Sebuah struktur yang diperkirakan merupakan tinggalan arkeologi pernah ditemukan pada tahun 2008 di Dusun Wates Umpak, Desa Wates Umpak, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Situs tersebut berada di tengah lahan persawahan dengan status kepemilikan tanah masih dimiliki oleh desa setempat. Untuk mencapai situs, pengunjung harus melewati jalan sempit di tengah sawah yang kondisinya seringkali berlumpur sehingga perlu berhati-hati ketika melewatinya agar tidak terpeleset. Temuan struktur yang tersusun atas bata tersebut kini dikenal dengan nama Candi Wates Umpak dan telah dijaga oleh seorang juru pelihara dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur.
Sejak ditemukan pertama kali, situs ini terancam rusak akibat akar dari tanaman yang telah tumbuh besar dan tinggi masuk ke nat bata. Penyebabnya adalah posisi tanaman berada di atas struktur. Keadaan ini tidak hanya terjadi pada satu tanaman, tetapi beberapa tanaman juga berada di atas struktur tersebut. Selain itu, tidak jauh dari struktur juga terdapat beberapa tanaman yang berpotensi merusak akibat pertumbuhan akar. Jenis tanaman yang berada di dalam situs, antara lain : Kamboja (Plumeria, sp), Nangka (Artocarpus heterophyllus), Mangga (Mangifera indica), Ploso (Butea monosperma), Mahoni (Swietenia mahagoni), Beringin (Ficus benjamina), Sukun (Artocarpus altilis), Jati Emas (Cordia subcordata), Serut (Streblus asper), dan Palem Putri (Adonidia merrillii). Jadi, ancaman kerusakan tidak hanya datang dari atas tetapi juga dari samping struktur bata.
Pada hari Sabtu tanggal 25 Februari 2017 tepatnya sore hari setelah daerah Wates Umpak diguyur hujan disertai angin puting beliung, Pohon Kamboja yang berada di atas struktur sisi barat dan Pohon Ploso yang berjarak ± 4,5 m dari struktur sisi utara tumbang. Pohon Kamboja setinggi ± 20 m dan berdiameter batang 70 cm tersebut tumbang ke arah barat sedangkan Pohon Ploso setinggi ± 15 m dan berdiameter batang 30 cm tumbang ke arah utara sehingga merusak pagar batas candi dan sebagian sawah milik warga. Tumbangnya kedua pohon tersebut segera dilaporkan oleh juru peliharanya agar mendapat penanganan lebih cepat.
Berdasarkan hasil observasi kerusakan struktur bata di Candi Wates Umpak diketahui bahwa Pohon Kamboja yang telah berusia tua tersebut tumbang ke tanah yang tak berstruktur. Meskipun ancaman kerusakan tidak terlalu besar, namun dua bata polos dan satu bata berelief terlihat rumpil, satu bata polos pecah menjadi dua bagian, serta beberapa bata isian di bagian atas candi sisi barat tampak berserakan akibat terangkatnya akar pohon tersebut. Untuk mencegah terulangnya kejadian ini, maka beberapa pohon di sisi utara dan selatan dilakukan penebangan. Pertimbangannya karena pohon-pohon tersebut telah tumbuh besar dan tinggi serta jarak tanaman yang cukup dekat dengan struktur bata. Dengan demikian diharapkan struktur bata akan lebih stabil sehingga kelestariannya tetap terjaga. (Ira Fatmawati)