Jepang masuk pertama kali memasuki Hindia Belanda pada tanggal 10 Januari 1942 di Tarakan Kalimantan Timur dengan usahanya untuk menguasi instalisasi minyak. Kemudian pada tanggal 16 Februari 1942  Jepang juga berhasil menduduki wilayah Palembang dan sekitarnya. Untuk menghadapi serangan Jepang di bentuk pasukan komando khusus oleh pihak sekutu yakni American British Dutch Australian Command ( ABDACOM ) pada tanggal 15 Januari 1942 di bawahpimpinan Marsekal Sir Archibald Wavell ( Inggris ).

            Tujuan Jepang ingin menguasai Indonesia karena Indonesia sebagai daerah penghasil dan menyuplai bahan mentah dan bahan bakar bagi kepentingan industry dan perang. Jepang menjadikan Indonesia sebagai tempat pemasaran hasil industry Jepang dan di tambah masyarakat Indonesia yang banyak yang bisa di pergunakan sebagai buruh yang banyak dengan upah yang relatif rendah.

            Wilayah pesisir Barat Sumatera pada era Perang Dunia II juga meninggalkan jejak-jejak adanya penguasaan Jepang kala itu. Salah satu peninggalan yang cukup banyak dijumpai di wilayah pesisir barat sumatera, khususnya Sumatera Barat adalah Pillbox yang tersebar di Kota Pariaman. Pillbox ini diperkirakan dibangun pada masa akhir kekuasaan Jepang 1944-1945, saat dimana tentara kekaisaran Jepang sudah mulai bersifat defensif (dari sebelumnya ofensif) guna mempertahankan daerah kekuasaan dari serangan Sekutu[1].ap wilayah kedudukannya. Persebaran instalasi militer di Hindia belanda, erat kaitannya dengan usaha Jepang untuk membangun imperium di Asia dan ambisinya untuk memiliki bahan -bahan industri yang terdapat di sebalah selatan Jepang termasuk Hindia Belanda..Ketika mulai menguasai Sumatera, Yang pertama kali dilakukan balatentara Jepang sesaat menduduki Sumatera khususnya wilayah barat adalah membangunan lobang persembunyian serta tempat penyimpanan amunisi di dataran tinggi Kota Bukit Tinggi .Kemudian setelah mereka membangun lobang persembunyian mereka juga membuat benteng pertahanan yang berjenis Pillbox dan Bunker di Kota Jepang dan di wilayah Pariaman.

            Dari ketiga bukti instalasi militer yang terdapat di sebagian wilayah sumatera terutama Sumatera Barat membuktikan banyak tinggalan Jepang yang terdapat di wilayah Sumatera Barat dengan tujuan Jepang merebut wilayah kekuasaan dari tangan sekutu. Pariaman di duduki Jepang dengan kurun waktu dari tahun 1942 – 1945, walaupun tidak lama tetapi pasukan Jepang banyak membuat bangunan pertahanan di dekat bibir pantai barat Sumatera. Bangunan pertahanan Jepang di kota Pariaman di dominasi oleh Pillbox , terdapat kurang lebih 30 Pillbox di sekitar bibir pantai di Kota Pariaman. Pillbox di kota Pariaman ini diperkirakan dibangun pada masa akhir kekuasaan Jepang 1944-1945, saat dimana tentara kekaisaran Jepang sudah mulai bersifat defensif (dari sebelumnya ofensif) guna mempertahankan daerah kekuasaan dari serangan Sekutu.

Bangunan pertahanan jepang yang berupa Pillbox yang terdapat di Kota Pariaman yang telah di data dan di beri nomor inventaris oleh BPCB Sumatera Barat berjumlah 30 buah yang tersebar di Garis pantai sampai ke pemukiman masyarakat.

            Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan , terdapat 6 bentuk yang mewakili dari semua pillbox yang terdapat diKota Pariaman, yaitu Pillbox berbentuk Lingkaran, Lubang Kunci, Segi Enam, Segi Lima, huruf J dan Persegi delapan.

Enam bentuk tersebut terdapat pada Pillbox yang diantaranya:  Bentuk Lingkaran: (Pillbox Pasir), Bentuk Lubang Kunci (Pillbox Santok II), Bentuk Segi Enam (Pillbox Pauh), bentuk Segi Lima (Pillbox Sintuak II), Bentuk Huruf J (Pillbox Mangguang II), dan bentuk Persegi Delapan (Pillbox Binasi II). Dari jumlah keseluruhan terdapat bentuk – bentuk yang berbeda dari setiap Pillbox, dari perbedaan bentuk tersebut dapat di simpulkan bahwa pillbox di Kota Pariman memiliki bentuk yang berneka ragam berdarkan posisi di bangunnya pillbox dan berdarkan ketinggian dari setiap pillbox.

Faktor keletakkan pillbox sebagai bangunan pertahanan menjadikannya berada pada posisi dengan karakter yang berbeda-beda sebagai bentuk pertahanan dari adanya musuh yang datang dari berbagai akses seperti jalan, sungai ataupun perbukitan. Dengan demikian bentuk dari Pillbox ini juga harus dapat menyesuaikan dengan keadaan geografisnya seperti ketinggian, kontur tanah ataupun kemiringan, sehingga fungsi Pillbox sebagai bangunan pertahanan dapat tetap berdiri kokoh.

Pillbox Sintuak II Berbentuk Segi Lima Foto Syalsabila 2020

Masih banyak tinggalan Pillbox yang tersebar di Sumatera Barat, selain di Kota Pariaman juga banyak dijumpai di Kabupaten Padang Pariaman dan Kabupaten Tanah Datar. Tipologinya juga bervariasi, sehingga dapat menambah khasanah ragam cagar budaya yang ada di Sumatera Barat khususnya. (Muhammad Hanif, Mahasiswa Arkeologi Universitas Jambi dan Kontributor Publikasi BPCB Sumatera Barat)