Di bekas pabrik gula Sewugalur masih ada beberapa yang dapat diidentifikasikan sebagai bangunan yang mempunyai citra indis mewakili zamannya.  Ada dua rumah yang   dahulu menjadi hunian administratur  pabrik, secara relatif  masih terawat dan  dapat menjadi contoh,  yaitu  pada saat ini ditempati oleh Bapak Bayu Harjo dan  Bapak Sunartejo. Dua bangunan tersebut dapat mewakili corak arsitektur bangunan indis di Sewu Galur yang belum mengalami  perubahan signifikan.

  1. Rumah Bapak Bayu Harjo
Rumah Bp. Bayu Harjo di perumahan ex Pabrik Gula Sewugalur, Kulonprogo. Di bagian fasad dan dinding teras telah mengalami perubahan
(Foto Dok. BPCB DIY)

       Secara administratif terletak di RT 55, RW 27, Dusun Kempleng, Sewugalur, Desa Karangsewu, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Keletakan bangunan berada di titik koordinat ada di zona 49 M, X 0412960, Y. 9121893. Rumah menghadap ke barat. Batas-batas rumah yaitu Barat: jalan desa, Utara : rumah Ibu Suryani, Timur: pekarangan penduduk, Selatan: jalan desa. Luas pekarangan: 363 m².

      Semula   pemilik  bangunan   ini yaitu  Bp.  Cokrodirjo  dari hasil pembelian secara lelang yang dilakukan pihak kelurahan atau desa. Bangunan pada saat ini ditempati oleh Bp. Bayu Harjo yang merupakan cucu  dari Bp. Cokrodirjo. Bangunan perumahan di bekas pabrik gula Sewu Galur ini terdiri dari 3 (tiga) unit yaitu bangunan utama, bangunan pelayanan, dan garasi.

      Bangunan utama menggunakan corak atap atau model kampung dengan dua nok yang sejajar dan emper tersambung atau dalam arsitektur jawa disebut  cere gancet dengan menggunakan atap genteng flam tanah liat. Di bagian depan bangunan utama terdapat teras atau beranda terbuka  tanpa dinding tembok yang  beratap. Teras rumah terbuka atau tanpa dinding masif, berfungsi sebagai ruang      transisi yang menghubungkan antara halaman luar dengan bangunan utama atau induk. Dinding teras dilengkapi dengan pilaster-pilaster dan hiasan berbentuk geometris. Sedangkan lantai dengan menggunakan flor pc polos. Dilihat dari model arsitektur bangunan di sekitarnya dinding bagian atas teras belum mengalami perubahan.

        Ciri-ciri yang menonjol bangunan utama adalah ukuran pintu utama  tinggi yaitu 300 cm x 230 cm dan pintu pengapit 300 cm x 120 cm. Model pintu variasi panel kayu-kaca dan di bagian atas panel kayu-kaca empat persegi panjang, serta pintu kamar dengan panel kayu motif krepyak. Di dalam bangunan utama dengan pembagian tata ruang yaitu ruang keluarga dan kamar tidur

2. Rumah Bapak Sunartejo

Rumah milik Sunarteja di perumahan ex Pabrik Gula Sewugalur, Kulon Progo. Fasade dan dinding teras telah mengalami perubahan (Foto dok. BPCB DIY)

       Secara administratif terletak di Dusun, Desa Sewugalur, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Keletakkan bangunan berada di titik koordinat ada di zona 49 M, X 0412969, Y. 9121907. Rumah menghadap ke barat. Batas-batas rumah yaitu  Barat: jalan desa, Utara: rumah Bp. Karwono, Timur: pekarangan penduduk, Selatan: rumah Ibu Suryani. Luas pekarangan 388 m². Semula pemilik bangunan ini yaitu Bp. Cokrodirjo dari hasil pembelian secara lelang yang dilakukan pihak kelurahan atau desa. Bangunan pada saat ini ditempati oleh Bp. Sunartejo yang juga merupakan cucu  dari Bp. Cokrodirjo. Deskripsi bangunan : Bangunan perumahan di bekas pabrik gula sewu galur ini terdiri dari 3 (tiga) unit yaitu bangunan utama, bangunan pelayanan, dan garasi.

