Candi Ampel

0
734

Di sebuah dusun ngampel , Desa Joho, Kecamatan Kalidawir, Kabupaten tulungagung terdapat sebuah bangunan Candi yang konon oleh masyarakat dahulu di gunakan sebagai pemujaan , Candi tersebut adalah Candi Ampel. Dengan luas lahan sekitar 690 m², diperkirakan  banguan ini Klasik (Majapahit /awal abad XV Masehi).

Candi Ampel bukan merupakan kompleks percandian melainkan sebuah candi tunggal, terbuat dari bata dan batu andesit. Penduduk setempat menyebut candi ini sebagai Candi Ngampel karena berada di Dukuh Ngampel. Candi ini hanya tinggal bagian dasar dengan keadaan sudah runtuh atau sudah hancur tidak beraturan. Bentuk keseluruhan denah candi sudah tidak dapat diketahui. Arah hadap candi juga tidak dapat diketahui dengan pasti karena indikasi tangga masuk tidak ada, tapi kemungkinan menghadap ke barat seperti kebanyakan candi-candi di Jawa Timur. Candi Ampel sebagian besar materialnya terbuat dari bata yang berukuran kecil-kecil seperti bata-bata jaman sekarang yaitu: pj. 20 cm, lb. 9 cm, dan tb. 5 cm. Diantara reruntuhan bata-bata terdapat beberapa batu candi yang jumlahnya tidak banyak dan beberapa umpak batu sebanyak 7 buah. Juga ditemukan sebuah yoni dan fragmen arca. Di sebelah selatan reruntuhan masih terlihat dinding candi yang masih in situ. Dinding bata tersebut membujur barat – timur dengan ukuran: pj. 2 m, tg. 1 m serta masih tampak adanya ornamen yang berupa sulur-suluran dan pola-pola geometris.

Jika dilihat angka tahun pada arca Parwati yang menunjukkan tahun 1331 saka/1409 M, maka candi ini dibangun pada masa Kerajaan Majapahit, sedangkan dilihat dari tinggalan-tinggalan lepasnya maka Candi Ampel berlatar belakang Agama Hindhu. Adapun tujuh umpak batu yang terdapat di Candi Ampel menunjukkan adanya pemanfaatan bangunan lain yang digunakan untuk menaungi bagian atas candi. Kebanyakan lokasi candi-candi yang terletak di dataran rendah sekitar kaki perbukitan Walikukun diketahui berasal dari masa Majapahit. Berdasarkan keletakan maupun rancang bangunnya dapat dipastikan bahwa Candi Ampel juga dibangun pada waktu yang sama, yaitu suatu periode di mana cukup banyak dibangun percandian dengan menggunakan bahan bata (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Tulungagung, 2007: 33).

Pencatatan/penelitian dilakukan oleh J. Knebel (1908) dalam ROC, N.J. Krom (1923) dalam Inleiding tot de Hindoe-Javaansche Kunst,  Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tulungagung (2007), Suaka PSP Jatim (1996) dalam Laporan Registrasi dan Inventarisasi dengan nomor inventaris  227/TLA/1996.(enik yumastutik)

Sumber: Pendataan tahun 2010