oleh: Merry Kurnia
Pulau penyengat merupakan salah satu gugus pulau di Kepulauan Riau yang kental dengan karakteristik budaya melayu. Berbagai warisan budaya yang bercorak melayu banyak ditemui pulau ini baik yang bergerak (tangible) dan yang tidak bergerak (intangible). Warisan budaya merupakan wujud dari aktivitas manusia di masa lampau dan merupakan wujud dari etika, estetika bahkan intelektualitas, di pulau penyengat warisan budaya bergerak merupakan tinggalan Kerajaan Melayu Lingga-Riau-Johor. Selain itu juga banyak ditemui bukti-bukti material yang menjadi saksi kegemilangan kerajaan tersebut di masa lalu (BPCB)

Pulau tersebut dikunjungi bukan hanya karena keindahannya,  namun yang menjadi magnet adalah berbagai tinggalan masalalu seperti makam-makam raja yang mengundang para peziarah untuk datang, mesjid sultan yang menjadi wisata religi kejayaan kerajaan islam dll. Peninggalan peradaban masalalu merupakan cagar budaya yang harus dilindungi, karena cagar budaya adalah penghubung generasi muda dengan roh masalalu sehingga kita dan generasi selanjutnya bisa mempertahankan identitas ditengah gempuran modernisasi yang menghanyutkan.

Sepotong roti akan mempunyai nilai yang sangat berharga jika menyimpan sejarah kuat mengenai sebuah peristiwa. Seperti halnya masyarakat Rusia yang mempunyai tingkat kesadaran tinggi untuk melestarikan cagar budaya,  melestarikan “sepotong roti” yang dipajang di Museum Pertahanan Dan Kepungan Leningrad. Roti tersebut mempunyai nilai yang tinggi karena menggambarkan perjuangan masyarakat Leningrad bertahan hidup dari serangan Nazi, sepotong roti mewakili perjuangan, penderitaan, airmata dan harapan. Nilai yang dipunyai oleh septong roti menjadi megnet untuk pengunjung sehingga museum ini ramai dikunjungi wisatawan.  Wisata sejarah sangat bermanfaat untuk pendidikan dan menanamkan jiwa nasionalisme pada generasi muda.

 Kawasan cagar budaya pulau penyengat punya potensi yang luar biasa dengan nilai penting yang dipunyainya.  Berdasarkan forklornya pulau penyengat berasal dari kata sengat, karena dulu para pelaut  yang singgah untuk mengambil air tawar sering disengat oleh biatang semacam lebah. Jauh berabad abad lalu, sejarah telah mencatat mengenai pulau indah ini kekayaannya sudah menjadi magnet dari dahulu, jadi bisa dikatakan pulau ini merupakan mata air bagi pelaut untuk melepas dahaga. Selain itu pulau penyengat merupakan sebuah wilayah yang stategis untuk pertahanan negeri Riau. Pada tahun 1803 pulau penyengat telah dibina dari sebuah pusat pertahanan negeri menjadi suatu tempat kedudukan yang dipertuan muda Kesultanan Riau-Lingga dan pada tahun 1900 Sultan Riau Lingga memindahkan pusat kerajaannya ke pulau penyengat (Risqiana dkk)

Kesultanan ini menyumbangkan peran besar dalam pengembangan bahasa melayu terutama sebagai bahasa tulis. Salah satu karakter peradaban yang dipengaruhi ajaran islam adalah menyebarnya kemampuan dan tradisi tulis baca pada semua kalangan, bukan hanya di kalangan kerjaaan. Tokoh intelektual ayng terkenal dan harum namanya adalah Raja Ali Haji yang melahirkan karya karya besar seperti Gurindam Dua Belas, Tuhfat Al Nafis, Bustan Al-Katibin dan kitab pengatahuan bahasa yang menjadikan bahasa melayu sebagi Lingua Franca (bahasa perhubungan), maraknya perkembangan dunia tulis dilihat dari adanya sarana pendukung seperti percetakan  dan penerbitan Mathbaah al-Riuwiyah dan kelompok diskusi yang paling terkenal adalah Rusyidah club, peranan pulau penyengat berakhir ketika kolonial Belanda dengan nafsu imprealismenya melakukan eksapansi ke pulau ini, Sultan Abduul Rahman Muazam Syah meniggalkan pulau penyengat dan mengungsi ke Singapura karena tidak ingin menandatangani kontrak yang berisikan pelepasan hak dan kekuasaan raja. Sultan kemudian memerintahkan rakyatnya untuk menghancurkan bangunan-bangunan yang ada agar tidak diduduki Belanda(Risqiana dkk).

Hal inilah yang menyebabkan banyak bangunan tinggalan kerajaan yang tidak lagi utuh, meskipun demikian bangunan-bangunan ini mempunyai nilai penting yang sangat tinggi.  Di pulau inilah kerajaan islam berkembang dan melahirkan tokoh intelektual yang menjadikan bahasa melayu (lingua franca) bahasa penghubung antar manusia, selain itu pulau ini menyimpan sejarah perjuangan bangsa dari imprealisme kolonial belanda. Pulau penyengat sengaja dihancurkan agar para penjajah tidak bisa menikamati fasilitas yang telah susah dibangun, menghancurkan material kerajaan tidak akan menghancurkan semangat juang namun tetap menggoreskan perih di hati masyarakat. Untuk itu mari kita lestarikan peninggalan kerajaan melayu sebagai warisan budaya bangsa dan kebanggan bangsa.