Batu Talempong
Nagari Talang Anau

Awal Nama Nagari Talang Anau
Nama Talang Anau, ditemukan dari sebatang pohon Enau yang berada dalam rumpun talang (sebangsa bambu), yang pada waktu dulu masyarakat menemukannya sewaktu mereka mencari pemukiman baru, karena sebelumnya mereka masih tinggal diatas perbukitan (Data Parumahan) yang jauh dari sumber mata air untuk keperluan hidup mareka sehari-hari.
waktu mencari sumber air itulah mereka menemukan pohon Enau tersebut dan mereka jadikan tanda untuk kembali dan memulai kehidupan baru didaerah baru, sejak itu resmilah kampung mereka dengan nama Talang Anau. sekarang Talang Anau adalah sebuah nagari yang terletak dalam wilayah Kecamatan Gunuang Omeh, Kabupaten Lima Puluh Kota dan berada di dataran tinggi dengan luas sekitar 1.854 Ha. Jarak dari ibu Kabupaten sekitar 50 km dengan fasilitas jalan yang memadai, dalam wilayah Nagari Adat, Talang Anau masuk dalam Nagari Nan Salapan Ranah Koto Laweh dengan 13 pasukuan dan 44 orang Ninik Mamak (penghulu kampung).

Situs Cagar Budaya Batu Talempong
Berdasarkan cerita masyarakat setempat, konon Batu Talempong ini ditemukan pertama kali oleh seorang ulama bernama Syeikh Syamsudin. saat ditemukan ditaksir masyarakat sekitar abad XII masehi, sewaktu Syeikh ini bermimpi didatangi seorang berjubah putih, berjanggut panjang sampai ke pusat, dan memakai sorban. Orang tua dalam mimpi Syeikh ini memberi tahu bahwa ada beberapa buah benda yang sekarang berserakan dalam hutan yang ditumbuhi talang dan daun enau. Benda tersebut akan dapat memberi manfaat bagi anak cucu dan masarakat kalau dapat dikumpulkan.

talempongBatu Talempong

Ada sifat magic yang dimiliki oleh lemengan batu itu, yaitu sebelum dipukul atau dibunyikan maka batu ini harus diasapi dengan kemenyan putih . Apabila tidak dilakukan tatacara ini niscaya lempengan batu ini tidak akan menimbulkan bunyi yang nyaring seperti talempong maka berdasarkan keterangan orang-orang di sekitar lokasi si pemukul akan terkena kutukan berupa penyakit yang tidak akan bisa disembuhkan dan bisa merenggut nyawa sendiri.
Situs batu talempong yang telah masuk daftar cagar budaya di Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Sumatera Barat, Riau dan Kepulauan Riau dengan nomor inventaris : 18/BCB-TB/A/10/2007, Ini sebenarnya/merupakan medan nan bapaneh dengan batu-batu sandar (stone seat) yang melingkar membentuk formasi empat persegi. Luas medan nan bapaneh ini adalah 21×13 meter. Batu sandar yang sekarang masih tinggal sebanyak 28 buah. Pada sisi timur sebanyak 3 buah, sisi selatan 9 buah, sisi barat 5 buah, dan sisi utara 11 buah. Batu sandar yang memiliki ukuran terbesar berada di sisi selatan ujung timur dengan ukuran tinggi 120 cm, lebar 20 cm, dan tebal 18 cm.

batu talempongsalah satu batu sandaran di Situs Batu Talempong

Pada sisi timur situs medan nan bapaneh ini terdapat cungkup berukuran 5x 3,22 meter yang di dalamnya terdapat Batu Talempong. Talempong sebenarnya merupakan alat musik tradisional Minangkabau yang berbentuk gong kecil atau bentuk kenong yang merupakan alat musik tradisional Jawa. dengan meniru pada bunyi talempong besi maka batu talempong terdiri dari enam batu andesit pipih dalam berbagai ukuran yang disusun secara berjajar dengan bantalan bambu besar berdiameter 12 cm. Pada bagian bawah susunan batu ini terdapat rongga berbentuk lubang dengan ukuran panjang 250 cm, lebar 80 cm dan kedalaman 50 cm.
(Harry.I.W)