Bangunan yang kini digunakan sebagai gedung SMPN 1 Blitar di Jl. A. Yani No.8, Kepanjen Kidul, Blitar, ini pada masa kolonial merupakan gedung sekolah ELS (Europesch Lagere Schol). ELS merupakan bagian dari sistem pendidikan kolonial yang rasis dan diskriminatif. Diskriminasi ini sangat jelas terlihat pada klasifikasi sekolah. Sebagai contoh, sekolah dasar bagi golongan Eropa dan bangsawan tinggi adalah ELS ( Europeesche Lager School ), sedangkan Timur Asing adalah HCS ( Hollandsche Chinnese School ). Begitu pula untuk golongan pribumi. Kelas Satu atau HIS ( Hollandsche Inlandsche School ) yang berbahasa pengantar bahasa Belanda diperuntukkan bagi anak-anak para bangsawan, dan rakyat jelata hanya kebagian menikmati Sekolah Desa (volksschool ).
Pada kalangan orang Eropa sendiripun, diskriminasi antara yang kaya dan miskin masih terjadi. Anak Belanda dari golongan sosial tinggi memasuki ELS (Europeesche Lager School) kelas satu, sedangkan anak-anak Belanda golongan rendah memasuki sekolah Belanda (ELS ) bukan kelas satu. Diferensiasi serupa ini juga terdapat di kalangan pendidikan bagi anak Indonesia. Anak-anak desa memasuki Sekolah Desa (volksschool) dan mereka yang tinggal di kota serta pusat perdagangan dan industri memasuki Sekolah Kelas Dua (Tweede Klasse School).
Tanggal pendirian bangunan bekas ELS di Blitar ini memang masih belum diketahui secara pasti. Tetapi ada sebuah foto koleksi Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies yang menampilkan sebuah foto bersama murid-murid ELS di depan bangunan ini pada tahun 1924.
Salah satu alumni pribumi ELS yang diketahui adalah Wiweko Soepono. Bersama dengan R.J.Salatun dan Nurtanio Pringgo Adisuryo adalah tiga serangkai perintis industri penerbangan Indonesia. Wiweko Soepono juga seorang pahlawan pejuang kemerdekaan, tokoh penerbang Indonesia yang handal, perintis berdirinya Angkatan Udara.
Wiweko dilahirkan di Blitar pada hari Kamis, tanggal 18 Januari 1923 dari keluarga pegawai terpelajar di Blitar. Wiweko adalah sulung dari lima bersaudara. Wiweko mengikuti pendidikan dasar di Europesche Lagere School (ELS) di Blitar. Saat orang tuanya pindah ke Yogyakarta, Wiweko berkesempatan melihat kegiatan penerbangan yang sering diadakan. Mulailah kecintaannya pada dunia dirgantara. Selepas dari ELS Blitar, Wiweko melanjutkan sekolah ke Hoogere Burger School (HBS) Bandung.
Menurut catatan yang dikumpulkan oleh pihak SMPN I Blitar, setelah masa kolonial, bangunan sekolah ini sempat menjadi Sekolah Menengah Blitar. Dari penelusuran atas raport-raport, diketahui bahwa salah satu murid generasi awal bernama Moesri, yang kemudian menjadi guru SD. Nomor induknya saat menjadi murid di situ adalah 014. (Lap. Inventarisasi ODCB Kota Blitar 2017)