Kegiatan Konservasi Candi Kidal

0
1560

Menurut Undang undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya, pemeliharaan adalah tindakan perawatan untuk mencegah dan menanggulangi kerusakan akibat pengaruh alam atau perbuatan manusia di lokasi asli atau ditempat lain dengan cara : pembersihan, pengawetan dan perbaikan, sedangkan cagar budaya yang berasal dari dalam air tata cara perawatan dari pengangkatan hingga ketempat penyimpanan dilakukan dengan cara khusus.

Semua cagar budaya akan mengalami proses alami adaptasi dengan lingkungan berupa penuaan (natural ageing) dan degradasi karena itu usaha pemeliharaan dilakukan untuk menghambat proses pelapukan lebih lanjut agar umur cagar budaya lebih diperpanjang, karena itu perlu dilakukan tindakan konservasi. Tindakan konservasi dapat dilakukan melalui langkah preventif (pencegahan) dan langkah kuratif (penanggulangan dan perawatan). Dalam hal pelaksanaan kegiatan konservasi cagar budaya ada dua prinsip yang harus diperhatikan yaitu, prinsip arkeologis dan prinsip teknis. Prinsip arkeologis meliputi : keaslian bahan, keaslian desain, keaslian teknologi pengerjaan, keaslian tata letak dan konteks hubungan cagar budaya dengan benda lain. Sedangkan beberapa hal yang bersifat teknis yang harus diperhatikan adalah efektif (mengatasi akar permasalahan ), efesien (penggunaan bahan), aman (bagi objek, konservator dan lingkungan) dan bersifat ilmiah.

Pelaksanaan konservasi Candi Kidal dilakukan untuk membersihkan kerusakan yang ditimbulkan oleh faktor biotis. Faktor ini diakibatkan oleh pertumbuhan jasad biotis dari jenis alga, lumut dan lichen. Pertumbuhan jasad biotis selain menganggu dari segi artistik dari beberapa jenis jasad biotis mampu melarutkan unsur-unsur kalsium karbonat dalam batuan yang lambat laun akan menyebabkan proses degradasi material cagar budaya. Tindakan yang dilakukan dalam rangka pelestarian di Candi Kidal meliputi pembersihan secara mekanis, khemis dan pengawetan. Adapun langkah-langkah tindakan konservasi yang dilakukan adalah sebagai berikut

Penyiapan alat dan bahan

Sebelum melaksanakan kegiatan konservasi pertama-tama yang perlu dilakukan adalah penyiapan alat dan bahan konservasi. Peralatan yang digunakan dalam kegiatan konservasi terdiri dua macam peralatan untuk kegiatan observasi dan peralatan untuk kegiatan konservasi itu sendiri. Adapun peralatan untuk kegiatan observasi adalah :

  1. Peralatan alat tulis kantor
  2. Soil tester yang digunakan untuk mengukur pH tanah
  3. pH paper digunakan untuk mengukur Ph air
  4. Thrmohygrometer digunakan untuk mengukur suhu dan kelembaban udara
  5. Rol meter untuk mengukur tanaman yang berada di kawasan candi
  6. Kamera

Sedangkan peralatan yang digunakan untuk kegiatan konservasi adalah :

  1. Sikat ijuk dan sikat nylon
  2. Bak dan timba plastik
  3. Plastik roll
  4. Hand sprayer
  5. Power sprayer
  6. Gelas ukur
  7. Selang air

Bahan yang digunakan dalam kegiatan konservasi adalah sebagai berikut :

  1. Bahan AC 322 (sodium bicarbonate, ammonium bicarbonate, cmc, ammonium, dan arkopal)
  2. Bahan herbisida dari jenis Roundup
  3. Bensin dan oil

Pelaksanaan kegiatan konservasi

  1. Pembersihan Mekanis

Pembersihan mekanis dilakukan dengan cara mekanis kering dan mekanis basah. Pembersihan mekanis dilakukan dengan menggunakan sikat ijuk dan nylon untuk membersihkan kotoran, debu dan jasad biotis yang menempel. Cara tradisional ini juga dilakukan pada pertumbuhan jasad biotis jenis paku-pakuan dengan menggunakan sapu lidi dan tusuk sate.

Pembersihan mekanis basah dilakukan dua kali, pembersihan pertama yang dilakukan untuk membersihkan kotoran dan jasad biotis dari jenis, alga, lichen dan lumut. Pembersihan yang kedua dilakukan untuk membersihkan bahan   AC.322 setelah pengolesan. Pembersihan mekanis basah ini dilakukan menggunakan air dengan bantuan alat power sprayer. Penggunaan alat power sprayer ini dilakukan dengan tekanan dan jarak tertentu agar tidak merusak objek

     Pembersihan mekanis kering
     Pembersihan mekanis basah

2. Pembersihan khemis

Pembersihan khemis dilakukan dengan menggunakan bahan AC 322. Bahan AC 322 yang digunakan terdiri dari campuran Amonium Bicarbnat 30 gr, Sodium Bicarbonat 50 gr, Carboxy Methyl Cellusa 50 gr, Aquamolin 25 gr dan arkopal 3 ml. Kelima bahan tersebut dilarutkan kedalam 1000 ml air, kemudian diaduk sampai homogen. Hasil dari campuran larutan tersebut akan membentuk cairan kental berwarna kekuningan. Pengolesan bahan AC 322 dilakukan secara parsial pada bagian objek yang terdapat pertumbuhan jasad biotis dan sulit dibersihkan baik secara mekanis kering maupun basah. Pengolesan bahan AC 322 pada kegiatan konservasi Candi Kidal dilakukan pada bagian kaki dan tubuh candi. Pertubuhan lichen banyak di jumpai pada kaki sisi barat dan selatan, sedangkan pada bagian tubuh pertumbuhan lichen banyak dijumpai pada bagian bawah ditiap sisinya. Setelah pengolesan bahan AC 322 dilakukan penutupan dengan menggunakan plastik rool agar terjaga kelembabanya dan reaksi obat bisa lebih efektif. Penutupan ini dilakukan ± 24 jam dan keesokan harinya dibersihkan dengan menggunakan air dengan bantuan alat power sprayer. Pembersihan sisa bahan AC 322 ini harus benar-benar bersih dengan ditandai hilangnya buih saat penyemprotan. Pengolesan bahan AC 322 dalam kegiatan konservasi ini sudah cukup efektif untuk menghilangkan kerusakan yang ditimbulkan oleh pertumbuhan jasad biotis khususnya dari jenis lichen.

     Pembuatan bahan AC 322
      Pengolesan bahan AC 322
     Penutupan dengan plastik rol

3. Pengawetan

Pengawetan merupakan tindakan terakhir dalam kegiatan konservasi di Candi Kidal. Pengawetan dilakukan dengan menggunakan bahan herbisida jenis Roundup. Aplikasi bahan dilakukan dengan disemprotkan menggunakan hands sprayer. Penggunaan alat hands sprayer ini dilakukan agar bahan lebih efesien dan yang terpenting adalah tidak merusak lingkungan akibat penggunaan bahan ini. Bahan herbisida sebelum digunakan dilarutkan dalam air dengan konsentrasi 5 %. Pengawetan dilakukan menyeluruh pada tiap bagian candi dari mulai kaki candi sampai atap candi. Pengawetan ini dilakukan dengan tujuan untuk menghambat pertumbuhan jasad biotis, sehingga kelestarian cagar budaya dapat dipertahankan.

     Kegiatan pembuatan bahan                             herbisida
   Penyemprotan bahan herbisida
      Sebelum kegiatan konservasi
      Setelah kegiatan konservasi