Saat landing di Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru, saya teringat sejarah Kesultanan Siak Sri Indrapura yang diperintah Sultan Syarif Kasim II. Tak pikir panjang, saya langsung ingin ke Siak Sri Indrapura, sebuah kabupaten di Provinsi Riau.

Dari bandara, Siak sebenarnya masih jauh. Untuk menuju ke sana, kita bisa memakai mobil atau travel dengan menempuh jarak 202 km dengan lama perjalanan 2 jam 30 menit jika arus normal. Tenang meski jauh, jalan aspalnya mulus.

siak-istana-1Ketika Anda melewati jembatan megah, Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah, berarti Siak sudah dekat. Jembatan yang namanya diambil dari nama permasuri Sultan Syarif Kasim II itu diresmikan Presiden SBY pada 2002. Ia berdiri indah membelah sungai terdalam di Indonesia, Sungai Siak.

Melancong ke Siak sebenarnya bisa dilakukan singkat selama sehari. Tapi siapa mau kalau Siak begitu mempesona. Ada banyak objek-objek wisata yang bisa dinikmati mulai wisata sejarah, wisata budaya, hingga wisata alam. Begitu masuk Siak, identitas sebagai kota wisata begitu terasa. Tata kotanya rapi dan bersih.

siak-istana-6Pohon-pohon yang dicat warna-warni berbaris rapi menjadi peneduh. Bangku-bangku dan taman terlihat hampir di tiap sudut kota. Tak susah hanya untuk sekadar mencari tempat bersantai di kota yang dijuluki Negeri Istana Matahari Timur itu. Arsitektur bangunan di kota ini juga terlihat anggun dan megah. Menarik untuk dijadikan objek foto-foto.

Sebagai kota wisata, potensi wisata sejarah lah yang paling membuat saya terpesona. Menurut saya, siapapun yang ingin memutari Siak, harus dari titik ini dulu. Istana ini termasuk 14 cagar budaya Siak yang siap didaftarkan lagi oleh Bupati Syamsuar. Ia membentuk tim khusus Cagar Budaya Daerah, yang bertanggungjawab memastikan ke-14-nya berstatus cagar budaya nasional.

Itu dilakukan Syamsuar untuk menindaklanjuti hasil pertemuan dengan Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumatera Barat Nurmatias. Dijelaskan bahwa Siak memiliki potensi menjadi cagar budaya nasional dan Kota Pustaka. Potensi itu dikuatkan hanya dari 14 situs sejarah peninggalan Kesultanan Siak Sri Indrapura.siak-istana-4

Sebenarnya 62 tahun lalu sudah pernah didaftarkan ke BPCB untuk diakui. Namun melihat perkembangan saat ini, Syamsuar merasa perlu mendaftar ulang. Salah satu hal yang menjadi pertimbangan agar 14 situs sejarah cepat terdaftar adalah karena Siak memiliki Grand Design Pengembangan Kebudayaan Melayu.

Di dalamnya tertuang pernyataan Siak adalah Melayu sebenarnya atau ‘Siak The Truly Malay’ alias pusat kebudayaan Melayu di Nusantara. Cagar budaya yang dimaksud di antaranya Istana Kesultanan Siak Sri Indrapura atau yang disebut Istana Asserayah Hasyimiah, Gudang Mesiu, Balai Kerapatan Tinggi, makam para raja, kelenteng dan gereja tua serta pasar lama.

Ada lagi makam raja pertama Raja Kecik, kolam hijau, Makam Puteri Kaca Mayang. Di seberang istana, tepatnya Kecamatan Mempura, ada tangsi Belanda lengkap dengan ruang controler, serta makam raja. Ada pula objek wisata alam seperti Danau Ketialau, Danau Air Hitam, Danau Besi, Danau Tembatu Sonsang, Danau Pulau Besar, Danau Zamrud, Danau Pulau Bawah, Danau Pulau Atas dan Tasik Rawa.

siak-istana-5Danau tujuh tingkat di Sungai Mandau dan Pantai Tanjung Layang di Sungai Apit, melengkapi itu semua. Belum lagi sumur minyak bersejarah dan Pusat Pelatihan Gajah di Minas. Dengan semua potensi itu, maka Siak bisa sejajar dengan kota tua Jakarta, Semarang, Sawah Lunto, Palembang, Bogor, Yogyakarta, Karangasem, Denpasar, Banjarmasin, Bau-bau, Banda Aceh dan Trowulan, yang sudah lebih dulu menjadi National Heritage.

siak-istana-7Keinginan Pemkab Siak ini sangat bisa terwujud. Salah satu alasan yang sangat menonjol adalah keberadaan istana dan adat istiadat Melayu yang kental. Untuk menjadi cagar budaya nasional, istana ditata menjadi semacam kompleks. Maka istana dengan Masjid Syahabuddin, Balai Kerapatan, makam dan pasar lama menjadi satu kesatuan sejarah kolektif.

Dari istana ini saja, kekaguman saya pada Siak tak habis-habis. Bersama empat seri tulisan saya tentang “Pesona Cagar Budaya Siak dari Istana Asserayah Hasyimiah” inilah saya menelesur Siak dengan lebih dekat untuk pembaca Padmagz. (teks dan foto: Ferry Fansuri/editor: Heti Palestina Yunani/bersambung)

sumber: http://padmagz.com/siak-the-truly-malay-menuju-national-heritage/