Kondisi dinding ruang dalam, tampak pintu dan jendela dengan panel kayu – kaca yang masih asli atau belum mengalami perubahan (Foto dok. BPCB DIY)

       Bangunan utama menggunakan corak atap atau model kampung dengan dua nok yang sejajar dan emper tersambung atau dalam arsitektur jawa disebut cere gancet dengan menggunakan atap genteng flam tanah liat. Di bagian depan bangunan utama terdapat teras atau beranda terbuka tanpa dinding tembok yang  beratap. Teras berfungsi sebagai ruang transisi yang menghubungkan halaman luar dengan bangunan utama. Dinding teras dilengkapi dengan pilaster-pilaster dan hiasan berbentuk geometris. Sedangkan lantai dengan menggunakan flor pc polos. Teras depan pada saat  gempa bumi 27 Mei 2006 sebagian rusak berat kemudian diperbaiki kembali dengan mengacu bentuk semula. Perubahan yang terjadi adalah dinding bawah  yang semula bermotif menjadi polos dan dinding teras atas yang semula model berundak kemudian menjadi beratap dengan emper.

       Ciri-ciri yang menonjol di bangunan utama adalah ukuran pintu utama  tinggi yaitu 300 cm x 230 cm dan pintu pengapit 300 cm x 120 cm. Model pintu variasi panel kayu-kaca dan di bagian atas panel kayu-kaca setengah lingkaran. Di dalam bangunan utama dengan tata ruang yaitu   ruang keluarga dan kamar tidur.

          Di sebelah selatan bangunan utama terdapat bangunan paviliun dan bangunan pelayanan. Atap bangunan berbentuk kampung dengan atap genteng flam tanah liat. Ukuran bangunan paviliun 630 cm x 380 cm serta dilengkapi dengan teras terbuka tanpa dinding. Teras depan dilengkapi dengan pilaster-pilaster  serta profil lengkung di atas ambang pintu (voussoir). Perubahan yang terjadi yaitu adanya penggantian lantai floor dengan keramik berwarna putih.

3. Rumah Bapak Karwono

Rumah milik Karwono di ex Pabrik Gula Sewugalur (Foto dok. BPCB DIY)

        Secara administratif terletak di Dusun, Desa Sewugalur, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Keletakan bangunan   berada di titik koordinat ada di zona 49 M, X 0412978, Y. 9121921. Rumah menghadap ke barat. Batas-batas rumah yaitu Barat: jalan desa, Utara: rumah penduduk, Timur: pekarangan penduduk, Selatan: rumah Bp. Sunartejo. Luas pekarangan 388 m². Pemilik : Semula   pemilik  bangunan   ini yaitu    Cokrodirjo  dari hasil pembelian secara lelang yang dilakukan pihak kelurahan atau desa. Bangunan pada saat ini ditempati oleh Karwono yang juga merupakan cucu  dari Cokrodirjo. Bangunan perumahan di bekas pabrik gula sewu galur ini terdiri dari 3 (tiga) unit yaitu bangunan utama, bangunan belakang, dan garasi.

Kondisi dinding ruang tengah yang masih tampak keasliannya. Beberapa bagian merupakan hasil rehabilitasi pasca gempa bumi tahun 2006. (Foto Dok. BPCB DIY).

       Bangunan utama menggunakan corak atap atau model kampung dengan dua nok yang sejajar dan emper tersambung atau dalam arsitektur jawa disebut  cere gancet dengan menggunakan atap genteng flam tanah liat. Di bagian depan bangunan utama terdapat teras atau beranda terbuka  tanpa dinding tembok yang  beratap. Teras berfungsi sebagai ruang transisi yang menghubungkan halaman luar dengan bangunan utama. Dinding teras dilengkapi dengan pilaster-pilaster dan hiasan berbentuk geometris. Sedangkan lantai dengan menggunakan flor pc polos. Teras depan pada saat  gempa bumi 27 Mei 2006 sebagian rusak berat kemudian diperbaiki kembali atau rehabilitasi dalam rangka recovery pasca gempa bumi tektonik. Dengan  mengacu bentuk semula. Bentuk bangunan belum terjadi banyak perubahan, baik di bangunan induk, garasi dan bangunan bagian belakang.

