Situs Makam Sunan Prapen terletak di Desa Klangoan, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik, merupakan situs yang telah ditetapkan sebagai Situs Cagar Budaya dengan SK Menteri PM.56/PW.007/MKP/2010. Situs ini merupakan makam dari Sunan Prapen seorang penguasa Giri Kedaton (1548 M- 1605 M) yang paling besar sepeninggal Sunan Giri. Beliau telah berjasa dalam memperkuat pemerintahannya baik di Jawa Timur, Jawa Tengah maupun di sepanjang daerah pesisir di Nusantara bagian Timur. Paruh kedua abad ke-16 merupakan masa kemakmuran Giri/ Gresik sebagai pusat peradaban pesisir Islam dan pusat ekspansi Jawa dibidang ekonomi politik di Indonesia bagian timur
Menurut tradisi lokal pada tahun 1549 M, setahun setelah berkuasa, Sunan Prapen membangun Kraton. Konon Kraton yang didirikan kakeknya yaitu Sunan Giri dipandang tidak sesuai lagi dengan kejayaan dan kekuasaan yang telah dicapai oleh keturunan pemimpin-pemimpin agama. Jatuhnya Kerajaan Demak setelah wafatnya Sultan Trenggono pada tahun 1546 M telah mempengaruhi Sunan Prapen untuk mendirikan bangunan besar sebagai tanda telah merdeka.
Pengaruh Sunan Prapen di Jawa Tengah yaitu dengan permintaan izin oleh Sultan Pajang kepada Sunan Prapen saat akan dijadi Sultan pada tahun 1503 saka / 1581 M. menurut cerita dari Serat Kanda pelantikan Sultan Pajang dilakukan di Kraton Sunan Prapen di Giri. Pada upacara pelantikan hadir raja-raja dari Japan, Wirasaba, Kediri, Surabaya, Pasuruan, Madura, Sidayu, Lasem, Tuban, dan Pati. Upacara itu dilukiskan berhubungan dengan penggalian telaga Patut. Semua abdi dari raja yang hadir membantu melakukan pekerjaan itu, karena meraka berharap di bawah pimpinan rohaninya ketertiban di wilayahnya akan tertanam teguh
Pengaruh Sunan Prapen di luar Jawa sebagaimana yang diriwayatkan dalam babad Lombok, bahwa Islam dibawa ke Lombok dan beliaulah yang meng-Islamkan Raja Lombok. Kemudian pengaruhnya sampai ke Sumbawa, Sasak Barat, dan Bima. Menurut cacatan Valentini, seorang Hitu pada tahun 1565 M mengadakan perjanjian dengan raja bukit untuk mendapatkan perlindungan dari serangan Portugis
Sekitar paruh kedua abad ke-16, Sunan Prapen hanya memusatkan usahanya memperluas kekuasaan rohani dan duniawi, dan hubungan dagang lewat laut ke arah timur. Kekuasaan dibidang rohani apalagi setelah tua juga diakui oleh raja-raja dipedalaman Jatim. Dari data-data sejarah diketahui bahwa Kedaton Giri setelah tahun 1589 M menjadi tempat berlindung bagi raja-raja di Wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah yang tanahnya diduduki laskar Mataram.
Menjelang akhir hidupnya Sunan Prapen ingin menghormati kakeknya, pendiri dinasti pemimpin rohani di Giri dengan memerintahkan pembangunan cungkup di atas makam Sunan Giri. Pada tahun 1590 M, seorang pelaut Belanda bernama Oliver Van Noort singgah di Gresik mendengar bahwa raja tua itu berumur 120 tahun. Istri-istrinya yang banyak mempertahankan hidupnya dengan menyusuinya seperti bayi. Menurut Graaf Sunan Prapen meninggal pada tahun 1605 M, sedangkan menurut babad Gresik ditandai dengan candra sengkala “Prapen Dadi Golonganing Ratu” atau tahun 1547 saka / 1625 M..
Denah bangunan Sunan Prapen berbentuk bujur sangkar, dengan membentuk pola memusat, dengan pembagian ruang menjadi 3 yaitu teras, bilik 2 (ruang ziarah) dan bilik 1 (ruang makam utama). Teras merupakan bagian peralihan antara halaman dengan bangunan cungkup, ditandai dengan perubahan ketinggian lantai. Bilik 2 merupakan lapis ruang ke dua, ditandai dengan dinding kayu dan kenaikan muka lantai. Bilik 1 merupakan lapis ruang ke tiga dan menjadi pusat dari bangunan cungkup ini, tepat diantara empat soko guru (tiang utama).
