Candi Simping terletak di Dusun Mrajan Desa Sumberjati, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar. Dikenal juga dengan nama Candi Sumberjati, candi ini pertama kali ditemukan oleh Johannes Elias Teijsmann pada 30 Juli 1854, yang termuat dalam catatan belanda “Natuurkundig Tijdschrift Voor Nederlandsch Indie” yang diterbitkan di Batavia pada tahun 1856, pada saat itu disebut dengan nama candi Soengkoep, kemudian pada tahun 1908 Knebel menyebutkan adanya gundukan tanah pasir yang berserakan batu-batu candinya, hal ini tertuang dalam ROD, Hoepermans tahun 1864-1867 tulisannya termuat dalam ROD 1913 memberitakan adanya bangunan candi yang sudah dalam keadaan runtuh di Desa Sumberjati ( Direktorat PPCB, 2012: 246). Berdasarkan kitab negarakertagama candi yang berlokasi di Desa Sumberjati ini dapat diidentifikasi sebagai salah satu bangunan kuno peninggalan pada masa Kerajaan Majapahit yang bernama Simping, dibangun pada masa pemerintahan Jayanegara. Candi ini berfungsi sebagai tempat pendharmaan Raden Wijaya, raja pertama Kerajaan Majapahit yang wafat tahun 1309 Masehi. Raden Wijaya adalah pemuja Dewa Siwa dan beliau dianggap sebagai penyelamat dunia. Sehingga arca perwujudan raja pertama Majapahit ini disebut dengan arca Harihara, yakni perpaduan antara Wisnu dan Siwa. Hari adalah nama lain dari Wisnu, sedang Hara adalah sebutan lain dari Siwa. Arca Harihara Candi Simping sekarang disimpan di Museum Nasional Republik Indonesia, Jakarta.
Candi Simping (C. Sumberjati) memiliki bentuk denah persegi, dengan orientasi hadap ke Barat. Bagian barat terdapat penampil. Bagian dalam (isian) struktur terdapat isian bata. Candi hanya tinggal bagian batur saja. Pada masing-masing sudut dihias dengan relief kala. Selain kala pada tiap-tiap sudut, pada masing-masing bidang sisi dihias dengan 3 buah panil dengan jarak yang sama. Panil tengah berupa relief garuda dan di kanan kirinya (diapit) oleh relief burung merak. Kaki candi masih tersisa sebagian (lapis 1 dan 2). Dari sisa-sisa yang ada ini terlihat hiasan pada bagian sudut (Tenggara, Barat Daya, Barat Laut) berupa antefik dengan bentuk makara. Sudut dalam Barat Daya dan Barat Laut terdapat relief binatang Hare (binatang mitos, simbol orang beryoga). Selain itu pada kedua sudut tersebut juga terdapat relief siput dengan hiasan lar (bulu) mengelilingi cangkangnya. Pada bagian tengah candi (bilik) terdapat tatakan arca (lapik) berbentuk kotak atau kubus dengan ukuran : 82,5 cm x 82,5 cm, tinggi : 61 cm (yang terlihat) dengan hiasan relief seekor kura-kura dililit 4 ekor naga pada bagian permukaan atas. Di tengah relief ini terdapat tonjolan batu (pasak) dengan ukuran 16,5 cm x 16,5 cm, tinggi : 9 cm.
Di halaman candi terdapat kumpulan batu-batu candi, sisi barat terdapat deretan batu-batu candi dan hiasan antefik dengan motif kala, kala mata satu. Deretan Utara batu-batu candi dan 4 kala besar. Deretan Timur batu-batu candi dan batu antefik. Deretan Selatan batu-batu candi dan fragmen Gana. Motif hias yang terlihat : roset, suluran, guirlande, motif awan. Candi Simping termasuk dalam kelompok bangunan misra, yaitu bangunan candi yang menggunkan 2 bahan sekaligus.
Upaya pelestarian terhadap Candi Simping, sudah dilakukan sejak masa kolonial Belanda, yang termuat dalam buku-buku terbitan Belanda. Pada masa selanjutnya oleh SPSP Jawa Timur dilakukan pencatatan dalam kegiatan inventarisasi, dilakukan konservasi secara berkala dan menempatkan juru pelihara.(deasy)