Kawasan pesisir sumatera Barat memiliki peran yang sangat penting, disana juga mengalir sungai-sungai yang berfungsi sebagai penggerak perekonomian. Bukti-bukti mengenai adanya aktifitas di pesisir pantai tersebut berawal dari kedatangan bangsa VOC pada tahun 1663 dengan mendirikan loji atau kantor dagang di Pulau Cingkuk. Berbagai komoditas di perdagangkan oleh Belanda pada masa itu. Selain mengumpulkan dan memperdagangkan barang komoditi, Belanda juga perlahan menyingkirkan kedaulatan raja-raja yang ada di sepanjang pantai barat Sumatera. Belanda menghancurkan kemaritiman masyarakat daerah tersebut.

Dalam perjalanan waktu, daerah pantai Sumatera Barat banyak meninggalkan jejak-jejak sejarah. Mulai dari daerah Muaro Sakai, Kabupaten Pesisir Selatan sampai dengan Air Bangis di Kabupaten Pasaman Barat. Jejak Peninggalan tersebut berupa pelabuhan tua/reede, shipwreck dan menara suar. Memang secara geografis daerah pantai sumatera sangat baik untuk mendirikan pelabuhan dan aktifitas bongkar muat barang.

Kapal-kapal yang bersandar di pesisir Sumatera Barat itu bermacam bentuknya. Mulai dari armada laut zaman kerajaan di pesisir itu hingga kapal besi era Kolonial. Kini armada laut tersebut hanya sisa puing-puing yang tak beraturan.

  1. Pelabuhan Muaro Sakai

muaro-sakai-19

Nagari Muaro Sakai, Kecamatan Pancung Soal, Kabupaten Pesisir Selatan menyimpan salah satu tinggalan tersebut. Pelabuhan Muaro Sakai dibangun oleh Kongsi Dagang Belanda Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM) pada tahun 1900-an. Pelabuhan ini merupakan salah satu tempat berlabuh kapal-kapal dari Muko-muko, Kerinci dan daerah sekitarnya. Dari pelabuhan itu masih tampak empat buah gudang dan satu bekas lokasi dermaga.

  1. Situs Ampyang Perak

img_3025faf

Masih di Kabupaten Pesisir selatan juga ditemukan adanya bangkai kapal tenggelam. Sisa bangkai kapal tersebut kini menjadi situs kapal tenggelam/shipwreck Ampyang Perak. Ampyang Perak merupakan kawasan muara sungai dan pantai. Kapal yang tenggelam ini merupakan milik Belanda yang kandas sewaktu membawa besi untuk pembangunan jembatan di bagian selatan pada tahun 1930-an. Secara fisik, tinggalan sisa kapal yang masih diapat diamati adalah berupa 4 buah tiang yang terbuat dari besi dengan ukuran 2,7 m.

  1. Situs Pelabuhan Pulau Cingkuk

Beralih ke Pulau Cingkuk, disana juga terdapat pelabuhan yang keberadaanya tak terlepas dari adanya Benteng Pulau Cingkuk. Benteng Pulau Cingkuk dibangun oleh Portugis tahun 1663-an. Benteng ini pada awalnya merupakan loji untuk meletakkan bahan dagangan.sejalan dengan permasalahan keamanan, loji tersebut diubah menjadi benteng. Benteng ini terbuat dari susunan bongkahan batu, pasir dan kerikil tanah dan menyisakan bentuk denah empat persegi panjang pada salah satu sisinya.

  1. Situs Shipwreck Kawasan Mandeh

Situs Kawasan Mandeh berada di Nagari Mandeh, Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan. Shipwreck kawasan Mandeh merupakan kapal dagang Belanda dengan nama Boelongan Nederland yang dibuat tahun 1915. Kapal ini mengangkut hasil bumi dari Nusantara untuk keperluan pihak Belanda. Pada perang dunia kedua, tanggal 28 Januari 1942 oleh taktik Jepang berhasil menumbangkan Boelongan Nederland di kawasan Mandeh. Berdasarkan hasil survey kapal ini terbelah dua, dengan lubang peluru di lambung kapal.

  1. Situs Menara Suar Bukit Lampu

menara-suar-bukit-lampu-29hdd

Bukit Lampu berada di pinggir jalan raya Padang Painan KM 17, tepatnya di kelurahan Gates Kecamatan Lubuk Begalung. Situs ini berada di daerah ketinggian sekitar 15 s.d 30 mdpl. Menara Suar Bukit Lampu dibangun oleh Belanda pada tahun 1916 dan diperbaiki tahun 1976 oleh pihak Departemen Perhubungan RI. Pembangunan menara terkait juga dengan pembangunan Pelabuhan Teluk Bayur pada tahun 1890-an oleh Belanda sebagai sarana pendukung utama pelayaran di Pelabuhan Teluk Bayur. Menara suar berbentuk silinder dengan diameter atas 2 meter dan diameter bawah 4 meter. Pada lampu terdapat tulisan yang kemungkinan nama pabrik yang memproduksinya, Opperman GLARS LTD Well. Pada lokasi ini juga terdapat tinggalan lain berupa lobang /bungker Jepang mas perang duia kedua.

  1. Situs Pelabuhan Pulau Pisang

pulau-pisang

Pulau Pisang berada di Kelurahan Air Manis, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang. Dijadikannya Padang sebagai Sumatera Westkust menyebabkan Padang menjadi Bandar dan kota pesisir terbesar di pantai barat Sumatera.

Tinggalan-tinggalan kemaritiman ini merupakan nilai penting yang harus dilestarikan keberadaannya. Tinggalan maritim sudah dianggap ‘harta karun’ yang dicari oleh berbagai pihak. Nilai kemaritiman memiliki potensi pengembangan yang berguna untuk berbagai hal, antara lain potensi sejarah, ilmu pengetahuan,, dan kebudayaan yang menjadi aset banga untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.