Berkirim surat mulai berkembang di Indonesia sejak masuknya orang-orang Eropa. Awalnya surat menyurat erat kaitannya dengan hubungan dagang yang makin massif di Indonesia setelah berdirinya VOC.
Di Mojokerto, bangunan kantor pos terletak di Jalan A. Yani. Berada di pusat kota tidak jauh dari alun-alun Kota Mojokerto berjarak sekitar 100 m ke arah tenggara. Di luar pagar batas area Kantor Pos terdapat kotak surat berwarna orange berbentuk balok vertikal.
Pada sisi utara kotak surat tersebut berhias bunga bulat pada panil bawah, sedangkan dua panil atasnya polos bertuliskan BRIEVENBUS – BUSLICHTING No. 1, No. 2, No. 3 – DE LICHTING No…15, GEISCHIED.
Sisi barat memiliki hiasan bunga bulat pada dua panil bawah, sedangkan panil atas polos dan terdapat lubang surat memanjang horisontal.
Sisi timur memiliki hiasan bunga bulat pada ketiga panil, dan panil paling atas terdapat sebuah lubang surat memanjang horisontal. Di atas lubang surat tersebut terdapat tulisan DIEPENROCK & REIGERS ULFT 1910.
Karena kurang lengkapnya data, keberadaan kantor pos di Kota Mojokerto ini belum dapat diketahui secara pasti. Mengingat lokasinya berdekatan dengan alun-alun kota, tentunya memiliki nilai penting tersendiri berdampingan dengan keberadaan bangunan kolonial lainnya di kawasan ini.
Selain itu juga menunjukkan bahwa di sekitar alun-alun merupakan tempat yang mengindikasikan adanya sebuah kota yang sudah terstruktur di masa lalunya, dihubungkan dengan keberadaan kantor pos yang pada waktu itu digunakan sebagai salah satu media memperlancar akses komunikasi surat baik korespondensi para pejabat sipil maupun militer Belanda di Kota Mojokerto yang dilakukan antar distrik maupun pusat.
Berdasarkan adanya Brievenbus yang tersisa di depan kantor pos Kota Mojokerto menujukkan sebagai salah satu bukti perkembangan pos di Kota Mojokerto. Menelisik angka tahun yang tertera di Brievenbus tahun 1910, diperkirakan bahwa Brievenbus sudah mulai digunakan pada tahun 1910 sebagai salah satu sarana pos di Kota Mojokerto. (Lap.Inv.Bangunan Kolonial Kota Mojokerto, 2018)