Candi Pari ditemukan pada tanggal 16 Oktober 1906 terletak di Desa Candi Pari, Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo, merupakan bangunan persegi empat dari batu bata dengan arah ke barat, dengan ambang serta bagian atas gerbang terbuat dari batu andesit. Bangunan Cagar Budaya Candi Pari berdenah persegi empat dan menghadap ke barat. Candi ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan karakteristik candi di Jawa Timur. Ciri khas pola bangunan candi masa kerajaan Majapahit selalu berorientasi vertikal dan langsing pada bagian tubuh (tengah) dan trapesium pada bagian atap/mahkota dan selalu terbuat dari bahan batu emas. Satu – satunya ciri Majapahit yang ada di candi ini hanyalah bahannya yang terbuat dari bata merah. Selain itu, Candi Pari memiliki panjang 16,86 m , lebar 14,10 m, dan tinggi 13,40 m sehingga terkesan pendek dan lebar dibandingkan candi-candi masa kerajaan Majapahit.
Terdiri dari tiga bagian yaitu kaki, badan dan atap. Bagian kaki berdenah empat persegi dengan ukuran panjang 13,55 meter, lebar 13,40 meter, dan tinggi 1,50 meter. Badan candi berbentuk persegi empat dengan panjang dan lebar 7,80 meter, serta tinggi 6,30 meter. Pintu masuk berbentuk segi empat dengan panjang 2,90 meter, lebar 1,23 meter dan tebal 1 meter dengan 7 buah penguat pintu yang salah satunya terbuat dari batu andesit. dan memiliki pahatan angka tahun 1293 saka (1371 M). Terdapat pahatan sangka bersayap, yang kemungkinan menunjukkan fungsi candi sebagai pendharmaan. Sangka bersayap berada di atas relung di ketiga sisi tubuh candi. Melihat ciri yang tersisa, Candi Pari bernafaskan agama Hindu. Bagian atap Atap candi sebagian besar telah runtuh namun terdapat sisa atap dengan panjang dan lebar 7,80 meter dan tinggi 4,50 meter dengan hiasan berupa menara-menara panjal.
Penelitian yang mendalam mengenai Candi Pari telah dilakukan oleh N. J. Krom. yang dimuat dalam bukunya “Inleading Tot de Hindoe Javansch Khust” tahun 1923, menurut Krom bangunan Candi Pari mendapat pengaruh dari Campa khususnya dari Candi di Mison. Pengaruh tersebut tampak dari bentuk dan ornamentasi, walau demikian menurut N.J. Kroom karakter Jawa masih tampak dominan pada bangunan ini. Berdasarkan dalam kitab Nagarakrtagama juga menyebutkan bahwa Tjampa Kambodja serta Jawa itu mempunyai hubungan dekat. N. J. Krom menelaah adanya hubungan yang cukup dekat antara Java dengan Campa pada masanya. Hubungan kenegaraan antara Campa dan Majapahit menyebabkan pembangunan Candi Pari mempunyai pengaruh kesenian Campa.
Pada tahun 1915, ditemukan beberapa arca, antara lain dua buah Arca Siwa Mahadewa, dua buah Arca Agastya, tujuh buah Arca Ganesha, dan tiga buah Arca Budha yang seluruhnya telah dibawa ke Museum Nasional. Temuan arca-arca ini dijadikan dasar untuk menduga bahwa Candi Pari merupakan candi Hindu.
Kegiatan pelestarian yang pernah dilakukan pada candi ini adalah penetapan sebagai cagar budaya peringkat nasional pada tahun 2022, kegiatan pemugaran yang telah dimulai sejak masa Kolonial Belanda dengan melakukan penambahan kayu pada langit-langit pintu masuk. Pada tahun 1994-1999 candi kembali dipugar oleh Kanwil Depdikbud dan Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Timur. (Deasy Ardini)
Daftar Pustaka :
1. Naskah Rekomendasi Penetapan Candi Pari sebagai Cagar Budaya Peringkat Nasional tahun 2022
2. Laporan Inventarisasi Cagar Budaya Kab Sidoarjo Tahun 2014.
3. Buku Jelajah Candi Nusantara oleh Didik Hermawan Penerbit Lumine Books UAJY Yogyakarta Perpustakaan BPK Jawa Timur