Berdasarkan pembagian ruang cungkup makam Sunan Prapen bagian luar adalah teras dengan ukuran 9,4 x 9,3 meter dengan lebar 1,2 m berada disekeliling bangunan. Penutup lantai teras pada sisi selatan, barat dan timur berupa keramik berwarna putih berukuran 40 x 40 cm dengan lis pinggir berwarna coklat, sedangkan pada sisi utara terdapat pergantian beberapa keramik yang rusak menggunakan keramik warna hitam.
Pada sisi barat dari teras terdapat makam Kyai Sindujoyo, murid Sunan Prapen yang nama aslinya adalah Pangaskarta. Pada bagian teras terdapat 12 buah tiang bercat hijau dengan ukuran 10 x 10 cm dan tinggi 1,35 meter, tiang polos tetapi diprofil pada bagian bawah dan atas. Kedua belas tiang tersebut posisinya mengelilingi teras dengan jarak antara tiang 290 cm dan berfungsi sebagai penyangga atap. Berdasarkan laporan hasil Studi Kelayakan makam sunan giri tahun 1984/1985 di atas teras pada sudut-sudut dan di bagian tengah terdapat terdapat 12 buah umpak batu. Di atas umpak-umpak tersebut ditempatkan tiang-tiang kayu yang berfungsi sebagai penyangga atap cungkup, namun demikian saat ini umpak-umpak tersebut sudah tidak ada karena telah dilakukan peninggian lantai dan ditutup menggunakan keramik baru.
Ruang setelah teras adalah bilik 2 (ruang ziarah) berukuran 7,4 x 7,3 meter dalam ruang dibatasi dengan dinding kayu jati setinggi 1,5 meter. Di dalam ruangan bilik dua terdapat dua deretan tiang, deretan tiang pertama terdapat di luar dinding bilik satu berjumlah 4, tepatnya terletak di luar sudut dinding bilik satu, ukuran tiang 10 x 10 cm, jarak tiang 4,9 x 4,9 meter, tinggi tiang 1,4 meter. Deretan tiang ke dua adalah terdapat di dalam dinding luar kayu jati berjumlah 12 tiang berukuran 9,5 x 9,5 meter, tinggi tiang 1,22 meter. Lantai ruang bilik dua adalah terbuat dari keramik berukuran 30 x 30 cm. Bilik 2 merupakan tempat makam istri Sunan Prapen ukuran dengan jirat makam isteri Sunan Prapen berbahan batu putih, berbentuk persegi panjang, berukuran panjang 184 cm, lebar 57 cm, tinggi 22 cm. Nisan berbentuk lancip, berukuran panjang 25 cm, lebar 13 cm, tinggi 37 cm.
Bilik 2 terdiri dari bagian bawah yang merupakan batur dari dinding kayu sebagai dinding luar cungkup. Penutup bagian bawah berupa keramik berwarna abu-abu dengan bagian atas berwarna hijau. Sedangkan dinding cungkup berbahan kayu, membentuk panil-panil pada dinding cungkup. Tiap sisi dinding dibagi menjadi tiga bidang panil. Jumlah panil pada semua sisi dinding bagian luar adalah 162 panil. Panil sisi luar dinding luar terdapat 48 panil berhias dengan posisi di sisi selatan 36 buah dan di sisi timur dan utara masing-masing 3. Panil yang tidak berhias berjumlah 114 buah dengan posisi sisi utara 42 buah, sisi timur dan barat masing-masing 36 buah. Panil dalam dinding luar semuanya tidak berhias.
Panil berhias pada sisi selatan berwarna hijau, merah, kuning, keemasan sedangkan pada sisi timur dan barat berwarna dasar kayu namun terlihat warna kuning yang telah memudar. Motif hias pada panil-panil bawah berupa ukiran flora dan fauna, seperti burung, gajah, singa, kijang, burung makan ikan, merak, kancil, kala yang distilir. Hiasan ini semuanya berlatar belakang hutan (pepohonan). Panil tengah dan atas berhias ukiran flora dan bunga (roset).
