Kerajaan Daulat Parit Batu terletak diantara dua sungai yaitu sungai Patoman dan sungai Tipo. Berdirinya Kerajaan Daulat Parit Batu ini tidak diketahui secara pasti. Namun jika melihat data sejarah dan silsilah kerajaan Parit Batu, yang raja-rajanya semuanya bergelar Tuanku, maka kerajaan Parit Batu ini berdiri pada periodesasi Islam di Sumatera Barat. Indikasinya karena gelar Tuanku di Minangkabau  merupakan gelar tertinggi dari seorang yang mendapatkan pendidikan agama di surau.

Menurut ahli waris Kerajaan Daulat Parit Batu yang ke VII, yaitu Tuanku Hendri Eka Putra, S.E  Daulat Yang Dipertuan Parit Batu Pucuk Adat Pasaman, Kerajaan Daulat Parit Batu ini merupakan bagian dari Kerajaan Pagaruyung di Batusangkar. Kerajaan Daulat Parit Batu ini merupakan perpanjangan tangan dari Kerajaan Pagaruyung didaerah Pasaman yang rajanya dilantik oleh Raja Pagaruyung dan ditunjuk sebagai raja rantau yang menjadi wakil Kerajaan Pagaruyung di daerah Pasaman. Hal ini karena daerah Pasaman merupakan daerah yang sangat strategis, yang terletak di dipesisir pantai yang  mempunyai pelabuhan-pelabuhan seperti Sasak dan Air Bangis. Pelabuhan ini sering dikunjungi oleh pedagang dan pendatang yang berasal dari luar, sehingga wilayah ini merupakan wilayah yang ramai pada masa itu. Kedua pelabuhan ini merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Daulat Parit Batu, sehingga daerah ini sangat berpotensi untuk pemasukan dana kerajaan yang berasal dari cukai (pajak) dari kapal atau pedagang yang masuk kedaerah ini. Dengan demikian perkembangan dan kelangsungan Kerajaan Pagaruyung terutama tentang pemasukan dana dan perluasan kekuasaan.

Situs Bekas Kerajaan Daulat Parit Batu hanya menyisakan tanggul berupa susunan batu kali dengan denah empat persegi panjang berukuran Panjang 132 m dan lebar 88 m. Menurut ahli waris Kerajaan Daulat Parit Batu yang ke VII, yaitu Tuanku Hendri Eka Putra, S.E Daulat Yang Dipertuan Parit Batu Pucuk Adat Pasaman, dahulunya bangunan istana terletak di dalam areal tanggul ini. Benteng Parit Batu dikenal juga dengan nama Kampung Lama Parit Batu. Situs ini terletak 500 m dari jalan raya yang menghubungkan Simpang Empat dengan jalan menuju Air Bangis. Secara geografis Benteng Parit Batu terletak di antara aliran Sungai Batang Tomani di sebelah utara dan Sungai Batang Tipo di sebelah selatan. Sebelah timur merupakan jajaran Pegunungan Bukit Barisan, sedangkan sebelah barat merupakan akses masuk karena merupakan bagian paling mudah dijangkau dengan kondisi permukaan tanah relatif datar. Bangunan benteng berdenah persegi penjang, menempati lahan seluas 132 m x 88 m. benteng berupa susunan batu andesit yang dibangun mengelilingi areal tersebut dengan ketinggian berkisar antara 150 cm – 200 cm dengan lebar bagian atas berkisar 1 m – 2 m. Ukuran panjang batu yang digunakan sebagai bahan penyusun benteng bervariasi antara 8 – 40 cm. di bagian dalam benteng tidak ditemukan struktur bangunan tetapi cukup banyak ditemukan fragmen keramik. Berjarak 100 m sebelah barat benteng terdapat kompleks pemakaman yang menurut informasi merupakan pemakaman tokoh yang berkaitan dengan pembangunan benteng dan pemukiman. Tiga di antara makam tersebut merupakan makam pejabat/raja penguasa di benteng tersebut, yaitu Daulat Sakit Kaki (raja pertama), dan Raja Muhammad Ali Nafiah.

Kondisi situs saat ini sangat memprihatinkan, situs terancam hancur akibat aktivitas pertanian penduduk. Tanaman-tanaman penduduk berupa sawit, kelapa, dan jagung banyak tumbuh disekitar areal situs malahan ada yang tumbuh diatas situs. Lama kelamaan tumbuhan tersebut akan dapat merusak bangunan situs itu sendiri.

Lokasi: Jorong Banderejo, Nagari Lingkung Aur, Kec. Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat.