Tidak hanya penggemar Didi Kempot, “sad boys” dan “sad girls” saja yang pernah “ambyar” karena patah hati. Candi Kedulan pun pernah “ambyar” digulung lahar Gunung Merapi. Setelah sekian abad terpendam dalam kondisi runtuh, kini Candi Kedulan sudah kembali berdiri tegak dan tak lagi rapuh.

      Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta telah memulihkan kondisi fisiknya dengan melakukan pemugaran candi induknya pada tahun 2018. Kemudian dilanjutkan pemugaran ketiga candi perwara yang rampung pada tahun 2019.

Tiga Candi Perwara dalam kondisi belum dipugar berada di depan candi induk

     Candi Kedulan pertama kali ditemukan oleh penambang pasir dalam keadaan terkubur dan roboh pada 24 September 1993. Batu-batu penyusunnya runtuh berantakan. Diduga akibat dihantam material lahar hasil erupsi Gunung Merapi. Candi yang terletak di Dusun Kedulan, Desa Purwomartani, Kalasan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta ini terkubur secara bertahap. Hal tersebut diketahui dari stratigrafi atau susunan tanah di sekeliling candi yang menunjukkan adanya tingkatan-tingkatan pengendapan tanah dalam beberapa waktu yang berbeda.

Candi Perwara Kedulan setelah selesai dipugar (tampak dari arah barat daya)
Candi Perwara Kedulan (Tengah)

     Candi yang berada 6,5 meter di bawah permukaan tanah ini terdiri atas empat candi yaitu satu buah candi induk, di depannya terdapat tiga buah candi perwara yang membujur arah utara-selatan. Pada saat ditemukan, semuanya dalam kondisi runtuh. Untuk menyelamatkan candi bernapaskan agama Hindu dari abad 9 Masehi ini dari kehancuran, maka Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan rangkaian kegiatan pelestarian terhadapnya. Di antaranya yaitu ekskavasi arkeologi (1993-2001), studi kelayakan (2002), studi teknis (2004), dan pemugarannya dimulai tahun 2018.

Candi Perwara Kedulan (Selatan)

     Candi induk dipugar pada 2018 dan diresmikan oleh Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid. Pada tahun 2019 ini, dilanjutkan memugar tiga candi perwara. Pelaksanaannya berlangsung pada bulan Februari s.d. November 2019. Pemugaran dilakukan dengan memperkuat struktur dan mengembalikan arsitektur candi perwara. Tujuannya untuk mengembalikan kondisi fisik candi untuk memperpanjang usianya. Dalam melaksanakan pemugaran harus mempertahankan keaslian bahan, bentuk, tata letak, dan teknik pengerjaannya.

Candi Perwara Kedulan (Utara)
Ketiga candi perwara selesai dipugar (tampak dari arah timur laut)

     Peresmian pemugaran candi perwara Kedulan dilaksanakan bersamaan dengan peresmian pemugaran candi perwara di sejumlah kompleks candi lainnya dalam acara “Peresmian Purnapugar Candi Perwara (Candi Prambanan, Candi Kedulan, Candi Sewu, dan Candi Plaosan)” pada 14 Desember 2019 di Halaman Timur Kompleks Candi Sewu, Prambanan, Klaten, Jawa Tengah. Peresmian candi-candi tersebut ditandai dengan penandatanganan prasasti purnapugar oleh Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Fitra Arda Sambas.

Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Fitra Arda Sambas menandatangani prasasti peresmian Candi Perwara didampingi Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta, Zaimul Azzah (kiri) dan Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah,, Sukronedi (kedua dari kiri).

(Teks: Ferry Ardiyanto – Foto: Dok.BPCB DIY.2019/ Bari Sulistyo)