Tuanku Nan Renceh yang bernama kecil Abdullah merupakan generasi pertama yang menyambut dakwah Haji Miskin yang pulang menuntut ilmu dari Mekah pada tahun 1803, yang dikenal dengan Gerakan Paderi. Gerakan Paderi yaitu gerakan yang menyerukan pemurnian pengamalan agama, menganjurkan kembali ke Syariat yang berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah yang shahih. Tuanku Nan renceh yang karena kecerdasan, keberanian dan pengaruhnya yang luas merupakan guru dan panutan bagi generasi muda yang berasal dari seluruh pelosok Minangkabau. Salah satu muridnya adalah Peto Syarif yang kemudian dikenal sebagai tuanku imam bonjol .Beliau lahir pada tahun 1780 di Jorong Bansa Nagari Kamang Mudiak dan Wafat pada Tahun 1832 di kampungnya karena sakit. Beliau berpulang ketika gerakan paderi sudah meluas dengan pemimpin utamanya Tuanku Imam Bonjol seorang Panglima Paderi bekas murid Tuanku Nan Renceh. Tuanku Nan Renceh adalah salah seorang pemimpin Perang Paderi (1821 – 1837) yang merupakan perang  melawan Kolonial Belanda.[1]

Pada makam ini terdapat dua makam, yaitu makam Tuanku nan Renceh dan  orang tuanya bernama Jirahmah. Kedua makam tersebut berdampingan dan berukuran panjang 3,8 m dan lebar 2,5 m. Makam dipagar dengan tembok semen setinggi 1,3 m, lebar  4 m, dan panjang 5,7 m. Luas situs makam berukuran 225 m2. Nisan makam Tuanku nan Renceh berupa nisan  berbentuk menhir, berukuran tinggi 1 m dan lebar 40 cm.

[1] Buku Cagar Budaya Kabupaten Agam, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, halaman 15