You are currently viewing Benteng Somba Opu

Benteng Somba Opu

Benteng Somba Opu didirikan pada awal abad ke-16 tepatnya pada tahun 1525 atas usaha Raja Gowa ke-9 Karaeng Tumaparisi’ Kallonna yang kemudian dilanjutkan oleh Karaeng Tunipalangga Ulaweng. Pada tahun 1545 Karaeng Tunipalangga Ulaweng (Raja Gowa ke-10) memperkuat struktur dinding benteng dengan batu padas. Pada masa pemerintahan Tunijallo (Raja Gowa XII) benteng mulai dipersenjatai dengan meriam-meriam berkeliber berat pada setiap sudut bastion. Somba Opu yang letaknya strategis berada pada jalur perdagangan internasional dari Malaka ke Maluku menjadikan Somba opu (ibu kota Kerajaan Gowa) tampil sebagai pelabuhan pusat perdagangan rempah-rempah yang ramai dikunjungi pedagang asing dari Asia dan Eropa mendampingi Aceh, Banten dan Tidore.

Secara arkeologis bentuk benteng memang belum diketahui, karena sebagian dindingnya belum teridentifikasi, terutama dinding sebelah utara. Berbagai ekskavasi telah dilakukan guna mengungkap keberadaan dinding tersebut, meskipun belum diketahui secara pasti namunn ada informasi penting yang dapat dilacak berdasarkan hasil stilasi Francois Valentijn dan disempurnakan kembali oleh Bleau dalam sebuah peta berangka tahun 1638. Dari peta tersebut diketahui bahwa Benteng Somba Opu berbentuk segi empat panjang.

Didalamnya terdapat istana raja, rumah para bangsawan, pembesar dan pegawai-pegawai kerajaan yang dikelilingi oleh tembok lingkar yang tinggi dan tebal serta dilengkapi dengan persenjataan. Tempat bermukim Raja terdapat dibagian tenggara berdekatan dan sejajar dengan dinding benteng sebelah barat. Tiap bangunan mempunyai halaman masing-masing yang dikelilingi oleh pagar kecil.

Kediaman para bangsawan dan kerabat raja terletak dibagian utara dibelah dua oleh sumbu jalan utama yang membujur utara-selatan. Jalan utama tersebut berpotongan tegak lurus dibagian tengah kompleks, dengan sebuah jalan lainnya yang melintang dalam arah timur-barat. Disebelah utara menempel diding luar terdapat pasar. Mesjid terletak diujung selatan jalan utama, melitang barat-timur berorientasi kearah barat.

Pada sebelah barat laut terdapat bekas istana Maccini Sombala dengan dinding yang sangat tebal. Dari tempat inilah raja memantau para pedagang, lalu lintas kapal; arus bongkar muat barang; dan penarikan bea masuk pelabuhan. Disekeliling dinding terdapat empat bastion berbentuk setengah lingkaran.

Diluar benteng tinggal para prajurit dan keluarganya, tukang-tukang, saudagar dan para pendatang dari berbagai suku bangsa. Di bagian utara benteng terdapat bangunan perwakilan dagang bangsa Portugis. Kemudian Belanda yang membuka kantor dagangnya pada tahun 1607, Inggris tahun 1613, Spanyol tahun 1615, sementara Cina dan Denmark tahun 1618. Di sebelah timur benteng terdapat kampung Mangallekana yang dihuni oleh orang-orang Melayu, sedangkan pedagang Bugis-Makassar menempati daerah-daerah sekitar benteng, dan para petani yang mengerjakan sawah milik kerajaan menempati kampung Bontoala.

Potensi Tinggalan Arkeologis

Luas Benteng Somba Opu berdasarkan hasil Zonasi Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar tahun 2014 adalah 113.590 m2 (11,36 ha) dengan posisi astromis pada titik 05° 11’18 dan 84”LS-05°29’29.67”LS dan 119° 24’06.54”BT- 119°24’27.68”BT.Terletak diantara dua sungai yaitu sungai Balang baru dan sungai Jene’berang. Secara administratif Benteng ini berada di Kelurahan Somba Opu Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa Provonsi Sulawesi Selatan.

Struktur pembentuk bangunan adalah bata dari berbagai ukuran, batu padas dan pada bagian-bagian tertentu terdapat tanah isian yang tidak teratur. Ketebalan dinding bervariasi ada yang tebalnya 3,66 – 4,10 m ada pula yang sangat tebal 10,3 – 10,5 m. Pintu utama benteng ada dua masing-masing terletak di sisi bagian barat dan pada sisi bagian selatan dengan ukuran lebar 4,5 m dan tinggi 4 m. Ketinggian dinding benteng apabila utuh diperkirakan antara 7 – 8 m.

Pada masa lalu, di dalam Benteng ini terdapat ratusan meriam besar dan kecil sebagaimana yang ditulis Stapel dalam bukunya pada hal.58 sebagai berikut:

’’In Somba Opu warden in total buit gemaakt 272 groote en kleine kanonnen, waaronder het fabuleuze Anak Makassar, dat wel beschadigd was, doch ‘’sijn vevoeren en vertoonen nog genoe gsaem waerdgh is’’

‘’Ketika Somba Opu diduduki, terdapat 272 pucuk meriam besar dan kecil, diantaranya juga meriam Anak Makassar yang luar biasa itu. Sungguhpun dalam keadaan rusak, namun meriam Anak Makassar itu masih juga dapat menampakkan kedahsyatannya’’.

Ada tiga bastion yang masih terlihat sisa-sisanya, yaitu bastion di sebelah barat daya, bastion tengah, dan bastion barat laut. Yang terakhir ini disebut Buluwara Agung. Di bastion inilah pernah ditempatkan sebuah meriam paling dahsyat yang dimiliki orang Indonesia namanya Meriam sakti Anak Makassar bobotnya mencapai 9.500 kg atau 9,5 ton, dengan panjang 6 meter, dan diameter 41,5 cm.

Sekarang di dalam kompleks Benteng Somba Opu, melalui Proyek Miniatur Sulawesi, telah dibangun rumah-rumah adat dari berbagai daerah di Sulawesi-Selatan; baruga, pasar seni; dan museum yang dapat dipergunakan sebagai wahana ilmu pengetahuan; gelanggang budaya, dan sarana pariwisata.

Penulis: Jamaluddin