Candi Kidal

0
3327

Keberadaan candi ini memiliki nilai penting yang dapat memberikan gambaran mengenai peristiwa yang terjadi pada masa lalu dan berkaitan dengan tokoh atau raja dari Kerajaan Singasari.

Sumber tertulis yang dapat memberikan keterangan mengenai latar sejarah Candi ini antara lain Nagarakrtagama dan Pararaton. Dalam Nagarakrtagama yang digubah oleh Prapanca pada tahun 1287 Saka (1365 M) menceritakan tentang raja-raja Singasari dan Majapahit. Dalam pupuh 37 menyebutkan bahwa Raja Hayam Wuruk mengunjungi Candi Kidal dan Singasari, selanjutnya menceritakan asal Kerajaan Singasari. Kemudian dalam pupuh 40 dan 41 menceritakan bahwa Ranggah Rajasa memerintah pada tahun 1104 Saka (1182 M). pada tahun 1149 Saka (1227 M) beliau kembali kea lam Siwa (wafat), dicandikan di Kagenengan sebagai Siwa dan di Usana sebagai Budha. Beliau digantikan oleh puteranya, Anusapati. Selama pemerintahannya, tanah Jawa kokoh sentosa, rakyat menghormatinya. Pada tahun 1170 Saka (1248 M) Anusapati berpulang ke Siwaloka (wafat) dan didharmakan di Candi Kidal dalam wujud sebagai Siwa. Penggantinya adalah puteranya yang bernama Wisnu Wardhana yang memerintah bersama Narasinga (Slamet Mulyana, 1979 : 239).

Berdasarkan naskah Pararaton, pada bagian III, disebutkan bahwa Anusapati adalah anak dari Tunggul Ametung, Raja Singasari dari perkawinannya dengan Ken Dedes. Tunggul Ametung dibunuh oleh Ken Arok, dan Ken Dedes yang sedang hamil 3 bulan kemudian dikawininya. Ken Arok yang bergelar Sang Amurwabhumi, dibunuh oleh suruhan Anusapati pada tahun 1169 Saka (1247 M). sesudah itu Anusapati naik tahta pada tahun 1170 Saka (1248 M). Ia kemudian dibunuh oleh Tohjaya (anak Ken Arok dengan Ken Umang) pada tahun 1171 Saka (1249 M) dan dicandikan di Kidal (R. Pitono Hardjowardojo, 1965: 31-33).

Dari kedua naskah tersebut terdapat perbedaan mengenai wafatnya Anusapati, Nagarakrtagama menyebutkan 1170 Saka (1248 M), sedang Pararaton pada tahun 1171 Saka (1249 M).

Dalam prasasti Maribong dapat diketahui bahwa pada tanggal 23 September 1248 Kerajaan Tumapel diperintah oleh Jayawisnuwardhana, putera Anusapati. Ini berarti bahwa Anusapati tentunya meninggal sebelum tarikh tersebut. Dalam prasasti tersebut, Wisnuwardhana dinyatakan sebagai cucu Raja Rajasa, maka ayah Wisnuwardhana adalah putera Raja Rajasa. Raja Rajasa adalah pendiri Kerajaan Tumapel (Slamet Mulyana, 1979: 97-98).

Berdasarkan hal-hal tersebut dapat disimpulkan bahwa Anusapati wafat sekitar tahun 1248 Masehi, dan Candi Kidal sebagai tempat suci pendharmaannya. Selanjutnya Bernet Kempers berpendapat bahwa pembangunan Candi Kidal diselesaikan pada tahun 1260 Masehi, karena dapat dihubungkan dengan adanya upacara Srada (dua belas tahun setelah wafat), yaitu pentahbisan Candi Kidal sebagai pendharmaan. (Lap. Kegiatan Verifikasi ODCB di Kabupaten Malang)