Happy New Year 2020, Sobat Millennial!! Yip yip hurray!!

     Hallo, Sobat Millennial! Welcome back to the new chapter! So, here, we will discuss about heritage conservation methods. I’m sure that you already have read the previous chapter, so we can be connected well in this topic.

Jeka

       Oke Sobat, seperti yang sudah kita bahas di episode sebelumnya tentang konservasi dan cagar budaya, maka sekarang kita akan membahas tentang bagaimana kita melakukan konservasi cagar budaya dengan benar. Di sini kita akan membedah satu per satu metode yang dilakukan Jeka saat membersihkan Ganesha di episode sebelumnya, ya! Jadi, stay stune and cool, Sobat!

    Konservasi atau pelaksanaan perawatan benda cagar budaya dilakukan untuk melindungi dan menjaga kelestarian dari suatu cagar budaya. Ada banyak tahap konservasi yang harus dilakukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Makin penasaran? Nah, mari kita kupas satu persatu tentang bagaimana pelaksanaan perawatan dalam konservasi itu dilakukan.

    Pelaksanaan perawatan dalam konservasi terdiri atas dua jenis perawatan yaitu perawatan preventif dan kuratif. Perawatan preventif adalah tindakan pencegahan yang dapat dilakukan dengan cara perawatan rutin sehari-hari maupun berkala untuk menjaga kebersihan atau keterawatan benda cagar budaya (BCB) dan lingkungannya. Contoh perawatan preventif antara lain pembersihan dengan sapu, kuas, sikat dan menyapu halaman serta merawat tanaman untuk perawatan sebuah situs. Perawatan kuratif adalah tindakan mengobati atau tindak lanjut pada kerusakan cagar budaya yang dapat dilakukan sesuai dengan kondisi keterawatan BCB baik dengan cara perawatan tradisional maupun modern untuk menanggulangi BCB yang telah rusak dan lapuk.

    Sebelum dilakukan konservasi, terlebih dahulu dilakukan identifikasi kerusakan pada BCB. Kerusakan yang terjadi pada umumnya disebabkan oleh:

  1. Fisik (terjadi karena media penyimpanan yang kurang baik).
  2. Pollutan (debu, bahan kimia, lembap).
  3. Temperatur dan kelembapan udara (temperatur dan kelembapan harus stabil, jika tidak maka benda akan cepat rusak).
  4. Air (berpotensi karat pada Benda Cagar Budaya yang terbuat dari logam).
  5. Hewan (serangga, tikus).
  6. Tumbuhan (alga, jamur, lumut, lichen yang merupakan simbiosis mutualisme dari alga dan jamur).
  7. Cahaya (paparan UV yang mengakibatkan warna menguning atau memudar pada benda).
  8. Dissosiasi (pemisahan benda-benda).
  9. Pencurian dan vandalisme.
  10. Api (bahaya kebakaran).

     Metode konservasi pada umumnya tergantung juga pada bahan penyusun benda cagar budaya yang akan dikonservasi. Apakah bahan penyusunnya dari batu, kertas, kayu, logam, perak, emas atau tulang? Untuk itu, perlu juga dilakukan identifikasi benda cagar budaya terlebih dahulu, barulah kita melangkah ke metode konservasi yang tepat. Agar lebih jelas, pada episode ini, kita akan membahas metode konservasi secara umum terlebih dahulu.

    Secara umum, metode konservasi dibedakan menjadi 2 yaitu metode pembersihan mekanis (manual) dan metode dengan perlakuan bahan kimia (metode khemis). Metode pembersihan mekanis (manual) pada umumnya dilakukan dengan menggunakan tangan yang dilengkapi dengan alat-alat seperti sikat ijuk, jarum kasur, dan kuas.

Pembersihan mekanis/manual Candi Barong

   Di samping itu metode pembersihan dengan perlakuan bahan kimia biasanya menggunakan bahan kimia tertentu yang mana masing-masing bahan kimia tersebut memiliki fungsi yang berbeda. Bahan kimia tersebut dibedakan antara lain:

  1. Bahan Pembersih.
    • AC 322 untuk pembersihan lumut kerak (lichen).
    • Xylol, Toluol dan Aceton untuk pembersihan noda cat.
  2. Bahan Perekat.
    • Euroland FK-20, Davis Fuller 614 dan Akemi Normal untuk merekatkan batu yang pecah.
    • EP-IS untuk injeksi batu yang retak.
  3. Bahan Konsolidasi.
    • Rhodorsil RC-90 untuk memperkuat batu yang rapuh.
  4. Bahan Pengawet.
    • Hyvar X-L untuk menghambat pertumbuhan herba (rumput-rumputan).
    • Hyamine untuk menghambat pertumbuhan ganggang (algae).
    • Masonceal untuk mengurangi agar air tidak masuk ke pori-pori batu.

 

 

 

 

 

Pengolesan AC 322 pada Candi Barong

     Selain menggunakan bahan kimia, saat ini cagar budaya juga dapat dikonservasi dengan menggunakan bahan tradisional atau bahan alami. Bahan alami yang saat ini sudah banyak dikembangkan sebagai bahan konservan tradisional antara lain cengkeh, tembakau, pelepah pisang atau sereh.

     Nah, Sobat Millennial, demikian penjelasan mengenai metode konservasi secara umum. Pada part selanjutnya, kita akan membahas lebih dalam tentang metode konservasi pada setiap bahan penyusun BCB yang berbeda. Tetap bersama kami, ya. Sampai jumpa di episode selanjutnya! Have a nice day, Sobat!

Bersambung …

Ditulis oleh R. Wikanto Harimurti, S.Si., M.A. dan Septiani Emdrawati, S.Si. (Keduanya merupakan konservator di Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta)

Referensi:

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. 2005. Pedoman Perawatan dan Pemugaran Benda Cagar Budaya Bahan Batu. 

Tim Pemeliharaan. 2019. Laporan Konservasi Candi Barong. BPCB D.I. Yogyakarta.