Dalam khazanah budaya Minangkabau terdapat tiga institusi yang berperan dalam mendidik dan mengembangkan sumber daya komunitasnya, yaitu rumah gadang, surau dan lapau (kedai). Peran tersebut ini kemudian mulai luntur seiring dengan percaturan dan pergumulan masyarakat Minangkabau dengan masyarakat luar. Institusi pendidikan yang ada mulai berubah mengikuti pola perkembangan zaman yaitu dengan diperkenalkannya institusi baru   sekolah modern. Padahal analisa penulis  tiga institusi tradisional tersebutlah yang membuat masyarakat Minangkabau dikenal oleh  masyarakat luar. Para cendikiwan yang ada ditempa dengan alam yang demokratis dan egaliter dengan mengadopsi sistem pendidikan dari pola institusi yang ada. Pada masa sekarang ini tiga institusi yang sudah mapan tersebut ditinggalkan oleh masyarakat budaya Minangkabau. Mereka sudah mengadopsi institusi asing dan dipaksakan untuk hidup serta berkembang dalam memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan. Belum tentu institusi baru  sesuai dengan budaya yang ada dan sudah mapan.Padahal bangsa Belanda  melihat gejala yang  membuat hegemoni mereka  rusak serta   pada konteks sejarah dikalahkan oleh pola pendidikan yang ada di masyarakat Minangkabau. Oleh karena itu  Belanda mencoba menerapkan siasat divide et imperial dengan memperkenalkan institusi baru, meskipun institusi tersebut juga memberikan apresiasi dan pencerahan terhadap suku bangsa ini.

Pada kondisi sekarang  ini banyak daerah di Sumatera Barat yang sudah meninggalkan institusi  rumah gadang, surau dan lapau  dan kemudian memakai kurikulum modern baru berbasis sekolah. Daerah yang masih terlihat mempraktikkan tiga institusi tersebut adalah daearah Kabupaten Padang Pariaman. Institusi pendidikan tradisional di Padang Pariaman masih tetap eksis. Rumah gadang (tempat tinggal) dijadikan tempat sosialisasi internal bagi komunitas yang ada. Rumah gadang sebagai wahana pendidikan awal atau basis dalam pembentukan komunitas. Rumah Ibadah (Surau) masih digunakan sebagai sarana aktualisasi masyarakat dalam menimba ilmu agama, etika moral dan norma-norma hidup.Lapau (kedai) merupakan wahana bagi masyarakat untuk mendiskusikan  problema yang ada. Komunitas masyarakat yang enggan ke kedai dianggap tidak peka (sense of human releation) terhadap masyarakat dan tidak bergaul menurut stigma kolektivitasa. Semua problema dibicarakan di lapau sehingga  timbul satu dinamika bahwa yang suka dengan topik pembicaraan akan bertahan di lapau sedangkan yang ambivalen akan keluar. Meraka yang ambivalen tidak serta merta mempertahankan idealismenya sehingga dinilai akan merusak tatanan yang sudah terbangun di lapau tersebut. Begitu etika yang terjadi dalam sistem demokrasi dan egaliter di lapau-lapau Pariaman.

Pendidikan adalah salah satu upaya manusia untuk mencari yang tidak tahu menjadi tahu. Ini definisi harfiah dari  kata pendidikan serta sangat sederhana. Banyak teori dan definisi tentang pendidikan, diantaranya pengertian yang diutarakan oleh para ahli Antropologi. Ahli Antropologi memberikan definisi terhadap pendidikan sebagai suatu proses yang panjang dan mencakup keseluruhan aspek yang dipelajari baik secara formal dan non formal. Proses panjang tersebut yang menghasilkan kebudayaan bagi setiap individu, membentuk kepribadiaannya