Pintu masuk bilik 2 berada di sisi selatan, daun pintu berbentuk kupu tarung, pintu masuk memiliki ukuran lebar 66 cm, tinggi 120 cm. Tangga yang menghubungkan teras dengan bilik 2 merupakan undakan tiga trap dengan penutup keramik berwarna abu-abu. Pada bagian belakang tangga terdapat hiasan ambang pintu berupa naga di kedua sisinya dengan salah satu mulut naga telah rumpil. Posisi naga memakai mahkota dengan mulut terbuka dan ekor mencuat ke atas. Selain itu juga terdapat hiasan kala, fauna, flora, dan batu-batu karang. Ambang atas pintu berupa latiyu tingkat dua dengan hiasan kala mata satu, suluran dan dua buah fauna di pojok atas. Bagian bawah ambang pintu berhias stiliran garuda, hiasan lainnya berupa flora fauna dan kala yang terlihat cukup jelas.
Ruang paling dalam adalah bilik 1 merupakan ruang makam utama, tempat makam sunan prapen. Bilik 1 berukuran 4,4 x 4,4 meter, ruangan dibatasi dengan dinding papan kayu jati setinggi 1,78 meter, dibagian bawah dinding terdapat landasan pondasi (batur) terbuat dari batu putih yang berhias. Di dalam ruang bilik satu terdapat 4 tiang berukuran 17 x 17 cm yang terletak berjarak 2,75 meter dengan tinggi tiang 2,5 meter, dibagian bawah tiang terdapat umpak batu berbentuk trapesium berukuran alas 45 x 45 cm meter, tinggi 0,5 meter. Tiang-tiang tersebut merupakan tiang utama bangunan cungkup atau tiang soko guru dengan konstruksi balok tumpangsari dan balok blandar. Lantai bilik 1 terbuat dari keramik berukuran 30 x 30 cm.
Memasuki bilik 1 melalui trap tangga dan pipi tangga tanpa ornament, di dalam ruangan terdapat dua buah jirat makam yang berjajar barat ke timur. Makam di sebelah barat merupakan makam Sunan Prapen, berbentuk persegi panjang, berukuran panjang 2,63 cm, lebar 80 cm, tinggi 39 cm. Jirat berbahan batu putih, bertingkat-tingkat semakin ke atas semakin mengecil, masing-masing sudut dihiasi antefiks/ simbar. Nisan makam Sunan Prapen terbuat dari bahan batu putih, berbentuk kurung kurawal dengan bagian atasnya datar, berukuran panjang panjang 26 cm, lebar 14 cm, tinggi 55 cm. Jirat sebelah timur tidak diketahui identitasnya. Jirat berbentuk persegi panjang, berukuran panjang 220 cm, lebar 48 cm, tinggi 23 cm. Kedua nisan pada jirat ini berukuran panjang 22 cm, lebar 12 cm, tinggi 46 cm.
Bagian atap bangunan cungkup makam sunan prapen berbentuk tajuk bersusun dua dengan penutup atap sirap kayu jati pada atap bagian atas yang dibagian luarnya dilapisi menggunakan plat seng, sedangkan atap bagian bawah menggunakan penutup seng. Atap pada cungkup prapen menggunakan lisplank papan kayu yang dicat hijau, dengan ukuran 2/30. Listplank sisi utara masih tersisa hiasan segitiga yang dicat hijau. Bagian kemuncak terdapat hiasan memolo yang menyerupai genta terbuat dari tembaga.
Hasil pengumpulan data secara menyeluruh menunjukkan bahwa Cungkup makam Sunan Prapen secara arsitektural telah mengalami kerusakan dalam kategori rusak berat. Cungkup Makam Sunan Prapen merupakan bangunan yang masih insitu, meskipun terdapat beberapa penggantian komponen yang tidak sesuai dengan komponen aslinya.
Kerusakan arsitektural bangunan cungkup Makam Sunan Prapen secara detail perbagian (Teras, Bilik 2, Bilik 1), dan dapat dijabarkan sebagai berikut: (Pendataan kerusakan pada bangunan cungkup makam sunan prapen dijabarkan secara detail dikarenakan cungkup ini merupakan bangunan asli sehingga pendataan ini dapat dipergunakan untuk perhitungan rencana penanganan
Kegiatan Pelestarian yang pernah dilaksanakan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya yaitu Kegiatan Inventarisasi dan Registrasi pada Tahun 2002, kegiatan penggambaran dan pemetaan Tahun 2017.dan penempatan juru Pelihara. (Desi, Unit Pubdok, BPK XI)
Daftar Pustaka :
Laporan inventarisasi tahun 2002
Makam Islam di Jawa Timur Diterbitkan oleh Dinas pendidikan dan kebudayaan provinsi Jawa timur tahun 2003.