You are currently viewing DISKUSI ILMIAH ARKEOLOGI

DISKUSI ILMIAH ARKEOLOGI

  • Post author:
  • Post category:Berita

 

Dalam rangka memperingati ulang tahun Purbakala ke 104 yang jatuh pada hari rabu tanggal 14 juni 2017, IAAI (Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia) Komda Sulampapua mengadakan diskusi Ilmiah yang dilaksanakan di dalam kompleks Benteng Rotterdam Makassar tepatnya di gedung K. Diskusi tersebut mengangkat tema Prasejarah dan Peninggalan bawah air, membahas dua materi yang sangat menarik dan dianggap memiliki tingkat keterancaman yang tinggi yaitu Degradasi lukisan gua-gua Prasejarah dan peradaban di dasar danau Matano.

Kegiatan tersebut melibatkan anggota IAAI yang berada di Sulawesi Selatan dan mengundang tiga narasumber  yang mewakili tiga instansi yang bergelut di bidang kepurbakalaan atau cagar budaya, diantaranya Drs. Iwan Sumantri MA dari Departemen Arkeologi Universitas Hasanuddin, Drs. Irfan Mahmud, Msi dari Balai Arkeologi Sulawesi Selatan dan Drs. Syahrawi Mannan, Mpd dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan.

Kondisi lukisan gua-gua Prasejarah sudah sangat memprihatinkan, penanganan yang dilakukan selama ini belum cukup untuk mengatasi kondisi yang sedang terjadi, faktor internal berupa pengelupasan bahan akibat kelembaban, perkembangan liken dan lumut menjadi penyumbang utama kerusakan, faktor eksternal berupa kegiatan Vandalisme ikut memperparah kerusakan, banyaknya situs prasejarah yang terdapat di wilayah Maros dan Pangkep menyebabkan kegiatan pengawasan oleh juru pelihara tidak bisa dilaksanakan secara maksimal. Solusi yang ditawarkan diantaranya melakukan monitoring secara rutin, melakukan konservasi lingkungan, melakukan pengawasan yang lebih ketat untuk setiap kunjungan.

Di dasar danau Matano ternyata terdapat banyak tinggalan berupa hasil budaya yang terdiri dari gerabah, susunan batu, alat batu dan alat-alat yang terbuat dari besi seperti pisau, Parang, mata tombak dan kapak. Keberadaan benda tersebut mengindikasikan akan adanya sebuah peradaban yang kini telah ditinggalkan oleh masyarakat pendukungnya. Berdasarkan data tersebut maka kedepan perlu untuk melakukan kegiatan penelitian sehingga dapat memberi penilaian apakah benda-benda tersebut masuk sebagai cagar budaya, sehingga perlu dilakukan penanganan yang sifatnya berupa pelestarian.

Pada kegiatan ini juga sangat ditekankan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang sinergi antara ketiga instansi yang ada di wilayah Sulawesi Selatan sehingga hasil yang diperoleh dapat lebih maksimal dan kegiatan pelestarian terhadap cagar budaya juga dapat dilaksanakan dengan maksimal.

Penulis : Abdullah