Dewa Ganesha digambarkan bertubuh manusia, namun berkepala gajah. Bagaimana kisahnya Dewa Ganesha bisa berkepala gajah? Ada beragam versi cerita tentang asal usul kepala gajah dari sang Dewa Ilmu Pengetahuan.

Cerita pertama:

    Ganesha merupakan anak laki-laki yang diciptakan oleh Dewi Parwati tanpa sepengetahuan suaminya, yaitu Dewa Siwa. Dewi Parwati menciptakan Ganesha untuk menjaga rumahnya. Pada suatu saat, Dewa Siwa ingin masuk ke rumahnya, namun dihalangi Ganesha. Akibatnya, keduanya bertarung sengit. Ganesha kalah. Dewa Siwa sukses memenggal kepala Ganesa.

    Dewi Parwati yang mengetahui tragedi tersebut segera memberitahu Dewa Siwa, bahwa Ganesha adalah putranya yang diciptakan sendiri untuk menjaga rumahnya. Kemudian dikatakan bahwa kepala Ganesha dapat diganti dengan kepala makhluk yang melanggar aturan.

    Para Gana kemudian diutus mencari pengganti kepala Ganesha. Pada saat itu gajah tunggangan Dewa Indra bernama Airawata sedang mabuk dan tertidur dalam posisi yang melanggar aturan, yakni tidur dengan kepala menghadap ke utara. Atas pelanggaran tersebut, kemudian para Gana memenggal kepala gajah Airawata untuk menggantikan kepala Ganesha.

    Kitab Siwa Purana memberi keterangan yang berbeda dengan Kitab Mahabharata, yakni para pendeta dan rsi diutus untuk mencari pengganti kepala Ganesha, yakni kepala mahluk yang ditemuinya pertama kali. Kebetulan yang dijumpai oleh para pendeta adalah seekor gajah, sehingga kepala gajah tersebut yang dijadikan pengganti kepala Ganesha yang dipenggal oleh Dewa Siwa.

Arca Ganesha di Candi Kedulan, Dusun Kedulan, Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Sleman, D.I. Yogyakarta

Cerita kedua:

    Versi kakawin (puisi Jawa Kuno) yang membahas Ganesha secara detail ialah Kakawin Smaradahana. Kakawin Smaradahana diperkirakan berasal dari abad 12 Masehi, pada masa Kerajaan Kediri.

    Kakawin ini berisi tentang kisah terbakarnya Dewa Kama akibat membangunkan Dewa Siwa dari yoga. Pada pupuh 28 Kakawin Smaradahana, terdapat keterangan tentang kisah mengenai kepala Ganesha yang berbentuk gajah.

    Diceritakan bahwa ketika Dewi Parwati mengandung Ganesha, para dewa mengejutkan sang dewi dengan membawa gajah tunggangan Dewa Indra, yaitu Airawata. Oleh sebab itu, Ganesha terlahir dengan kepala menyerupai Airawata.

Arca Ganesha di Candi Gebang, Dusun Gebang, Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Sleman, D.I. Yogyakarta

Cerita ketiga:

    Alkisah, Dewa Indra dan para dewa lainnya memohon kepada Dewa Siwa agar menciptakan tokoh yang mampu mengalahkan Asura (raksasa) yang ingin menguasai tempat tinggal para dewa. Dewa Siwa lantas mengeluarkan salah satu kekuatannya (amsa) dalam wujud seorang pemuda tampan yang lahir dari rahim Dewi Parwati. Pemuda tersebut diberi nama Vighneswara (penyingkir rintangan), yang kelak diperintahkan untuk mengalahkan para Asura.

    Dewi Parwati sangat bangga memiliki putra yang tampan, sehingga mengundang para dewa untuk memamerkan ketampanan putranya. Semua dewa terkagum melihat sosok Vighneswara, kecuali Dewa Sani. Dewa Sani enggan memandang Vighneswara, karena ia membawa kutukan istrinya. Apa saja yang dipandang Dewa Sani akan berubah menjadi abu.

    Dewa Sani menolak untuk melihat Vigneshwara. Namun, Dewi Parwati tetap bersikukuh agar Dewa Sani memandang putranya. Akibatnya, saat Dewa Sani memandang kepala Vighneswara, seketika itu pula kepalanya hancur menjadi abu. Dewi Parwati sangat sedih atas kejadian tersebut.

    Dewa Brahma kemudian hadir menghibur Dewi Parwati dan berjanji mengganti kepala putranya dengan kepala makhluk pertama yang dilihatnya. Makhluk yang pertama kali dilihat Dewa Brahma adalah seekor gajah. Oleh karena itu, Vigneshwara atau yang juga dikenal dengan nama Ganesa (dewa ilmu pengetahuan) berkepala gajah.