Kurikulum pendidikan kita saat ini tidak mengolah talenta manusia yang sudah diciptakan oleh Sang Khalik. Prespektif kacamata pendidikan yang menyatakan bahwa manusia harus menjadi ahli komputer, pintar berbahasa inggeris, menguasai ilmu eksakta, dan ilmu-ilmu lain yang saat ini dibutuhkan dalam lapangan pasar. Ilmu sosial seperti sejarah, antropologi, agama dan ilmu pembentukan karakter dan jatidiri tidak diberikan porsi yang seimbang dan dikebiri. Manusia hanya dijadikan robot dan pemikir seperti Alberd Einstein, Bill Gates atau Alferd Nobel sehingga hati dan relung sosial mereka tidak dihidupkan untuk mencapai manusia yang sempurna. Kondisi ini tercermin dalam Ujian Akhir Nasional (UAN) yang hanya perlu tinggi nilai Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Bahasa Inggeris, Bahasa Indonesia, dan Agama. Dengan jelas kurikulum sudah membuat diskriminasi ilmu yang mengakibatkan manusia menjadi tidak sempurna karena seluruh organ tubuh tidak berfungsi dengan baik

Di sudut persimpang jalan Sudirman sekarang dan dulu bernama jalan Belantung terdapat Sekolah SMA 1. Banyak masyarakat Sumatera Barat dicerdaskan dan menjadi orang berhasil dari tempa institusi sekolah ini. Pada salah satu sudut pondasi bagian depan bangunan yang ditempati SMAN 1 Padang yang sebelumnya merupakan bekas gedung sekolah Belanda yaitu Europeesche Lagere School setingkat SMA sekarang, terukir angka tahun 1917, yang dapat disimpulkan bahwa gedung dibangun pada tahun 1917 yang terletak di Jl. Jend. Sudirman. Gedung ini menggunakan arsitektur yang sederhana, namun merupakan gedung yang cukup megah ketika itu. Sejak berdiri, bangunan ini sudah digunakan untuk tempat belajar dan selanjutnya silih berganti menjadi bermacam tempat pendidikan dari Europeesche Lagere School sebelum Perang Dunia II kemudian menjadi sekolah Jagoka di zaman penjajahan Jepang, kembali ke IES di masa perjuangan kemerdekaan dan terakhir barulah menjadi gedung SMAN 1 Padang.

Bangunan ini terdiri dari tiga bangunan, yaitu bangunan kantor di bagian depan (A), bangunan untuk ruangan kelas di sayap kiri (B) dan kanan (C) masing-masing satu buah. Bangunan kantor sudah mengalami perubahan dinding bagian depan sudah dilapisi keramik putih sedangkan bangunan sebelah kiri dan kanan masih asli. Atap bangunan dari genteng. Pasca gempa gedung ini mengalami rusak sekitar 55%, meliputi tiang-tiang gedung hampir keseluruhannya patah, atap pada bangunan A banyak yang lepas pada bagian depan dan bela-kang, loteng pada gedung B mengalami keruntuhan. Dinding ruang aula retak, dinding pada gedung A,B, dan C hampir seluruhnya pecah. Saat ini  sedang dalam tahap renovasi, sebagian kecil telah mengalami perbaikan seperti tiang-tiang sudah diganti dengan tiang dari kayu, dinding yang retak dan pecah telah diplester kembali. Di halaman depan sekarang terdapat sebuah tenda untuk diper-gunakan sebagai ruangan belajar mengajar sementara, untuk mengganti ruangan kelas yang rusak yang belum selesai diperbaiki. Akibat gempa banyak fasilitas sekolah yang tidak layak untuk dijadikan ruang  kelas. Melihat kondisi  sekolah yang kurang layak untuk proses pendidikan maka timbul inisiatif Pemerintah Kota Padang memindahkan sekolah ini ke lokasi baru.  Pada saat ini Gedung ini tidak dimanfaatkan untuk proses ajar mengajar tapi sudah menjadi salah satu kantor Pemerintah Kota Padang. SMA 1 Padang proses belajar mengajarnya sudah pindah di gedung  baru di Belanti yang merupakan sumbangan dari masyarakat Tionghoa yang beragama Budha. Demikian sekelumit sejarah SMA I Padang. Wassalam.