      Ciri-ciri yang menonjol  di bangunan utama adalah ukuran pintu utama  tinggi yaitu 300 cm x 230 cm dan pintu pengapit 300 cm x 120 cm. Model pintu variasi panel kayu-kaca dan di bagian atas panel kayu-kaca setengah lingkaran. Di dalam bangunan utama dengan tata ruang yaitu   ruang keluarga dan kamar tidur.

      Di sebelah utara bangunan utama terdapat bangunan semacam garasi kendaraan. Atap bangunan berbentuk kampung dengan atap genteng flam tanah liat.

Ex Pabrik Gula Sewugalur Potensi Cagar Budaya Kulonorogo

Penghargaan Pelestarian Cagar Budaya yang diberikan Pemerintah DIY kepada rumah eks. Pabrik Gula Sewugalur (Foto dok. BPCB DIY)

      Seiring berjalannya waktu aset budaya ex Pabrik Gula di Sewugalur mengalami perubahan, baik  kondisi bangunan, lingkungan,  fungsi, dan  makna. Mengingat aspek-aspek latar  belakang,  kesejarahan,  corak arsitektural, dan  tata lingkungannya, maka dapat disimpulkan bahwa  struktur dan gugusan bangunan  di ex Pabrik Gula Sewugalur mempunyai berbagai nilai penting. Nilai penting yang menonjol di antaranya yaitu nilai penting sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, dan kebudayaan. Aspek kesejarahan menempatkan gugusan bangunan ex Pabrik Gula sebagai  salah satu artefak bukti sejarah dan  menjadi bagian  tidak terpisahkan dari serangkaian perjalanan sejarah pabrik gula di Yogyakarta. Corak bangunan dan tata ruangnya menjadi bagian penting dari perspektif arsitektur indis, sehingga dari sisi kebudayaan dapat menjadi penanda langgam gaya bangunan yang hidup  pada abad ke- 19 – awal abad ke-20. Hal ini tentu dapat menjadi fokus pembelajaran  berbagai disiplin ilmu pengetahuan, baik sejarah, arkeologi,  sosial, dan arsitektur. Oleh karena itu, di dalam konteks nilai penting pendidikan, transfer pengetahuan kepada masyarakat pada umumnya dan pelajar khususnya sangat urgen dilakukan.

    Sebagai aset penting maka warisan budaya di Sewugalur sangat penting untuk diaktualisasikan menjadi sebuah potensi warisan budaya daerah Kabupaten Kulon Progo. Terkait dengan membangun potensi maka sangat mendesak bahwa bangunan cagar budaya dan beberapa bagian penting lingkungan ex Pabrik Gula untuk ditetapkan  sebagai cagar budaya dan bahkan layak ditetapkan menjadi kawasan cagar budaya tingkat kabupaten. Akhirnya masuk di dalam data register cagar budaya daerah dan register nasional. Di samping itu, pihak-pihak terkait (Pemerintah, Pemerintah Daerah (DIY – Kabupaten Kulon Progo, masyarakat) perlunya secara konsisten melaksanakan program pemberian kompensasi dan insentif  dalam melaksanakan kegiatan pelestarian cagar budaya.  Dengan demikian, masyarakat yang telah melaksanakan kewajiban menjalankan upaya perawatan  dan menjaga kelestariannya dapat dipenuhi juga hak-haknya. Keberadaan SKPD Dinas Kebudayaan di Kabupaten Kulon Progo harus menjadikan institusi itu  lebih efektif di dalam menjalankan program pelestarian cagar budaya sebagaimana amanat UURI No. 11/2010 tentang Cagar Budaya, UURI No. 13/2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogakarta, dan Peraturan Daerah No. 6 / 2012 tentang Pelestarian Warisan Budaya dan Cagar Budaya beserta peraturan  pendukungnya. Dengan demikian potensi cagar budaya di Kulon Progo dapat memberikan kontribusi  eksistensi penanda keistimewaan secara lebih variatif dari berbagai macam periodisasinya. (Ign. Eka Hadiyanta dan Th. Sri Suharini)