Kala Arca Bertapadi Sekolah

Laporan: Dafriansyah Putra (BPCB Batusangkar)

Suasana tenang dan sejuk khas perbukitan biasa membawa larut para siswa SMA Negeri 3 Batusangkar dalam belajar. Namun, hari itu, suasana sontak berubah. Gelaran Pameran Cagar Budaya yang diadakan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Batusangkar tampak menarik perhatian para siswa dan guru. Panel-panel yang memajang informasi pelbagai objek Cagar Budaya pun kerap disesaki pengunjung. Wajah-wajah penuh keingintahuan tersirat saat mereka mengamati setiap deskripsi dan piktorial objek Cagar Budaya dari tiga provinsi: Sumatera Barat, Riau dan Kepulauan Riau, yang merupakan wilayah kerja BPCB Batusangkar.

Tak semata tampilan di atas kertas, para siswa juga disuguhi bentuk dari benda-benda Cagar Budaya, seperti: Arca Dwarapala, Arca Kuwera, hingga fragmen relief bata yang pada umumnya ditemukan saat ekskavasi di Dharmasraya. Tak tanggung-tanggung, Prasasti Pagaruyung dengan tinggi melebihi dua meter pun dihadirkan dalam bentuk replika. Uniknya, pameran yang berlangsung 1 s/d 2 Desember ini mencoba mengetengahkan sejarah peradaban masa lalu di Bukit Gombak yang merupakan daerah sekolah tersebut berada. Ternyata, pada umumnya siswa tidak mengetahui bahwa Bukit Gombak pernah menjadi objek penelitian Arkeolog Jerman, Prof. Dr. Dominik Bonatz pada 2011 dan 2012 silam.

“Pameran ini menambah wawasan tentang Cagar Budaya di sekitar kita. Seperti di lingkungan sekolah ini. Sebelumnya saya tidak tahu ternyata pernah ada penelitian dari peneliti luar negeri,” ungkap Padli Rahmad, siswa kelas XII.

Salah seorang guru SMA Negeri 3 Batusangkar, Marjohan Usman, menambahkan, kegiatan ini dapat mengeksplorasi siswa terhadap pengenalan masa silam.

“Sehingga lewat mengenal inilah kita dapat mencintai negara, dan kita pun akan memiliki sikap patriotisme,” ujar peraih Guru Berprestasi SMA Tingkat Nasional 2012 tersebut.

Untuk lebih menarik kunjungan siswa, tim BPCB Batusangkar juga mengadakan permainan interaktif yang memiliki pendekatan dengan Cagar Budaya. Para siswa diminta merekonstruksi kembali fragmen artefak berbahan keramik dan tanah liat. Permainan ini terlihat amat diminati, terlebih setiap tim yang berhasil akan mendapat hadiah.

Annida Ikrima, mengaku permainan tersebut membantunya dalam mengenal salah satu metoda kerja arkeolog untuk memperoleh bentuk suatu benda melalui tinggalan yang tersisa.

“Untuk kegiatan pameran ke depannya, agar lebih diperbanyak lagi permainan yang bersifat pengenalan Cagar Budaya,” saran siswi kelas XI itu.

Harry Iskandar Wijaya, salah seorang tim dari BPCB Batusangkar mengatakan, kegiatan ini merupakan salah satu bentuk publikasi kepada kaum muda untuk mengenal Cagar Budaya.

belajar arkeologi sma 3 olah raga sma 3 gotong royong sma 3 batusangkarr sma 3 batusangkar arkeolog editiwarman