Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia sebenarnya merupakan nilai-nilai kearifan dari nenek moyang yang sudah lama hidup, tumbuh, dan mengakar kuat di bumi nusantara sejak zaman dahulu. Nilai-nilai kearifan tersebut kemudian digali oleh para pendiri bangsa (founding fathers) untuk dijadikan sebagai dasar negara Indonesia.

       Laku bijak para pendiri bangsa untuk menggali nilai-nilai kebudayaan Indonesia sebagai ikhtiar merumuskan dasar negara, telah menginspirasi Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Daerah Istimewa Yogyakarta untuk menggelar kegiatan “Jelajah Budaya: Menggali Nilai-Nilai Pancasila dari Cagar Budaya” pada 30 September 2018 dalam rangka menyongsong peringatan Hari Kesaktian Pancasila yang jatuh pada 1 Oktober.

    Kegiatan tersebut bertujuan mengajak generasi muda, pelajar pramuka tingkat penggalang Daerah Istimewa Yogyakarta untuk menggali nilai-nilai Pancasila yang terkandung dalam Cagar Budaya, khususnya Candi Kalasan dan Candi Banyunibo. Tujuan Jelajah Budaya yaitu membentuk generasi muda berkarakter dan menjadi manusia Pancasila seutuhnya. Generasi yang mampu membangun bangsa dan mengikuti perkembangan zaman tanpa kehilangan identitas dan jati diri bangsanya.

    Rute perjalanan Jelajah Budaya: Candi Kalasan (start) – Situs Watugudig – Candi Banyunibo (finish). Peserta sebanyak 250 pramuka tingkat penggalang perutusan Kwartir Cabang se-Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi, lindungi, dan lestarikan Cagar Budaya … (fry)

Arkeolog dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta, Yoses Tanzaq (depan), mengajak sebanyak 250 orang pelajar pramuka tingkat penggalang perutusan kwartir cabang gerakan pramuka se-Daerah Istimewa Yogyakarta untuk menggali nilai-nilai Pancasila yang terkandung di dalam Candi Kalasan. Selain menggali nilai-nilai Pancasila, Yoses dan para pramuka juga mengulik tentang sejarah pendirian dan riwayat pelestarian Candi Kalasan.
Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta, Ari Setyastuti, mengibarkan bendera start di hadapan peserta sebagai tanda dimulainya kegiatan Jelajah Budaya 2018 di Candi Kalasan, Dusun Kalibening, Desa Tirtomartani, Kalasan, Sleman. Selama melakukan penjelajahan, peserta akan bersaing menjadi yang terbaik melalui berbagai kegiatan yang dilombakan antara lain wawasan sejarah dan kepurbakalaan, pengetahuan kebangsaan dan kepramukaan, lomba Yel-yel Kebangsaan, regu terbaik, dan regu favorit.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Resep jitu untuk memenangkan lomba Yel-Yel Kebangsaan pada kegiatan Jelajah Budaya 2018 yaitu selihai mungkin meracik lirik, kostum, dan koreografi yang menarik. Terutama lirik yang mengandung pesan untuk menjaga persatuan bangsa dan pelestarian Cagar Budaya, bukan lirik yang hanya menonjolkan kelebihan dan kekompakan regu saja.
Peserta Jelajah Budaya 2018 memberikan bibit pohon kepada warga di Desa Tirtomartani, Kalasan, Sleman pada saat menyusuri rute Jelajah Budaya (Candi Kalasan – Situs Watugudig – Candi Banyunibo). Selain bertujuan untuk menanamkan rasa peduli terhadap kelestarian Cagar Budaya, Jelajah Budaya juga memupuk rasa peduli peserta terhadap kelestarian lingkungan alam sekitar.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ibarat sebuah jembatan yang menghubungkan dua ujung jalan yang terpisah, Jelajah Budaya digelar Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Daerah Istimewa Yogyakarta, juga untuk menjembatani generasi milenial agar dapat mengetahui, mengenali, dan memahami warisan budaya peninggalan dari generasi pendahulu.
Salah satu regu peserta Jelajah Budaya 2018 melintasi Jembatan Gendukan yang melintang di atas Sungai Opak yang memisahkan Kecamatan Prambanan dan Kecamatan Kalasan, Sleman, saat melakukan perjalanan Jelajah Budaya.
Salah satu regu peserta Jelajah Budaya 2018 melewati areal ladang di Dusun Bokoharjo, Prambanan, Sleman saat menyusuri rute perjalanan Jelajah Budaya. Dalam kegiatan tersebut, jarak yang ditempuh peserta untuk menyelesaikan penjelajahan sejauh 5,4 km.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Upacara penutupan kegiatan Jelajah Budaya 2018 dilaksanakan di Candi Banyunibo, Dusun Cepit, Desa Bokoharjo, Prambanan, Sleman. Kepala Subbagian Tata Usaha Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta, Indung Panca Putra menjadi pembina pada upacara tersebut.
Kepala Subbagian Tata Usaha Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta, Indung Panca Putra (tengah) berfoto bersama dengan peraih juara giat prestasi lomba Yel-yel Kebangsaan pada kegiatan Jelajah Budaya 2018 kategori regu putra dan regu putri dengan latar Candi Banyunibo.

 

 

 

 

 

 

 

Para pemenang giat prestasi regu terbaik kategori regu putra dan regu putri dalam kegiatan Jelajah Budaya 2018 berfoto bersama dengan Andu Seni dan Budaya Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Daerah Istimewa Yogyakarta, Hartoto Indra Suwahyunto di Candi Banyunibo.
Ketua Unit Dokumentasi dan Publikasi, Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Muryantini Romawati (tengah) mengukir kenangan dengan berfoto bareng bersama perwakilan regu favorit putra dan regu favorit putri pada kegiatan Jelajah Budaya 2018 di Candi Banyunibo.
Momen tersebut sekaligus menjadi kenangan baginya yang memasuki masa purna tugas per 1 Oktober 2018. Ia telah berkarya di Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta selama 30 tahun dan telah berpartisipasi menyukseskan kegiatan Jelajah Budaya bagi pelajar sebanyak 13 kali.