Laksamana Hang Tuah adalah duta kerajaan yang menguasai 12 bahasa asing. Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Hasyim, salah seorang tokoh masyarakat adat. Hang Tua wafat sekitar tahun 1523/1524  masehi. Ada cerita yang mengabarkan bahwa Hang Tuah ketika pergi ke negeri Arab bertemu dengan Nabi Khaidir  memberikan pohon “enam-enam” yang berkhasiat mempermudah Hang Tuah dapat belajar dan menguasai bahasa ke wilayah yang nantinya akan dikunjungi oleh Hang Tuah.

Makam Hang Tuah berada di tengah-tengah hutan yang merupakan perkebunan dan tanah ulayat dari Kampung Adat Kampung Duyung. Makam dapat dikatakan sudah berasal dari periode Islam, terlihat dari oreintasi nisan makan yang sudah U-S. Makam berukuran panjang 410 cm dan lebar 210 cm. Nisan makam terbuat dari batu andesit dengan ukuran nisan kepala lebih besar daripada nisan kaki. Nisan kepala memiliki ukuran panjang 50 cm, lebar 28 cm, sedangkan nisan kaki memiliki ukuran panjang 40 cm lebar 17 cm. Makam memiliki jirat yang terbentuk dari pecahan batu andesit, yang masih terlihat pada sisi barat dan utara makam. Pada sisi timur makam terdapat pohon enam-enam. Nisan makam ditutupi oleh kain kuning dengan kondisi kain sudah lapuk. Makam dipagari dengan bambu, dan ditambah pagar hidup dari puding merah.