Berdasarkan bukti materi, pengaruh Islam diperkirakan mulai masuk ke wilayah Jawa Timur telah terjadi sekitar abad ke-11. Bukti materi awal masuknya Islam ke wilayah Jawa Timur adalah makam Fatimah binti Maimun bin Hibatullah di Leran, Gresik yang pada nisannya terdapat angka tahun 475 H (1082 M). Pada masa selanjutnya di Jawa Timur juga ditemukan sejumlah makam Islam pada kompleks makam Troloyo di Trowulan, Mojokerto yang salah satu nisannya berangka tahun 1298 Saka (1376 M). Bukti lain adalah nisan kubur makam Malik Ibrahim di Gresik yang berangka tahun 1419 M. Makam Putri Cempa (Putri Campa) di Trowulan, Mojokerto yang nisan kuburnya terdapat inskripsi angka tahun 1370 Saka (1448 M) juga merupakan bukti awal persebaran Islam di wilayah Jawa Timur.
Proses masuknya Islam ke Jawa Timur diyakini melalui beberapa cara seperti pelayaran-perdagangan, perkawinan, politik, kebudayaan, tasawuf, dan pendidikan. Para pedagang Muslim yang datang ke wilayah Jawa Timur (pantai utara) harus tinggal di perkampungan beberapa bulan sampai dagangannya laku dan menunggu musim (angin) yang baik untuk berlayar, sehingga terjadi kontak antara orang-orang Muslim dengan penduduk lokal. Secara ekonomi para pedagang Muslim memiliki status yang tinggi sehingga para raja daerah cenderung ingin menikahkan putrinya dengan mereka. Misalnya perkawinan Sunan Ampel dengan Gede Manila putri Temenggung Wilwatikta, Maulana Iskak dengan putri raja Blambangan, dan raja Majapahit dengan putri Campa. Pernikahan para pedgang Muslim dengan para putri penguasa lokal sangat mempengaruhi proses Islamisasi melalui politik karena kebiasaan di Jawa pada waktu itu ketika rajanya masuk Islam maka rakyatnya juga ikut masuk Islam. Selain itu, penyebaran Islam juga dilakukan dengan kebudayaan oleh para sufi melalui tasawuf sehingga menjangkau banyak kalangan tradisional. Pada akhirnya Islam dikembangkan melalui pendidikan di pesantren, seperti Pesantren Giri di Gresik.
Penyebaran Islam di wilayah Jawa Timur tidak dapat dilepaskan dari peran para wali. Istilah wali berasal dari bahasa Arab aulia, yang artinya orang yang dekat dengan Allah SWT karena ketakwaannya. Walisongo adalah sebutan terhadap sejumlah wali di Jawa yang dianggap sebagai penyebar atau penyiar (mubaligh-mubaligh) Islam yang pertama di Jawa. Lima wali diantara sembilan wali yang menyebarkan Islam di pulau Jawa berada di wilayah Jawa Timur, yaitu Sunan Ampel di Surabaya, Mauana Malik Ibrahim di Gresik, Sunan Giri di Gresik, Sunan Drajat di Lamongan, dan Sunan Bonang di Tuban.(un)
Sumber : Laporan Pameran Museum Expo 2015, BPCB Mojokerto