Kabupaten Bone Dulu dan Kini

Cagar Budaya di Kabupaten Bone cukup kompleks dan beragam. Peninggalan dari masa prasejarah sampai sejarah masih dapat kita saksikan sampai sekarang. Pameran Cagar Budaya ini menyajikan ragam potret Cagar Budaya pada setiap jaman dengan memfokuskan objek di Kabupaten Bone. Selain itu akan disajikan beberapa Cagar Budaya dari daerah lainnya.

Jejak Awal Kehidupan di Kabupaten Bone

Jejak awal kehidupan di Kabupaten Bone diperkirakan telah berlangsung ribuan tahun lalu, sejak masa Prasejarah. Hasil penelitian menggambarkan bentuk kehidupan pada masa tersebut masih sederhana. Saat itu, manusia prasejarah tinggal di dalam gua-gua alam secara berkelompok. Peralatan yang digunakan berupa alat batu, digunakan untuk keperluan sehari-hari. Alat batu terutama digunakan untuk mempersiapkan makanan dengan mengumpulkan bahan makanan yang tersedia di alam dan melakukan perburuan hewan. Aspek kehidupan juga dapat diamati dari lukisan pada dinding dan langit-langit gua berupa lukisan telapak tangan, lukisan figuratif manusia dan binatang. Peninggalan Prasejarah di Kabupaten Bone diantaranya ditemukan di Desa Langi, Kecamatan Bontocani yaitu gua Uhalie dan gua Batti.

Awal Mula Kerajaan Bone

Sejarah awal terbentuknya kerajaan Bone tidak terlepas dari cerita tetang Tokoh To’ Manurung. Dalam sumber naskah (lontarak) dikenal sebagai ManurungngE Ri Matajang yang bergelar Mata Silompo’E, yang memerintah Bone pada tahun 1330 – 1365. Dikukuhkan menjadi Raja pertama berkat kedatangannya yang mampu menyelesaikan konflik yang terjadi di Tanah Bone. Tempat yang diyakini awal munculnya To’ Manurung di Kabupaten Bone masih dapat disaksikan yang terdapat di bagian Timur kota Watampone tepatnya berada di sekitar Jalan Manurungnge yang juga menjadi tempat perjanjian.

Awalnya, luas daerah kekuasaan kerajaan Bone hanya sekitar ±2 km², sehingga nama kerajaan dan ibukota kerajaan memiliki nama yang sama, yaitu Bone. Setelah Raja-Raja Bone melakukan berbagai macam usaha, maka daerah kekuasaan kerajaan Bone ini makin meluas, baik dari segi pemerintahan, perluasan wilayah dan perdagangan. Kemudian terbentuk pula perbentengan yang mengelilingi kota Bone. Sejak saat itu muncul nama tempat untuk teritori kota, yaitu Lalengbata. Nama Lalengbata ini mulai dikenal sampai luar kerajaan Bone dan resmi digunakan menyebut ibukota kerajaan Bone.

Islam di Kerajaan Bone

Islam merupakan bagian dari fase kesejarahan kerajaan Bone. Dalam naskah lontarak disebutkan bahwa kerajaan bone secara resmi memeluk agama Islam pada tahun 1611. Kerajaan menyatakan Islam merupakan agama resmi kerajaan dan menegaskan bahwa Islam merupakan bagian integral dari kerajaan Bone.

Kolonial di Tanah Bone

Pada masa pemerintahan colonial, Bone dijadikan sebagai pemerintahan Afdeling yang di pimpin oleh seorang Asisten Residen. Pada tanggal 19 januari 1922 pusat pemerintahan Bone di pindahkan ke Watampone. Dengan demikian, bekas pusat-pusat kerajaan dijadikan oleh pemerintah Belanda sebagai daerah-daerah Gubernemen dan di tempatkan seorang controleur sebagai kepala pemerintahan setempat yang bertugas menyusun administrasi sesuai dengan model-model negeri jajahan. Bersamaan dengan itu pemerintahan kolonial belanda membangun beberapa faslitas diantaranya bangunan militer, kantor pemerintahan, sarana pendidikan, rumah tinggal.

Kabupaten Bone

Setelah kemerdekaan, Kerajaan Bone bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada tanggal 4 Juli 1959 dan berganti nama menjadi Kabupaten Bone. Hari Jadi Bone ditetapkan pada tanggal 6 April 1330 terhitung sejak masa pemerintahan Raja Bone I ManurungngE Ri Matajang. Sedangkan tanggal 6 April diambil dari tanggal pelantikan Raja Bone XVI Lapatau Matanna Tikka MatinroE Ri Nagauleng.