Rumah tersebut berada di Bangunharjo, Sewon, Bantul. Bangunan terdiri atas pendopo, longkangan, pringgitan, nDalem, pasren, dapur dan gandok kiwo-tengen. Rumah tersebut dibangun oleh Diporejo, namun belum ada pendopo.

    Pada tahun 1867 setelah terjadi  gempa besar, Atmowiyono yang merupakan cucu dari Diporejo membeli joglo di Kotagede dan mendirikan pendopo di depan rumah. Atmowiyono sendiri merupakan Lurah Desa Ngoto pada saat itu.

   Pendopo menggunakan atap joglo dengan tumpangsari. Konsul pendopo menggunakan seng. Di atas konsul terdapat ornamen kaca es warna – warni. Lantai menggunakan tegel abu-abu ukuran 30 x 30 cm. Rumah bagian induk dan rumah bagian belakang menggunakan atap limasan cere gencet dengan menggunakan dinding tembok berplester. Di pendopo tersebut dahulu sering digunakan untuk kegiatan seni pertunjukan seperti ketoprak, wayangan dan dolalak.  Selain itu, rumah ini pernah dijadikan sebagai Kantor Kelurahan Ngoto dan pada saat Agresi Militer Belanda II digunakan sebagai tempat persembunyian tentara gerilya.