Sosialisasi “Road to KBKM 2021” Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Sumatera Barat.

Kemah Budaya Kaum Muda atau biasa disingkat KBKM pada tahun ini kembali dilaksanakan. Kegiatan yang telah berlangsung sejak tahun 2019 itu memiliki sasaran generasi muda kreatif dan inovatif. Sekilas agenda ini memiliki kemiripan dengan kegiatan Pekan Kreatifitas Mahasiswa yang lazim dilaksanakan oleh kampus-kampus di Indonesia. Mengusung tema agak berbeda dari tahun sebelumnya, KBKM tahun 2021 memilih tema “Inovasi Desa Untuk Pemajuan Kebudayaan”. KBKM tahun ini berfokus pada upaya memetakan masalah yang terjadi di desa dan para peserta diharapkan berkreasi untuk mencari jalan keluar dari persoalan yang telah dipetakan tersebut.

“Sifat yang mendorong munculnya kreatifitas adalah dengan mencari masalah, bukan lari dari masalah..” ujar Dr. Ir. Yuhefizar, M. Kom dalam salah satu sesi pada acara sosialisasi KBKM 2021 yang diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat pada hari Jum’at, tanggal 30 April tahun 2021. Narasumber yang mengabdi di Jurusan Teknik Informatika Politeknik Negeri Padang itu tidak bermaksud menghimbau generasi muda untuk mencari masalah dalam pengertian negatif, tetapi dalam arti positif. Memetakan permasalahan adalah sebuah keniscayaan untuk mengetahui jenis jalan keluar apa yang akan diterapkan dan bentuk solusi apa yang akan diaplikasikan, terutama terkait isu-isu pembangunan kebudayaan di tingkat paling rendah, yakni desa.

Setali tiga uang dengan pernyataan yang disampaikan oleh Dr. Yuhefizar, narasumber lain dalam acara tersebut, Zul Arvin Dt. Parpatiah, M.M, Wali Nagari Pasie Laweh, Kec. Palupuh, Kab. Agam, mendedahkan problem-problem yang ia alami dalam dunia pemerintahan. Sekalipun telah lebih dari 30 inovasi kebijakan yang sudah ia terapkan, ternyata masih banyak problem yang menunggu sumbangsih kaum muda untuk penyelesainnya.

Hal ini tentu disambut baik oleh pakar IT dari Politeknik Negeri Padang. Dr. Epi melihat celah peran Teknologi Informasi untuk memberi jalan keluar. Namun, di forum tersebut ia menegaskan bahwa Teknologi Informasi harus diposisikan sebagai tool atau perangkat pendukung. Aplikasi secanggih apa pun tidak akan berdayaguna apabila tidak didukung oleh peran maksimal manusia yang menjadi operator aplikasi itu.

Teknologi Informasi barangkali hanya salah satu pendukung untuk mewujudkan desa sebagai basis pemajuan kebudayaan. Menurut Bobby Fernades, KBKM tahun 2021 diharapkan dapat merangkul sebanyak mungkin pemuda potensial di rentang usia maksimal 18-25 tahun dan maksimal 35 tahun bagi penyandang disabilitas. KBKM adalah ajang kompetisi untuk mengumpulkan bakat-bakat imajinatif dan kreatif, kaum muda untuk menjawab tantangan pemajuan kebudayaan dengan pendekatan STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts and Mathematics) dan atau Revolusi Industri 4.0. Dengan demikian, anak-anak muda kreatif dapat berkarya dalam bentuk purwarupa (non produk jadi) yang tidak hanya menggunakan pendekatan Teknologi Informasi. Bobby Fernandes, M. Hum merupakan Tim Pokja KBKM Direktorat Pembinaan Tenaga Lembaga Kebudayaan, Direkorat Jenderal Kebudayaan menjelaskan bahwa banyak sekali problem di desa yang menunggu pemuda kreatif untuk memberi solusi. Ia menghimbau kaum muda kreatif untuk mendaftarkan ide-ide untuk pemajuan kebudayaan yang ada via https://kbkm.kebudayaan.id/gabung.

Dalam forum yang sama, Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Sumatera Barat, Drs. Teguh Hidayat, M. Hum turut menghimbau kepada kaum muda agar berpartisipasi dalam KBKM 2021. Ia menaruh harapan kepada generasi muda agar tidak lupa mengemukakan isu-isu peninggalan kebudayaan seperti halnya cagar budaya maupun peninggalan diduga cagar budaya. Bagaimana pun, sisa-sisa peninggalan kebudayaan masa lalu itu adalah modal penting yang dapat dijadikan sebagai pembanding untuk pencarian solusi terhadap persoalan-persoalan yang diperkirakan muncul di masa depan.