst. Maclaine Pont  pada 1925 juga memasukkan candi ini dalam peta rekonstruksi kota Majapahit. Pemugaran terhadap candi ini dilakukan oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Timur pada tahun 1995/1996, 1998/1999 hingga 2004.